Ketua Program Studi S2 Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi) Fakultas Teknik Unissula Semarang. Juga sebagai Sekretaris I Bidang Penataan Kota, Pemberdayaan Masyarakat Urban, Pengembangan Potensi Daerah, dan Pemanfaatan SDA, ICMI Orwil Jawa Tengah. Selain itu juga sebagai Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah.
Warisan Sejarah, Tantangan, dan Revitalisasi Berkelanjutan di Kota Lama Semarang
9 jam lalu
Pengelolaan ruang kota harus memperhatikan hubungan dinamis antara konteks sejarah, kebutuhan masyarakat, serta fungsi ruang publik inklusif.
Kota Lama Semarang adalah kawasan bersejarah dengan usia sekitar empat abad yang diakui sebagai cagar budaya penting di Indonesia. Kawasan ini tidak hanya menyimpan nilai sejarah tetapi juga menjadi pusat seni, budaya, dan kegiatan sosial-ekonomi. Namun, pelestarian Kota Lama menghadapi berbagai tantangan fisik dan sosial yang memerlukan pengelolaan dan revitalisasi yang tepat agar kelestarian serta fungsi sosial-ekonominya dapat terjaga secara berkelanjutan.
Penulis Indonesiana
Kajian Teori Urban Heritage dan Pelestarian
Urban heritage atau warisan kota mengacu pada aset-aset sejarah yang membentuk identitas dan kontinuitas ruang perkotaan. Pelestarian urban heritage melibatkan upaya konservasi fisik bangunan dan lingkungan, serta pengelolaan sosial, budaya, dan ekonomi agar kawasan tersebut tetap hidup dan relevan bagi masyarakat masa kini.
Menurut teori urban design dari Hamid Shirvani, pengelolaan ruang kota harus memperhatikan hubungan dinamis antara konteks sejarah, kebutuhan masyarakat, serta fungsi ruang publik yang inklusif dan berkelanjutan. Shirvani menekankan pentingnya desain urban yang tidak hanya mempertahankan nilai sejarah secara fisik, tetapi juga mengintegrasikan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat lokal sehingga warisan tersebut tetap berfungsi sebagai ruang hidup yang dinamis.
Kondisi dan Tantangan Pelestarian Kota Lama Semarang
Kota Lama Semarang sebagai kawasan cagar budaya menyimpan bangunan yang banyak menggunakan material mudah terbakar dan minim proteksi kebakaran. Risiko kebakaran menjadi ancaman utama, selain kerusakan akibat usia bangunan yang sudah tua dan kurangnya perawatan. Kondisi ini menyebabkan banyak bangunan rawan roboh dan menimbulkan degradasi fisik yang signifikan.
Lingkungan yang kumuh dan tidak terawat pernah menjadi ciri khas kawasan ini, namun kini mulai berubah berkat pembinaan dan perhatian pemerintah. Infrastruktur yang masih memerlukan perbaikan seperti pavingisasi jalan yang rusak dan sistem drainase yang belum optimal berpotensi menimbulkan banjir rob yang dapat merusak bangunan tua.
Upaya Revitalisasi dan Pengelolaan Sosial-Ekonomi
Pemerintah Kota Semarang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah aktif melakukan revitalisasi untuk memulihkan dan menghidupkan kembali Kota Lama. Program ini tidak hanya fokus pada perbaikan fisik seperti pavingisasi jalan, penataan saluran drainase, serta peningkatan sistem penerangan jalan untuk keamanan dan kenyamanan, tetapi juga pada perbaikan kondisi sosial-ekonomi yang mendukung keberlanjutan kawasan.
Lingkungan yang dulu kumuh kini menjadi lebih bersih dan nyaman, mendukung aktivitas wisata malam hari di tempat-tempat seperti pasar barang antik, Taman Srigunting, dan sejumlah rumah makan. Dinamika kepemilikan properti di Kota Lama cukup kompleks dengan keterlibatan perseorangan, BUMN, BUMD, instansi pemerintah, dan yayasan, semuanya telah terdata dan memiliki harapan besar terhadap peran aktif pemerintah dalam revitalisasi.
Dinamika Kepemilikan dan Ruang Publik
Kepemilikan lahan yang beragam menyebabkan perlunya koordinasi yang intensif antar pemilik properti dan Pemerintah Kota agar revitalisasi berjalan efektif dan terintegrasi. Para pemilik berkomitmen mengelola aset sesuai aturan jika ada kebijakan dan dukungan dari pemerintah.
Kawasan masih mengalami kekurangan ruang publik yang memadai untuk kegiatan besar.
Ruang terbuka hijau sebagai tempat pertunjukan seni dan budaya sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan fungsi ruang publik dan memperkuat peran Kota Lama sebagai pusat hiburan dan wisata.
Sinergi dan Pengelolaan Berkelanjutan
Menjaga kelestarian Kota Lama Semarang membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, pemilik properti, dan pelaku usaha. Revitalisasi fisik harus diimbangi dengan pengelolaan sosial-ekonomi yang inklusif agar kawasan tidak sekadar menjadi situs warisan statis, tetapi juga ruang hidup urban yang dinamis dan berkelanjutan.
Pengelolaan pasar barang antik sebagai elemen budaya dan ekonomi perlu penataan yang lebih baik agar terintegrasi, mendukung karakter khas Kota Lama sekaligus meningkatkan daya tarik wisata. Pengembangan infrastruktur dan ruang publik serta kebijakan yang mendukung pelestarian harus dirancang secara holistik sesuai dengan prinsip urban design dari Shirvani, yang mengedepankan keseimbangan antara nilai sejarah, kebutuhan sosial, dan keberlanjutan ekonomi.
Dr. Ir. Mohammad Agung Ridlo, M.T.
Ketua Program Studi S2 Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi) Fakultas Teknik UNISSULA. Juga sebagai Sekretaris I Bidang Penataan Kota, Pemberdayaan Masyarakat Urban, Pengembangan Potensi Daerah, dan Pemanfaatan SDA, ICMI Orwil Jawa Tengah. Selain itu juga menjadi Ketua Bidang Teknologi Tradisional, Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Jawa Tengah. Serta sebagai Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah.

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Peradaban Manusia dalam Interaksi Dinamis Krisis Ekologi
Jumat, 29 Agustus 2025 16:21 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler