Politik dan Ideologi di Dunia Virtual

19 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Bermain game
Iklan

Di era digital, video game telah bertransformasi dari hiburan menjadi medium kuat untuk menyampaikan isu sosial dan politik.

***

Dahulu, video game sering dianggap sebagai hiburan eskapis semata, sebuah dunia di mana kita bisa menjadi pahlawan super atau pembalap formula satu tanpa konsekuensi. Namun, seiring dengan kematangan mediumnya, video game telah berevolusi menjadi kanvas yang kuat untuk menyampaikan narasi kompleks, termasuk isu politik, ideologi, pergerakan sosial, dan kritik terhadap realitas dunia kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana Game Menyampaikan Pesan?

Tidak seperti film atau buku, game memiliki keunggulan unik: interaktivitas. Pemain tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga partisipan aktif yang keputusannya membentuk alur cerita dan hasil akhir. Cara game menyampaikan pesan-pesan mendalam ini bisa melalui beberapa metode:

  1. Narasi Eksplisit: Beberapa game secara terang-terangan mengangkat tema politik. Seri Metal Gear Solid terkenal dengan kritiknya terhadap perang, proliferasi nuklir, dan disinformasi. Sementara itu, Deus Ex mengeksplorasi isu transhumanisme, kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, serta teori konspirasi korporasi global.

  2. Mekanika Gameplay: Inilah keajaiban video game. Mekanika atau cara bermainnya sendiri bisa menjadi cerminan sebuah sistem politik atau sosial. Contohnya:

    • Papers, Please menempatkanmu sebagai petugas imigrasi di negara totaliter. Kamu dipaksa membuat keputusan moral yang sulit antara menafkahi keluarga atau menolong orang lain, semua lewat mekanika stempel dokumen yang monoton. Game ini adalah simulasi kuat tentang bagaimana orang baik bisa terlibat dalam sistem yang menindas.

    • This War of Mine membalikkan perspektif game perang. Alih-alih menjadi tentara super, kamu bermain sebagai warga sipil yang mencoba bertahan hidup. Mekanika utamanya adalah mencari makan, obat-obatan, dan menghindari kekerasan—sebuah pernyataan anti-perang yang jauh lebih kuat daripada rentetan peluru.

  3. Desain Dunia (World-Building): Lingkungan dalam game bisa berbicara banyak. Kota bawah laut Rapture dalam BioShock adalah representasi dari runtuhnya ideologi objektivisme ekstrem Ayn Rand, di mana individualisme tanpa batas justru melahirkan kekacauan. Kota futuristik dalam Cyberpunk 2077 adalah kritik pedas terhadap kapitalisme liar yang menggerus kemanusiaan.

Refleksi Terhadap Nilai-Nilai Indonesia

Sebagai pemain dari Indonesia, kita membawa seperangkat nilai dan norma yang unik saat berinteraksi dengan game-game ini. Pengalaman bermain kita seringkali menjadi ajang dialog atau bahkan benturan antara nilai-nilai tersebut dengan ideologi yang disajikan oleh game.

  • Individualisme vs. Gotong Royong: Banyak game Barat, terutama RPG (Role-Playing Game), yang sangat menonjolkan heroisme individu. Sang protagonis seorang diri menyelamatkan dunia. Ini bisa terasa kontras dengan nilai gotong royong dan kebersamaan yang mendarah daging di budaya kita. Game seperti Frostpunk, yang memaksamu mengorbankan segelintir orang demi kelangsungan hidup banyak orang, akan memicu dilema moral yang berbeda bagi pemain Indonesia dibandingkan pemain dari budaya yang lebih individualistis.

  • Keadilan Sosial dan Pancasila: Ketika memainkan game yang mengeksplorasi kesenjangan sosial ekstrem seperti Final Fantasy VII dengan perusahaan Shinra-nya yang eksploitatif, kita bisa merefleksikannya pada sila kelima Pancasila, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Game tersebut menjadi cermin untuk mempertanyakan apakah sistem di sekitar kita sudah adil.

  • Harmoni vs. Revolusi: Banyak game yang mengagungkan narasi revolusi dan pemberontakan melawan sistem yang tiran. Bagi masyarakat yang menghargai harmoni sosial dan proses musyawarah mufakat, narasi "gulingkan kekuasaan" ini bisa terasa radikal. Namun, di sisi lain, ini juga bisa menjadi pengingat penting bahwa harmoni tidak boleh dibeli dengan mengorbankan keadilan.

Mainkan dengan Kritis atau Lewati Saja?

Sebagai seorang gamer dan warga negara Indonesia, putusan saya jelas: Mainkan dengan Kritis, Jangan Dilewati. Menghindari atau melarang game-game ini sama saja dengan menutup jendela untuk melihat dunia dari perspektif lain. Melewatkannya berarti kehilangan kesempatan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis. Game yang sarat dengan muatan politik dan sosial bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sebuah kesempatan untuk bertumbuh.

Kesimpulan

Video Game dapat menyampaikan pesan mendalam tidak hanya melalui cerita (narasi) yang eksplisit, tetapi juga secara unik melalui cara bermain (mekanika) yang berfungsi sebagai metafora untuk sebuah sistem, dan melalui desain dunia (world-building) yang mencerminkan kritik terhadap ideologi tertentu. Interaktivitas pemain dalam ketiga elemen inilah yang membuat penyampaian pesan di dalam game terasa begitu kuat dan personal.

Bagi pemain di Indonesia, game-game ini menjadi arena refleksi yang penting, tempat di mana nilai-nilai budaya lokal berdialog dengan ide-ide global. Oleh karena itu, sikap terbaik bukanlah menghindarinya, melainkan memainkannya secara kritis. Dengan cara ini, game tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat untuk mengasah empati, pemikiran analitis, dan kesadaran diri.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ronald

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler