x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Inikah 'Mafia Migas' di Belakang Rencana Kenaikan Harga BBM?

Belakangan ini santer dikabarkan pendiri Partai Nasdem, Surya Paloh ada di belakang rencana kenaikan harga BBM. Benarkah tudingan itu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rencana pemerintahan Jokowi-JK menaikkan harga BBM, diduga karena ada campur tangan orang-orang di belakangnya yang memiliki kepentingan pribadi, atau dengan kata lain: bisnis orang-orang tersebut. Salah satu orang di balik itu konon adalah Surya Paloh, Big Boss Media Group, plus pendiri partai Nasdem yang notabene salah satu pendukung Jokowi-JK.

Selain sebagai seorang politikus, Surya Paloh pun memang terbilang sebagai seorang pengusaha sukses. Berbagai bidang usaha dilakoninya, termasuk di dalam pengelolaan usaha eksploitasi minyak bumi. Surya Paloh melalui perusahaan PT Surya Energi Raya miliknya, yang bekerjasama dengan Sonangol EP dari Cina, sejak 2009 lalu menggarap Blok Cepu. Hal itu bisa terjadi karena Sonangol International Holding Ltd telah memberi pinjaman modal bagi  perusahaan penerima penghargaan Honorary Professorship di Beijing Foreign Studies University di Beijing tersebut.

Malahan belum lama ini dikabarkan, saat Pertamina melakukan transaksi pembelian minyak bumi dari negara Angola, konon melibatkan Surya Paloh. Hal itu karena pihak Sonagol EP juga yang menjadi perantaranya. Sementara Surya Paloh sendiri dianggap sebagai komprador yang memiliki akses langsung ke Istana Presiden.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bisa jadi tudingan adanya mafia di balik kenaikan BBM dari pihak tertentu pun mengarah pada mantan politikus partai Golkar yang dikalahkan Aburizal Bakrie dalam pemilihan Ketua Umum partai berlogo pohon beringin beberapa tahun yang lalu. Indikasi ke arah sana tampak jelas karena Surya Paloh sudah lama terjun di dalam bisnis minyak bumi. Apalagi dalam hal pembelian minyak dari Angola ada ‘campur tangan’ pengusaha brewokan itu.

Betul memang, Suya Paloh sendiri telah mengklarifikasi tudingan tersebut. kendati melibatkan PT Surya Energi Raya, perusahaan minyak miliknya, dalam mempertemukan Pertamina dan Sonangol,  Surya Paloh membantah dirinya memiliki kepentingan bisnis dalam impor minyak Angola. "Saya hanya memperkenalkan mereka. Setelah itu tak ada hubungan lagi," tandasnya.

Pendiri Partai Nasdem ini tak menampik. Ia mengakui  menyarankan Presiden Jokowi agar Pertamina bekerjasama dengan Sonangol. Surya menyatakan saran itu bertujuan membantu pemerintah baru agar bisa menghemat dari impor minyak dan bahan bakar minyak (BBM). Maklum, selama ini Pertamina mengimpor minyak melalui pihak ketiga atau trader alias tidak membeli minyak langsung ke produsennya.

Akan tetapi, terlepas dari itu semua, Presiden jokowi sendiri yang sejak jauh hari mendengungkan Revolusi Mental, bahkan sudah dituding sebagai Presiden Boneka dari orang yang tidak menyukainya, sudah semestinya membuka lebar-lebar permasalahan yang sungguh krusial ini. Bagaimana pun rakyat tidak berharap didustai oleh pemimpinnya, seperti yang sudah beberapa kali terjadi oleh para pemimpin sebelum mantan Walikota solo ini.

Bagaimanapun politik transaksional plus politik balas budi yang diharamkan Jokowi, sudah pasti diharapkan rakyat bukan sekedar pemanis, atawa slogan di saat membutuhkan dukungan suara belaka. Pemberantasan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang menjadi agenda Reformasi, seharusnya menjadi agenda Jokowi bersama Kabinet Kerja-nya juga.

Semoga. ***

Sumber foto: Tempo.co

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler