Semua pasti kenal apa itu kentang (potatoe). Sejenis umbi yang kerap masuk dalam daftar menu makanan kita. Kentang itu lazimnya keras ketika masih mentah. Tentu akan terasa sakit jika kepala kita ditimpuk kentang mentah. Tapi saat dimasak, entah dengan cara digoreng (fried), dipanggang (grilled), dibakar (baked), direbus (boiled), atau diolah dengan cara lainnya, ia menjadi lunak. Tambahkan bumbu yang tepat, maka kentang bisa jadi hidangan yang layak dinikmati. Fans berat kentang tentu akan mengamini hal ini. Tapi jika memasak kentang dihubungkan dengan politik, nanti dulu. Sepertinya bakal ada yang menolak untuk ikut mencicipinya.
Dalam politik, soliditas dan kekenyalan partai merupakan nilai yang penting. Dengannya, sebuah parpol bisa menggelinding lebih spartan dan memiliki determinasi lebih bertenaga. Siapapun yang berhadapan dengan parpol yang solid dan kenyal berhitungnya harus lebih ekstra, karena jika salah kalkulasi, bisa bonyok kena 'kentang'annya. Maka dari itu, siapapun yang ingin bersiasat menundukkan dan menjinakkan parpol yang solid laiknya kentang mentah, dia perlu lebih dulu memikirkan bagaimana 'memasak'nya secara efektif agar bisa 'lunak', 'empuk', 'lembek', atau 'renyah', dan enak kalo di-'lumat'.
Di era pemerintahan Jokowi-JK ini, rupanya politik memasak kentang sedang naik daun. Teknik yang dipakai adalah membelah lebih dulu kentangnya menjadi dua, baru dimasak. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah 'hidangan' pertama hasil dari demo masak kentang ini. Selanjutnya, Partai Golkar sepertinya akan menyusul di urutan kedua. Siapa 'koki'-nya? Siapa 'pemesan'-nya? Kentang mana lagi yang akan 'dimasak' selanjutnya? Kita tunggu saja sambil menikmati hidangan kentang yang sudah tersaji.
Salam kentang!
Ikuti tulisan menarik Mas Eko lainnya di sini.