Kisah Transformasi Sebuah Desa Menuju Hidup Sehat

2 hari lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Strategi Membangun Perilaku Sehat Untuk Mengatasi Stunting
Iklan

Kurangnya pengetahuan tentang kebersihan dan kebiasaan lama menjadi pemicu utama.

***

Wacana ini ditulis oleh Maulidyah Azzahra, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Nadia Saphira, Amanda Aulia Putri, Naysila Prasetio, Winda Yulia Gitania Br Sembiring, dan Annisa Br  Bangun dari IKM 5 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam wawancara yang hangat dengan beberapa warga desa terpencil, mereka bercerita bagaimana kehidupan sehari-hari diwarnai oleh sawah hijau, pohon kelapa, dan udara segar. Meski alam sekitarnya tampak asri, mereka tidak luput dari masalah kesehatan. Anak-anak sering terserang penyakit ringan maupun kronis, sementara orang tua kerap mengalami gangguan kesehatan yang berulang.

Kurangnya pengetahuan tentang kebersihan dan kebiasaan lama menjadi pemicu utama. Warga menyadari bahwa menjaga kesehatan tidak bisa dilakukan secara individual, melainkan harus dilakukan bersama-sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat.

Perubahan besar mulai hadir ketika seorang bidan desa, Ibu Yuli, ditugaskan di desa tersebut. Saat pertama kali bertugas, ia menyaksikan banyak balita mengalami stunting dan kekurangan gizi. Kesadaran muncul bahwa usaha individu tidak cukup untuk menghasilkan dampak luas. “Kalau hanya saya sendiri yang bergerak, hasilnya tidak akan besar. Tapi kalau kita bersama, pasti bisa,” kata Ibu Yuli dengan penuh keyakinan. Motivasi itulah yang menjadi pemicu transformasi nyata di desa.

Langkah pertama yang dilakukan Ibu Yuli adalah mengumpulkan para ibu rumah tangga di balai desa. Ia menjelaskan pentingnya gizi seimbang, kebersihan lingkungan, dan imunisasi bagi anak-anak. Awalnya, sebagian ibu meragukan efektivitas arahan tersebut, bahkan sebagian skeptis. Namun, dengan kesabaran dan contoh nyata, seperti mengolah sayur dari kebun sendiri, tempe, dan ikan yang terjangkau, perlahan-lahan warga mulai mencoba praktik tersebut. Transformasi ini membuka pintu bagi partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kesehatan keluarga mereka.

Anak muda desa tidak tinggal diam. Mereka membentuk kelompok bernama “Pemuda Sehat” dengan tugas sederhana namun signifikan: membersihkan selokan, membuat tempat sampah di setiap rumah, dan mengajak anak-anak bermain olahraga setiap sore. Aktivitas ini bukan hanya meningkatkan kebugaran fisik, tetapi juga mempererat ikatan sosial antarwarga. Semangat kebersamaan menjadi fondasi bagi perubahan budaya hidup sehat yang berkelanjutan.

Ketika wabah demam berdarah menyerang, kolaborasi warga diuji. Nyamuk berkembang pesat akibat genangan air hujan, membuat kepanikan melanda. Namun, melalui gerakan gotong royong membersihkan bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas, kasus demam berdarah berhasil ditekan secara drastis dalam beberapa bulan. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa kerja sama komunitas mampu menyelamatkan banyak nyawa dan memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bersama.

Selain penyakit menular, warga desa mulai memerhatikan penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes. Posyandu lansia menjadi pusat pemeriksaan tekanan darah rutin, sementara para ibu memimpin jadwal senam mingguan di lapangan desa. Anak-anak muda ikut berpartisipasi sehingga kegiatan ini berubah menjadi pesta kecil yang menyenangkan. Musik diputar, warga tertawa, dan keringat bercucuran, menjadikan menjaga kesehatan pengalaman kolektif yang membahagiakan.

Tentu saja, perjalanan ini tidak tanpa tantangan. Beberapa warga masih enggan berpartisipasi, dan ada yang merasa menjaga kesehatan adalah beban. Namun, hasil nyata mulai terlihat. Anak-anak lebih sehat, jarang absen sekolah, dan orang tua yang rutin berolahraga tampak lebih bugar. Desa tersebut kemudian memperoleh penghargaan dari pemerintah kabupaten sebagai “Desa Sehat Berdaya”, mengukuhkan bahwa perubahan yang konsisten menghasilkan pengakuan dan inspirasi bagi masyarakat lainnya.

Dari kisah desa ini, dapat dipahami bahwa menjaga kesehatan bukan sekadar urusan individu. Ia merupakan tanggung jawab kolektif. Makan sehat dan olahraga saja tidak cukup jika lingkungan sekitar tidak mendukung. Saat semua pihak peduli, beban terasa lebih ringan, dan dampak positif meluas. Investasi kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya atau berjalan kaki setiap pagi, menimbulkan efek jangka panjang yang signifikan. Semangat kebersamaan menjadi bahan bakar utama, menumbuhkan harapan dan rasa saling menjaga.

Hidup sehat tidak mungkin dicapai sendiri. Kisah desa ini menunjukkan bahwa dengan kolaborasi, disiplin, dan komitmen, kualitas hidup meningkat. Anak-anak ceria, orang tua lebih bugar, dan masyarakat menjadi harmonis. Pesan yang paling penting adalah kesehatan adalah investasi tak ternilai. Makanan sehat, olahraga, dan lingkungan bersih adalah bagian dari strategi kolektif untuk masa depan yang lebih baik. Dengan kebersamaan, perjuangan menjaga kesehatan menjadi ringan dan menyenangkan. Pada akhirnya, kesehatan bukan sekadar bebas dari penyakit, tetapi juga hidup dengan kualitas yang optimal, bahagia, dan produktif.

Corresponding Author: Maulidyah Azzahra
([email protected])

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler