Pentingnya Edukasi Anak Sekolah Dasar untuk Meningkatkan Perilaku Cuci Tangan Pa
1 jam lalu
Kesehatan dan kebersihan merupakan fondasi utama dalam pembentukan perilaku hidup bersih pada anak usia sekolah dasar
***
Wacana ini ditulis oleh Ayu Anastasya, Luthfiah Mawar M.K.M., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Kesehatan dan kebersihan merupakan fondasi utama dalam pembentukan perilaku hidup bersih pada anak usia sekolah dasar, terutama melalui kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Praktik sederhana ini terbukti sebagai salah satu metode paling efektif, murah, dan mudah dilakukan untuk mencegah penyakit menular seperti diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang masih menjadi penyebab utama gangguan kesehatan pada anak. Sayangnya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan kepatuhan siswa sekolah dasar terhadap praktik CTPS masih relatif rendah, sehingga diperlukan upaya edukasi yang berkesinambungan, kreatif, dan terarah untuk membentuk pola hidup bersih sejak dini.
Berbagai program edukasi kesehatan di sekolah telah menunjukkan efektivitas yang nyata. Melalui metode interaktif seperti penyuluhan, demonstrasi praktik, diskusi kelompok, serta pemanfaatan media visual berupa poster, video, maupun pop-up book, anak-anak terbukti lebih cepat memahami pentingnya enam langkah cuci tangan yang benar. Sebagai contoh, sebuah studi pengabdian masyarakat menemukan bahwa sebelum intervensi, lebih dari setengah siswa belum memahami manfaat maupun prosedur CTPS, namun setelah pendekatan berbasis praktik langsung dan media kreatif, pemahaman mereka meningkat hingga 80 persen. Hal ini membuktikan bahwa metode edukasi yang dikemas secara menarik mampu mengubah pengetahuan menjadi keterampilan nyata.
Efektivitas edukasi semakin terasa ketika disajikan dalam bentuk pembelajaran yang menyenangkan dan partisipatif. Anak-anak tidak lagi memandang CTPS sebagai kewajiban semata, melainkan bagian dari rutinitas harian yang menyenangkan. Lagu-lagu edukatif, animasi berwarna, poster kreatif, serta simulasi praktik membuat pesan lebih mudah melekat dalam ingatan anak. Pelibatan guru dan orang tua memberikan penguatan penting agar kebiasaan mencuci tangan tidak berhenti di sekolah, tetapi juga menjadi budaya bersih di rumah dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, CTPS tidak hanya menjadi praktik individu, melainkan gerakan kolektif menuju masyarakat yang lebih sehat.
Namun, edukasi semata tidak cukup tanpa dukungan fasilitas yang memadai. Ketersediaan wastafel dengan air mengalir, sabun yang mudah dijangkau, serta pengingat visual di area strategis seperti toilet dan kantin, merupakan faktor pendukung penting agar anak dapat menerapkan CTPS secara konsisten. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi edukasi dan fasilitas yang memadai dapat menurunkan angka penyakit menular di sekolah hingga puluhan persen, sebuah bukti bahwa intervensi sederhana dapat menghasilkan dampak kesehatan yang besar.
Meski demikian, sejumlah tantangan tetap mengemuka. Keterbatasan sumber daya sekolah, kesibukan guru, serta minimnya keterlibatan orang tua di beberapa daerah sering menjadi hambatan. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi lintas sektor antara institusi pendidikan, dinas kesehatan, dan masyarakat agar edukasi CTPS berjalan efektif serta berkelanjutan. Program yang mudah diakses, dikemas secara kreatif, dan dilakukan secara berulang terbukti lebih berhasil dalam membentuk kebiasaan jangka panjang.
Edukasi kesehatan mengenai cuci tangan pada anak sekolah dasar pada hakikatnya bukan hanya bertujuan meningkatkan pengetahuan, tetapi juga menanamkan budaya hidup bersih. Anak yang sejak dini dibiasakan mencuci tangan akan tumbuh menjadi generasi yang sadar kesehatan, lebih produktif, dan mampu menekan beban penyakit menular di masyarakat. Hal ini sejatinya merupakan investasi kesehatan jangka panjang yang bernilai tinggi. Anak sekolah dasar memiliki potensi besar sebagai agen perubahan yang mampu menularkan kebiasaan sehat tidak hanya pada teman sebaya, tetapi juga pada keluarga dan lingkungannya.
Contoh konkret dapat dilihat dalam program edukasi di MI As’adiyah, di mana siswa yang sebelumnya belum memahami prosedur CTPS kemudian berhasil mempraktikkan cuci tangan dengan benar setelah mengikuti penyuluhan di kelas dan simulasi di lapangan. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan sederhana namun terencana, tingkat keberhasilan bisa mencapai 100 persen. Artinya, pendidikan kesehatan yang terintegrasi di sekolah benar-benar mampu mengubah perilaku.
Ketika perilaku CTPS diabaikan, berbagai penyakit dapat dengan mudah menyebar. Anak-anak lebih rentan terhadap pilek, diare, keracunan makanan, penyakit akibat kontaminasi cairan tubuh, hepatitis, hingga cacingan. Semua penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui kebiasaan mencuci tangan dengan sabun secara benar. Enam langkah pencegahan sederhana, mulai dari mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir, memperhatikan durasi 40–60 detik, mengeringkan tangan dengan benar, hingga menjaga kebersihan kuku dan menghindari tangan yang lembap, merupakan strategi yang efektif untuk menghilangkan kuman penyebab penyakit.
Pada akhirnya, edukasi CTPS di sekolah dasar memiliki makna lebih luas daripada sekadar mengajarkan teknik mencuci tangan. Ia adalah fondasi untuk membangun kesadaran hidup bersih yang berkelanjutan, sebuah investasi yang akan menghasilkan generasi yang lebih sehat, tangguh, dan siap menghadapi tantangan kesehatan global. Oleh sebab itu, sudah seharusnya sekolah, orang tua, tenaga kesehatan, dan pemerintah bersinergi dalam memastikan bahwa CTPS bukan sekadar pengetahuan, melainkan perilaku yang melekat dalam kehidupan sehari-hari anak.
Corresponding Author: Ayu Anastasyah (email: [email protected])

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler