x

Iklan

Sari Novita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bicara Musik Digital

Banyak kelebihan/keuntungan dari musik digital, namun di era media sosial, banyak yang bilang, musisi banyak dirugikan. Benarkah?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Music gives a soul to the universe, wings to the mind, flight to the imagination, and life to everthing” - Pluto

Musik adalah bahasa yang berawal dari suara alam semesta. Suara gerimis hujan, ombak berdesir, air sungai, dentinga gelas, burung, nyiur pohon kelapa, juga merupakan suara musik. Musik memang bisa dibuat di jaman apa saja dan dari bahan apa pun, meski dahulu kala, penyebaran musik dilakukan melalui lisan – mulut ke mulut.

Bicara soal penyebaran dan produksi, musik telah mengalami perubahan dan kemajuan teknologi yang cukup sering. Setiap perkembangan, industri musik selalu mengalami peningkatan dalam penjualan. Dari penjualan dalam bentuk piringan hitam, kaset, DAT, CD, VCD, DVD. Pengembangan musik digital semakin tahun semakin berkembang canggih. Musik digital mempunyai beragam format dalam proses reproduksi suaranya dan MP3 merupakan format paling digemari di era digital. Namun penjualan karya lagu melalui CD mengalami kerugian besar bagi musisi. Karya mereka banyak dibajak, apalagi saat dunia internet booming, dengan mudahnya penikmat musik mengunggah lagu secara gratis. tapi masa ini tidak berjalan lama. Masalahnya, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa masyarakat lebih senang menikmati musik secara gratis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Situasi ini jelas membuat industri musik terpuruk. Lalu bagaimana para musisi menyikapi hal tersebut? Saat ini, kita sedang berada di era digital, yang bisa dikatakan kita semua boleh berbahagia akan kehadiran era ini. Di dunia musik muncul lah Electronic Music Production – memproduksi musik dengan alat dan teknologi elektronik, seorang musisi menyusun dan atau me-aransemen lagu. Ada perbedaan suara yang dihasilkan dengan musik yang diproduksi secara elektromekanis dan yang menggunakan teknologi elektronik. Contoh suara yang dihasilkan secara elektromekanis, yaitu; telharmonium, hammond organ, dan gitar elektrik. Dan suara murni yang dihasilkan secara teknologi elektronik menggunakan perangkat, seperti; theremin, sound synthesizer, dan computer.

Perkembangan berikutnya adalah Perangkat (software) musik program di era tahun 2000-an yang popular dan memudahkan musisi mencari rezeky dan berkarya, salah satunya: Ableton live, atau dikenal dengan sebutan DAW (digital audio workstation). Pamor perangkat musik program ini terkenal di kalangan para DJ (dics jokey), produser studio rekaman, musisi yang membuat rekaman sendiri. Hanya menggunakan komputer dan tanpa perlu memakai alat musik – semua alat musik ada di aplikasi ini - seseorang bisa memproduksi lagu atau musik.

Aplikasi program musik lainnya yang juga dikenal, contohnya: Fruity Loops, Cubase, Reason, Audacity, Nuedo dan banyak lagi. Dengan teknologi ini, musisi bisa membuat jingle iklan, sinetron, film, single lagu, album, yang bisa menghasilkan jutaan rupiah. Menurut music maker yang tak mau disebut namanya, minimal pemusik bisa mendapatkan Rp.5.000.000 dari menciptakan sebuah lagu yang dijualnya. Apalagi jika sudah mempunyai nama, bisa menghasilkan 50 juta bahkan lebih untuk satu lagunya.

Era digital, ditambah social media, siapa bilang, musisi sulit mencari nafkah dan mengalami kerugian? Media sosial justru bisa mempromosikan karya mereka. Pemunculan di televisi, pentas/konser secara offline, membuat lagu untuk orang, sangat-sangat bisa menghidupi diri mereka dan keluarganya. Yang merugi sebenarnya ialah perusahaan rekaman jika dikaitkan dengan penjualan atau industri musiknya. Lalu, bagaimana nasib mereka? Kita tunggu saja sepak terjang perusahaan rekaman dalam memperbaiki kondisi seperti ini.

Ikuti tulisan menarik Sari Novita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler