Communication Science student at Pamulang University
Streamer Juga Punya Etika Publik, lho
Jumat, 4 Juli 2025 10:26 WIB
Peran streamer sebagai figur publik menuntut tanggung jawab lebih terhadap konten yang dibagikan.
Streaming menempatkan para streamer sebagai komunikator publik yang berhadapan dengan audiens luas. Sesuai konsep etika normatif komunikasi publik, setiap komunikator berkomitmen pada kejujuran, integritas, dan akurasi pesan yang disampaikan.
Komunikasi yang etis menjadi fondasi untuk membentuk pemikiran dan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan, serta menghasilkan rasa hormat dan keterbukaan pada audiens. Dengan posisi kuat dalam kendali pesan, streamer harus menyiapkan materi secara hati-hati agar memenuhi standar kebaikan bersama (kejujuran, akurasi, tanggung jawab sosial) sebagaimana diamanatkan dalam etika komunikasi publik.
Peran streamer sebagai figur publik menuntut tanggung jawab lebih terhadap konten yang dibagikan. Komunikator publik perlu mengambil keputusan etis saat menyiapkan pesan, terutama saat dihadapkan oleh dilema moral tentang informasi yang disampaikan. Ini berarti setiap streamer wajib mempertimbangkan dampak ucapannya: memilih kata yang pantas, menyajikan informasi secara akurat, dan menghindari menyebar misinformasi atau ujaran yang menyinggung. Komunikasi etis juga memberi output positif berupa kepercayaan dan akurasi informasi, sehingga sangat penting dipraktikkan oleh para pembuat konten.
Karakteristik Komunikasi Streamer Populer
Wielino Ino – populer dengan julukan “raja meme”, Wielino adalah YouTuber/streamer Minecraft asal Indonesia yang gaya komunikasinya hiper dan lucu. Ia sering membuat konten Minecraft dengan tambahan klip meme dan efek suara viral. Gaya spontan dan jenakanya menarik banyak penonton, namun cenderung mengutamakan hiburan daripada fakta.
Wielino Ino
Dari perspektif etika, konten Wielino lebih bersifat komedi ringan; ia jarang menekankan akurasi atau tanggung jawab sosial dalam pesan, sehingga berpotensi kurang sejalan dengan prinsip akurasi informasi dalam komunikasi publik.
Windah Basudara– streamer game asal Indonesia yang dikenal ramah dan hangat. Dalam berkomunikasi, Windah kerap berbicara santai namun sopan kepada penonton, serta mengedepankan nilai positif. Ia juga aktif pada kegiatan sosial, misalnya streaming charity yang berhasil mengumpulkan Rp1 miliar untuk sumbangan.
Windah Basudara
Gaya bahasa baik dan interaksinya yang terbuka menciptakan suasana nyaman dan komunitas yang positif. Hal ini mencerminkan etika publik: Windah menampilkan tanggung jawab sosial dan transparansi (mis. menjelaskan tujuan donasi secara jujur), serta menjaga kejujuran dalam informasi yang disampaikan.
IShowSpeed – streamer asal Amerika yang terkenal dengan gaya sangat enerjik, spontan, dan sering melakukan aksi-aksi unik. Ia dikenal karena gimmicks komedi dan stunts publikasi dalam kontennya. Karakternya yang nyentrik membuat banyak penonton tertawa, namun kadang kontroversial.
IShowSpeed
Sebagai contoh, saat tampil di livestream Adin Ross, ia sempat melontarkan pertanyaan provokatif “Who is gonna stop me?” yang dinilai sebagai pelecehan seksual. Komentar tersebut kemudian membuat Twitch menilainya melanggar pedoman komunitas tentang pelecehan seksual. Setelah itu, iShowSpeed meminta maaf dan menyatakan bahwa ia “menyadari tanggung jawab untuk menjadi contoh yang baik bagi pengikutnya”. Kejadian ini menggambarkan bagaimana gaya komunikasinya yang viral terkadang menguji batas etika: meski menghibur, kontennya harus dikritisi apakah sudah menghormati nilai kejujuran dan tanggung jawab publik.
Tren Konten Viral: Pola dan Dampak pada Audiens
Di era di mana satu klik bisa menjadikan video mendadak “meledak”, pola konten viral seringkali menunjukkan kesamaan struktural dan dampak psikososial yang kuat pada penonton. Berikut uraian lebih lengkap:
1. Elemen Kejutan & Humor Ringan
Konten yang mengandung unsur tak terduga—entah kilas balik lucu, efek suara tiba-tiba, atau parodi kreatif—memicu respons emosional positif yang membuat penonton ingin berbagi. Misalnya, beberapa potongan klip meme Minecraft dari Wielino Ino sempat dikirim ulang ribuan kali dalam 24 jam pertama karena efek suara “nyeleneh” dan editing cepatnya yang memancing tawa.
Dampak: Meski menjanjikan gelak tawa, konten semacam ini jarang memuat pesan mendalam atau fakta akurat, sehingga bertumpu sepenuhnya pada hiburan—sesuatu yang tidak selalu sejalan dengan prinsip akurasi informasi dalam komunikasi publik .
2. Interaktivitas & Rasa Kebersamaan
Streaming amal atau kegiatan sosial, seperti yang dilakukan Windah Basudara, menunjukkan kekuatan partisipasi audiens. Dalam satu sesi livestream, ia menggalang lebih dari Rp 1 miliar untuk donasi dalam waktu 12 jam, berkat panggilan interaktif langsung dan transparansi penuh soal penggunaan dana.
Dampak: Audiens merasa terlibat dan bertanggung jawab secara kolektif—mencerminkan ciri komunikator publik yang mampu memotivasi perubahan perilaku sekaligus membangun hubungan emosional yang positif .
3. Kontroversi & Viralitas Negatif
Di sisi lain, provokasi berlebihan atau “menguji batas” dapat menghasilkan gelombang kritikan. Saat iShowSpeed mengeluarkan komentar tak terduga dalam livestream internasional, klip tersebut menyebar luas—namun bukan untuk alasan yang membanggakan. Banyak penonton merasa kurang nyaman, dan platform akhirnya menjatuhkan sanksi sementara.
Dampak: Viralitas semacam ini menimbulkan kecemasan sosial dan menguji batas toleransi audiens. Konten kontroversial memang cepat melejit, tapi mengorbankan reputasi dan dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang merugikan .
Bagaimana streamer dapat memastikan konten viral yang mereka ciptakan tetap etis dan bertanggung jawab?
Dengan menerapkan prinsip etika normatif komunikasi publik, streamer perlu:
1. Menganalisis khalayak secara cermat: mengenali nilai, latar belakang, dan batasan budaya penonton sebelum merilis konten.
2. Menjaga akurasi informasi dalam setiap elemen pesan—bahkan dalam konten hiburan—agar tidak menyesatkan atau menyebarkan hoaks.
3. Mempertimbangkan dampak sosial: memilih tema yang membangun, bukan sekadar mengejar sensasi.
4. Transparansi & tanggung jawab: terutama dalam kegiatan amal atau kampanye, jelaskan tujuan, penggunaan dana, dan hasil yang dicapai untuk memupuk kepercayaan audiens.
Di Balik Layar, Ada Etika yang Harus Dijaga
Di tengah lautan konten digital yang terus mengalir setiap detik, para streamer kini memegang peran strategis sebagai penyampai pesan publik yang memengaruhi cara berpikir jutaan orang. Mereka bukan lagi sekadar penghibur layar, tetapi telah menjadi bagian dari arus komunikasi publik yang menuntut kesadaran etis, tanggung jawab sosial, dan kepekaan moral dalam setiap ucapan dan tindakannya.
Mengacu pada prinsip etika normatif komunikasi publik, setiap streamer seharusnya menyadari bahwa pesan yang mereka sampaikan — baik dalam bentuk candaan ringan, ajakan donasi, hingga komentar spontan — bisa berdampak besar. Maka, menjaga kejujuran, integritas, dan empati kepada audiens bukanlah sekadar pilihan, melainkan kewajiban.
“Apakah yang saya tonton dan saya buat membawa kebaikan atau justru menyebar kekeliruan?”
Sebab di balik setiap viralitas, ada nilai yang dikirim. Dan di balik setiap klik, ada pengaruh yang ditanam. Etika bukan hanya soal aturan — ia adalah cermin siapa kita sebagai manusia.

Mahasiswa
0 Pengikut

Streamer Juga Punya Etika Publik, lho
Jumat, 4 Juli 2025 10:26 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler