x

Iklan

Muarif K Shiddiq

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Konflik dan Emosi Pasangan

Pasangan yang Emosional Bisa Menjadi Pemicu Konflik

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Emosional dalam bentuk kondisi jiwa yang cepat panas dan cepat marah, cepat meledak-ledak, labil dan cepat merespon dan bereaksi terhadap informasi yang belum tentu benar, terhadap perkataan yang dianggap tidak pantas, terhadap perbuatan yang tidak menyenangkan. Emosi dalam bentuk seperti itu sangat cepat merambatkan konflik antar suami dan istri.

Pasangan yang memiliki emosi seperti itu cenderung tidak peka dengan kondisi yang sedang dialami pasangannya. kondisi-kondisi yang membuat istri tidak nyaman akan sangat mudah untuk diekspresikan kepada suaminya tanpa memahami kondisi sang suami dan sebaliknya. Bisa jadi hal yang tidak menyenangkan tersebut merupakan hal kecil tapi direspon dengan bentuk emosi yang berlebihan bahkan melampaui batas.

Seorang istri yang mengomentari suaminya karena menaruh handuk di sofa tanpa memahami kondisi suami yang sangat lelah, sedang memikirkan beban pekerjaan, bisa memicu konflik. Komentar istri tersebut seolah menjadi jalan untuk sang suami merespon dengan emosi yang sama, maka sepotong handukpun bisa menjadi sumber konflik antar pasangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seorang suami yang memberikan komentar masakan istrinya yang terlalu manis atau terlalu asin tanpa memahami kondisi sang istri juga bisa memicu konflik. Kelelahan setelah seharian mengurus segala pekerjaan rumah, mengasuh anak lalu masakannya diberi komentar oleh suaminya akan memudahkan emosi sang istri memberi respon yang sama, maka masakan yang tadinya untuk dinikmati berubah menjadi pemicu konflik antara suami dan istri.

Seseorang yang emosional tersebut akan mudah mengedepankan emosi daripada berusaha meredam ekspresi emosinya tersebut. Pertimbangan akal dan hati menjadi kurang dominan karena ia memahami setiap kejadian dengan bahasa emosi. Maka kesalah fahaman, cepat merasa tersinggung, cepat marah menjadi bumbu keseharian mereka. Yang bahaya adalah emosi tersebut justru meleber sampai tidak mengenal waktu dan tempat, tak peduli dengan kondisi sekitar dan lingkungannya.

Berhati-hatilah jika merasa senang dengan terlampiaskannya emosi kepada pasangan. Karena perasaan lega setelah melampiaskan emosi tersebut biasanya diikuti dengan penyesalan.

Hal praktis yang bisa dilakukan adalah dengan menahan ucapan, karena ucapan menjadi media untuk melampiaskan sifat emosional tersebut. Bukan berarti diperbolehkan emosional dalam bentuk perbuatan tangan dan lainnya. Jika dalam keadaan berdiri, cobalah untuk duduk, jika masih belum terkendali cobalah untuk berbaring, jika masih belum merasa tenang cobalah mandi.

Coba ganti chenel dari memikirkan penyebab kemarahan menjadi hal-hal yang membuat kita nyaman dan senang dengan kehadiran pasangan. Jangan terburu-buru menghakimi kesalahan pasangan kita, karena bisa jadi ada hal yang belum kita ketahui dan fahami. Lalu carilah berbagai alasan untuk kita tidak meluapkan emosi tersebut.

Hadapilah setiap konflik yang ada bukan dengan emosi tapi dengan perasaan senang dan gembira.

-----***-----

wallao.com  is one-stop online shopping place for kids and moms, starting from Flower Girl Dresses, Girl Collections, Boys Collections, Moms Collections, Costumes, and More. We welcome you to our wonderful unique, fabulous, and amazing products.

Inspirasi: kompasiana/pakcah

Gambar: dreamstime.com

Ikuti tulisan menarik Muarif K Shiddiq lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler