Pengangguran Merajalela, Kapitalisme Rapuh; Mampukah Islam Pulihkan Harapan?

Rabu, 30 Juli 2025 14:47 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi Krisis Kehutanan. Gambar: Freepik
Iklan

Mencari solusi terjeratnya para pemuda dalam lingkaran pengangguran

***

Pengangguran mencengkeram pemuda, kapitalisme meranggas jiwa bangsa. Ditengah puing-puing sistem yang rapuh, dapatkah Islam kaffah menyalakan suluh harapan, menerangi jalan menuju keadilan yang penuh harapan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Membludaknya para pencari kerja di Cianjur, memperkuat fakta jumlah pengangguran yang tinggi di negeri ini. Indonesia dalam laporan media asing menempati posisi dengan negara tingkat pengangguran kaum muda tertinggi di Asia. Lebih dari 7 juta rakyat Indoensia berstatus pengangguran terbuka pada 2025 dan 1 juta diantaranya adalah lulusan sarjana (S1)(kompas.com,25/07/2025).   

Mirisnya bagian dari para pencari kerja adalah lulusan universitas. Para sarjana terjebak dalam lingkaran pengagguran. Dugaan adanya regulasi yang tidak berpihak pada sarjana yang menjadi penghalang untuk dapat langsung bekerja(cnbcindoneisa.com,28/07/2025). Sementara itu ketidakseimbangan antara jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah tenaga siap kerja juga menunjukkan adanya kelalaian negara dalam penetapan sistem ekonomi yang diterapkan. 

Indonesia menjalankan roda perekonomian dengan menerapkan sistem ekonomi kapitalisme. Sistem yang menjadikan negara hanya sebagai regulator dan fasilitator bagi para kapital. Sistem kapital ini begitu mendominasi buktinya investasi asing, privatisasi sumber daya alam, dan kapitalisasi sektor vital seperti energi dan pertambangan hanya menguntungkan korporasi, bukan rakyat. Dengan ini lapangan pekerjaan disetir oleh para perusahaan, para oligarki bukan negara. 

Berharap kepada kapital yang memiliki paradigma seefisien mungkin dalam menggunkan modal, yakni dengan mesin demi keuntungan yang sebesar-besarnya. Adanya pengagguran yang tetap tinggi meski investasi tetap tumbuh adalah keniscayaaan dalam sistem ini. Penyerapan tenaga kerja namun berebut dengan asing juga bagian dari pengaturan liberalisasi oleh kapitalis. Terlebih dengan pengaturan yang berdasarkan materi, menjadikan pendidikan sebagai komoditas. Dengan berorientasi pada profit menghasilkan lulusan yang tidak kompeten dan terjebak pada pola pikir yang semata-mata utiilitarian.

Realitas inilah yang menyebabkan angka penggangguran semakin tinggi. Kapitalisasi pemilik modal di sektor-sektor vital yang menyerap tenaga kerja semakin menguat. Sementara negara abai dari tugasnya untuk mengurus rakyat. Agar angka penggangguran turun bahkan sampai di level tidak ada penggangguran rakyat membutuhkan negara raa’in (pengurus). Negara Islam akan mengurusi urusan rakyat dengan tidak berlepas tangan dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya, termasuk membuka lapangan kerja. Semua itu dilakukan atas ketaatan negara dalam menjalankan syariat. Rasulullah SAW bersabda “ seorang Imam(kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya” (HR. Bukhari)

Memberi teladan langsung begaimana negara bertanggung jawab menyediakan langan pekerjaan untuk rakyatnya. Hal ini digambarkan sebagaiman Rasulullah SAW dalam hadist yang artinya ” Rasulullah SAW pernah memberi dua dirham kepada seorang Anshar, lalu baliau berkata, “Belilah makanan seharga satu dirham dengan uang dan berikanlah kepada keluargamu. Dan sisanya belilah sebuah kapak dengan satu dirham dan bawalah kapak itu kepadaku."

Lalu Rasulullah membelah kayu dengan kapak tersebut, kemudian berkata, "Pergilah dan carilah kayu bakar, lalu juallah. Jangan kembali ke hadapanku. Kecuali setelah 15 hari."

Lelaki Anshar itupun mencari kayu bakar lalu menjualnya. Setelah itu ia datang lgi kepada Rasullah dengan membeawa 10 ditham. Sebagain ia belikan baju dan sebagiannya lagi makanan. (HR. Ibnu Majah)

Perekonomian negara dibangun berdasarkan sistem ekonomi Islam. Lapangan pekerjaan akan terbuka secara luas. Dengan sistem ini akan membuat negara memiliki berbagai sektor yang menyerap tenaga kerja. Sebab lapangan pekerjaan akan terbuka menyesuaikan kepentingan Islam dan kebutuhan rakyat bukan korporat.

Apalagi Islam mewajibkan laki-laki untuk mencari nafkah. ketaatan menjalankan syariat ini membutuhkan pekerjaan. Negara akan bertanggung jawab menyediakan lapangan pekerjaan dan mengembangkan ekonomi sektor riil di bidang pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Berkembangnya sektor ini jelas membutuhkan tenaga terdidik dan terampil yang berkaitan dengan bidang tersebut.

Dengan perhatian terhadap pendidikan yang akan ditanamakan pada generasi. Menjadikan kurikulum Islam sebagai dasar. Memperhatikan bagaimana lulusan yang dihasilkan sebagai para ahli dan spesialis disemua bidang kehidupan untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Dan mempersiapkan tenaga terdidik atau tenaga ahli dalam mengatur urusan masyarakat. 

Sistem ekonomi Islam memiliki ragulasi kepemilikan yang khas terkait pengelolaan sumber daya alam dan energi (SDAE). Dalam islam SDAE dikelola oleh negara, bukan swasta apalagi asing haram memiliki dan mengelolanya. Ragulasi ini menjadikan sumber pendapatan negara melimpah. Sehingga mampu membangun negara tanpa bantuan utang atau investasi. Dengan pengelolaan sumber daya secara mandiri akan membuka lapangan kerja terbuka secara lebar. 

Eksplorasi dan ekploitasi membutuhkan tenaga ahli dan terdidik dalam jumlah besar. Lapangan kerja terbuka lebar untuk rakyat. Seperti inilah salah satu gambaran kemaslahatan dari penerapan sistem Islam scara kaffah (menyeluruh) termasuk pada sistem ekonomi Islam. Negara dalam ketaatan menjalankan syariat membuat negara berdiri di sisi rakyat menjamin kebutuhannya dan menyediakan keperluannya.

Namun hadirnya negara raa’in tatkala Islam dijadikan sebagai asas dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian hal apa lagi yang membuat kita tidak bergerak memperjuangkan hadirnya negara Islam yang jelas kita membutuhkannya. Wallhualam bissawab

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler