x

Iklan

anton susilo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menelisik Sejarah di Museum Gajah

Museum menyimpan warisan budaya bangsa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Arca-arca dan benda peninggalan purbakala di Museum Gajah lebih tua dari siapa saja yang ada di sana. Meski demikian, sebagian besar ternyata telah retak. Patung-patung berdiri tak sempurna: beberapa tanpa tangan, hanya sebatas wajah dan dada, atau bahkan kehilangan separuh tubuhnya. Hanya mata mereka—mata patung-patung itu—yang tetap diam terpejam, seolah masih larut bertapa selama sekian abad lamanya.

Mereka berasal dari sekian daerah dalam beberapa kurun waktu. Mulai dari abad ke-enam, sampai era terakhir kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara. Menyaksikan mereka dalam ruang pamer pada salah satu gedung museum ini, kita ibarat melihat kembali kepingan-kepingan masa silam. Kepingan sejarah, yang oleh Goenawan Mohammad diungkap sebagai sesuatu yang kelak retak, dan kita membikinnya abadi.

Itu kali pertama saya memasuki museum tertua di Indonesia tersebut, terutama pada bagian yang menyimpan peninggalan megalitik dan zaman kerajaan kuno. Replika-replika prasasti, patung-patung dewa-dewi, artefak keramik dan juga kronik pernik suku bangsa Nusantara ditata pada Gedung Lama Museum Gajah. Adapun koleksi-koleksi lain yang membutuhkan perhatian khusus, seperti peninggalan emas serta karya pendahulu bangsa yang tak terbilang nilainya, dipamerkan di gedung baru museum. Saya sudah pernah ke gedung baru yang diresmikan tahun 2007 itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi, terus terang, koleksi-koleksi di gedung lama membuat saya sangat terkesan. Selain melihat kekayaan negeri ini, saya juga menemukan betapa Indonesia telah melampaui sekian babakan sejarah yang penting untuk terus dicatat. Lain dari itu, tergambar juga persentuhan budaya lintas bangsa yang terjadi selama sekian abad lewat. Coba saja saksikan koleksi keramik-keramik yang ada di Gedung Lama ini, hampir semuanya berasal dari Dinasti-dinasti China yang artefaknya diketemukan di daerah-daerah Indonesia. Ini suatu pertanda pula bahwa Nusantara bukanlah gugusan bangsa yang berdiri sendiri, dengan sejarah dan kehidupannya sendiri, melainkan berhubungan erat dengan bangsa-bangsa lainnya.

Apakah ini berarti bahwa sejarah Nusantara juga tidak hanya dimiliki oleh orang-orang suku bangsa ini saja? Adakah ia juga menjadi catatan penting bagi bangsa China nun di sana, atau bangsa-bangsa lainnya? Tentu saja. Tidak ada seorangpun bisa hidup secara penuh-penuh mandiri. Demikian halnya dengan satu bangsa.

Museum Gajah juga adalah bagian dari tahapan menggali sejarah antarbangsa itu. Mulanya ia adalah satu lembaga himpunan, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan Pemerintah Hindia Belanda pada 24 April 1778. Tujuannya adalah mengembangkan pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi, sejarah serta menerbitkan hasil penelitian. Para penggiatnya berusaha mengumpulkan karya-karya peninggalan di Hindia Belanda, yang bersambut dengan kerelaan sejumlah orang Belanda yang menyerahkan koleksi-koleksi temuannya. Artefak-artefak itu akhirnya makin bertambah, sehingga memerlukan pembuatan gedung baru, yang sekarang berdiri di Medan Merdeka Barat (dulunya Koningsplein West). Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Sebagian besar dari kita tentu mengetahui kisah patung gajah pemberian Raja Chulalongkorn dari Thailand yang membuat lembaga ini kelak dikenal sebagai Museum Gajah, sampai sekarang. Sebenarnya ia sendiri bernama Museum Nasional, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 28 Mei 1979. Hingga sekarang, lembaga ini memiliki koleksi sekitar 141.000 karya yang tersimpan di dua gedung utama museum ini.

Museum bukanlah wadah yang menyimpan barang antik dan kuno saja. Ia juga menyimpan warisan nilai dan sejarah bangsa Indonesia. Adalah tugas kita untuk tetap merawatnya.

 

(Foto: streetdirectory.com)

Ikuti tulisan menarik anton susilo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler