Kenapa Harus Bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah?
2 jam lalu
IMM tidak hanya lahir untuk mengisi kekosongan struktural, tapi juga menjalankan peran stabilisator dan dinamisator persyarikatan,
***
Periode awal studi di perguruan tinggi menandai suatu fase transisi kognitif dan sosial yang krusial bagi mahasiswa baru. Dalam konteks dinamika kampus yang majemuk dan tantangan global yang kompleks, pemilihan wadah berorganisasi menjadi keputusan strategis yang menentukan trajectory perkembangan diri.
Tulisan ini berargumen secara kuat bahwa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan entitas pergerakan yang memberikan landasan epistemologis dan praksis yang holistik, menjadikannya pilihan keniscayaan bagi mahasiswa yang berorientasi pada pembentukan akademisi Islam yang integral.
Genealogi dan Eksistensi Historis IMM: Melampaui Kontroversi Kelahiran
Kelahiran IMM pada 14 Maret 1964 di Yogyakarta seringkali disimplifikasi dalam narasi politik sebagai respons situasional terhadap upaya pembubaran organisasi mahasiswa tertentu pada era Orde Lama. Namun, merujuk pada analisis mendalam dalam literatur seperti “Kelahiran yang Dipersoalkan,” kelahiran IMM merupakan kehendak strategis internal Persyarikatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah, sebagai gerakan pembaruan Islam yang telah menginisiasi sejumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), menyadari urgensi untuk menubuhkan suatu organisasi otonom (ortom) yang berfungsi sebagai ekponen mahasiswa—sebuah mesin kaderisasi yang secara spesifik beroperasi di lingkungan akademis. Tujuannya adalah untuk memastikan keberlangsungan ideologi dan misi dakwah Muhammadiyah di kalangan kaum intelektual. Dengan demikian, eksistensi IMM sejak awal telah dirancang sebagai gerakan mahasiswa Islam yang secara legal, organisasional, dan ideologis terikat pada Kepribadian Muhammadiyah (sebagaimana ditegaskan dalam Enam Penegasan IMM pada Muktamar I di Kottabarat, 1965).
IMM tidak hanya lahir untuk mengisi kekosongan struktural, tetapi untuk menjalankan peran stabilisator dan dinamisator persyarikatan di ranah intelektual. Peran ini menuntut kadernya untuk memiliki kesadaran historis dan keberanian berpikir yang progresif, karakteristik yang secara filosofis diinternalisasi melalui kerangka gerakannya.
Trilogi IMM: Vektor Pergerakan Berbasis Transformasi
Keunggulan komparatif IMM terletak pada kerangka gerakannya yang termaktub dalam Trilogi IMM. Konsep ini bukan sekadar taksonomi, melainkan sebuah epistemologi gerakan yang menuntut integrasi antara tiga domain fundamental dalam diri kader.
1. Religiusitas: Spiritualitas Transformatif
Kaderisasi IMM memandang religiusitas bukan hanya sebagai dimensi ritual (ibadah mahdhah) tetapi sebagai landasan etika dan ideologi yang transformatif. Dalam konteks IMM, religiusitas berarti pembumian nilai-nilai ketauhidan dan ajaran Islam yang berkemajuan, yang secara praksis diwujudkan dalam semangat Teologi Al-Ma'un.
Religiusitas IMM mendorong kader untuk mengartikulasikan iman dalam aksi nyata terhadap ketidakadilan sosial (amar ma'ruf nahi munkar). Hal ini mengarahkan kader pada integritas moral yang tidak terombang-ambing oleh pragmatisme politik, memastikan bahwa setiap gerakan didasarkan pada prinsip kebenaran dan keadilan ilahiah.
2. Intelektualitas: Manifestasi Akademisi Sejati
Komitmen IMM terhadap intelektualitas menjadikannya sebagai institusi non-formal yang mendidik kadernya sebagai insan akademis sejati. Sesuai dengan penegasan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah, IMM menempatkan budaya literasi, penelitian, dan dialektika sebagai jantung pergerakan.
IMM mendidik kader untuk menjadi produsen ilmu yang kritis terhadap realitas sosial dan struktural. Ini adalah proses pembentukan subjek yang berani mengambil posisi di tengah kompleksitas diskursus keilmuan, sebuah keberanian yang terefleksi dalam julukan "Kaum Merah"—simbol perlawanan terhadap kebekuan pemikiran dan dominasi struktural, sebagaimana dianalisis dalam literatur “Genealogi Kaum Merah.”
3. Humanitas: Gerakan Kemanusiaan Profetik
Domain humanitas adalah pengejawantahan nyata dari dua pilar sebelumnya. Humanitas menuntut kader IMM untuk memiliki sensitivitas sosial yang tinggi dan berpihak secara konsisten kepada kaum mustadh'afin (yang tertindas).
Gerakan ini menerjemahkan Teologi Al-Ma'un menjadi advokasi, pengabdian masyarakat, dan upaya filantropis. Humanitas memastikan bahwa keilmuan dan keimanan yang dimiliki kader tidak berhenti pada ranah teoritis, melainkan berwujud solusi konkret bagi problem kemanusiaan dan kebangsaan. IMM dengan demikian menegaskan dirinya sebagai gerakan profetik yang menyebarkan rahmat di tengah masyarakat.
IMM: Laboratorium Jati Diri dan Oikos Intelektual
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa IMM berfungsi optimal sebagai laboratorium pencarian jati diri bagi mahasiswa. Masa transisi menuju kedewasaan intelektual seringkali diselimuti pertanyaan eksistensial mengenai identitas, peran, dan tujuan hidup. IMM, melalui sistem perkaderannya yang terstruktur (Darul Arqam Dasar/DAD hingga Paripurna), menyediakan kerangka nilai dan lingkungan yang kondusif untuk eksplorasi tersebut.
Dalam konteks personal, ber-IMM memberikan banyak kesempatan untuk mencari jati diri melalui forum diskusi kritis, penugasan yang menantang, dan interaksi dengan berbagai latar belakang kader. Organisasi ini secara sistematis mengedepankan pembentukan kader agar menjadi insan akademis yang sejati—seorang ulul albab—yaitu individu yang mampu menyandingkan rasionalitas ilmiah dengan kedalaman spiritual. Proses ini menekankan bahwa keunggulan akademik harus diimbangi dengan kematangan kepribadian dan ideologi yang kuat.
Lebih substansial dari sekadar institusi, IMM adalah rumah, bukan cuman sekadar organisasi. Konsep oikos (rumah) ini merujuk pada komunitas yang berbasis nilai, tempat para kader tidak hanya terikat oleh kepentingan program, tetapi oleh ikatan ideologis dan emosional yang kuat. Kehangatan kolektif, rasa kepemilikan, dan jaringan alumni yang solid menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan, menjadikannya tempat yang aman untuk kembali, merefleksi, dan menguatkan semangat perjuangan.
Penutup: Manifestasi Kebutuhan Intelektual
Afiliasi mahasiswa baru dengan IMM bukanlah pilihan kebetulan, melainkan manifestasi kebutuhan intelektual untuk menemukan makna, tujuan, dan wadah untuk mengaplikasikan ilmu. IMM menawarkan paket pergerakan yang lengkap: fondasi sejarah yang kokoh, arah gerakan yang terperinci (Trilogi), dan lingkungan sosial yang suportif (Rumah).
Dengan bergabung di IMM, mahasiswa baru tidak hanya menjadi bagian dari gerakan yang besar, tetapi juga secara aktif berpartisipasi dalam proyek dakwah Islam yang berkemajuan di ranah intelektual bangsa. Ini adalah ajakan untuk bertransformasi menjadi kader yang paripurna: Religius dalam berpikir, Intelektual dalam beramal, dan Humanis dalam bergerak.
Penulis: Immawan Fiky

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler