x

Budi Gunawan Diduga Tampung Setoran dari Polisi

Iklan

jembret kadipiro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

'Teori Konstipasi' Kemunculan Nama Budi Gunawan #3

Ketika nama BG diajukan, serta merta semua mata tertuju pada Megawati, karena bukan rahasia lagi kalau mereka berdua memang dekat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ini adalah konstipasi jilid 3 yang pasti tak juga menyembuhkan keingintahuan menik terhadap nama BG dengan segala polemiknya.

Ketika nama BG diajukan, serta merta semua mata tertuju pada Megawati, karena bukan rahasia lagi kalau mereka berdua memang dekat. Seperti halnya bukan rahasia lagi jika Tommy Winata juga dekat dengan Paloh, dan lebih bukan rahasia lagi jika Tommy lebih dekat dengan BG jika masalah “bisnis”. Yup, pada akhirnya, persahabatan dan uang memang tak pernah imbang timbangannya. Seperti halnya tidak imbangnya nama Golkar yang diselipkan dibelakang nama Setya Novanto ditengah-tengah bisnis TW dan BG.

Isu-isu tak jelas yang kemudian mengikuti memang ngeri-ngeri sedap, mengingat Hasto dengan gamblang membuka apa yang katanya “borok” Abraham Samad, sebagai upaya penjegalan nama BG diangkat ke permukaan. Hingga isu yang paling sedap-sedap ngeri adalah akan adanya kudeta Gus Dur jilid 2 yang akan diberlakukan kepada Jokowi, mengingat jika ditilik secara sejarah, situasinya hampir sama, partai bantenglah yang mengusung pasangan Gus Dur-Mega waktu itu, dan sekarang Jokowi-JK juga diusung oleh koalisi dengan pentolan banteng. Menurut kabar yang tak jelas, banyak yang kecewa dengan keputusan Megawati mengajukan nama Jokowi menjadi presiden, sebagai ketua partai, menik rasa visinya sudah jelas bahwa jika dia nekat maju ke bursa capres waktu itu, dan bukan mengajukan nama Jokowi, maka jelas-jelas nama PDIP bakal gulung tikar, anjlok total, mengingat bukan satu dua nama kadernya yang bermasalah di seantero nusantara, yang menciptakan sentimen publik, apriori terhadap nama partai banteng. Dan konon menurut dongeng yang tak jelas, Hasto adalah salah satu yang kecewa dengan keputusan Mega, walau dia dengan lirih mengatakan “nurut ibu”, tapi hati orang siapa yang tahu. Belum lagi adanya nama Luhut Binsar Pandjaitan didekat Jokowi. Mungkin banyak yang lupa jika Luhut pernah menjadi menteri di era Gus Dur-Mega, dan memilih mundur untuk tidak mendukung Mega pada saat Mega menjadi presiden. Hal ini menjadi polemik yang ciamik ditengah isu-isu sedap-sedap ngeri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hasto secara gamblang mengungkapkan deal Samad dengan dirinya tentang nasib Emir Moeis, jika Samad maju menjadi capres Jokowi. Hal ini membuat menik agak mikir, apakah pernyataan Hasto itu benar adanya? Karena, jika menik menjadi Hasto dan punya posisi tawar lebih tinggi, kenapa tidak menawar nama Olly Dodokambey saja yang diselamatkan? Bukannya Emir Moeis, yang hanya “sekedar orang partai” , sedangkan Dodokambey adalah sang bendum, yang memegang data darimana dan kemana serta dimana aliran dana partai banteng. Sementara saat inipun Dodokambey sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK dan ada beberapa hartanya yang sudah disita. Yang, juga sejujurnya menik menunggu dia bernyanyi seperti Nasarudin dari partai mercy. Masih menunggu akankah dia juga bernyanyi ngeri-ngeri sedap macam Sutan Batoeghana ataukah hanya diam seribu kata, mengingat nama Olly sendiri tenggelam tak banyak diekspos media.

Karena, kembali menurut kabar yang tak jelas, PPATK bakal menelusuri segala macam dana yang ada didalam dan luarnegeri, entah dana parkir maupun dana tak jelas milik para mafia hitam. Hal tersebut menjadi pertimbangan Jokowi untuk menarik semua dana yang terparkir di luar negeri yang berasal dari praktek para mafia hitam. Yang juga disetujui dan bakal dibantu oleh Sri Mulyani, guna menutupi kebutuhan dalam negeri akan pasokan dana untuk menutup anggaran APBN, yang juga mencangkup kebutuhan akan pembayaran hutang-hutang luar negeri yang luar biasa membengkak di era peninggalan 10 th pemerintahan SBY. Sementara Indonesia sendiri menghadapi kemungkinan currency war, yang sebagai negara emerging market, keberadaan rupiah dan pertumbuhan ekonominya kemungkinan akan naik turun secara fluktuatif,

Jika kemudian segala bentuk dana yang terparkir di luar negeri itu ditarik, kemudian apa kabar nama para konglomerat yang juga para mafia hitam? Entahlah, yang jelas, Prabowo sudah meminta tolong terhadap Jokowi untuk menalangi nasib PT. Kiani, sama halnya Bakrie meminta tolong menalangi nasib Lapindo. Yang, kemudian menjadi pertanyaan bagi menik, akankah Suryadharma juga meminta tolong untuk kasus dana haji, ketika ada sebuah rekening atas namanya pribadi sebagai menag di tahun 2010, dimana rekening tersebut menerima transferan sejumlah dana secara berkala, yang dana tersebut merupakan dana setoran dari para calon haji? Entahlah, karena bukankah waktu itu tim audit dari BPK buru-buru diganti oleh SBY setelah penemuan itu? Dan entah pula, jika Hatta tak meminta tolong kepada Jokowi tentang nasib Petral dan Ron 88 yang direkomendasikan oleh Faisal Basri untuk dihapus saja dari bumi pertiwi.

Begitulah nasib konstipasi nama BG yang akhirnya menyeret berbagai informasi yang tak jelas dengan isu sedap-sedap ngeri yang berlanjut temuan yang cukup membuat konstipasi. Yaitu bahwa, jika Century dan Hambalang itu dinikmati oleh beberapa orang, bukan hanya Budi Mulya dan Anas Urbaningrum. Sementara jika Century dibuka lagi, maka BLBI juga akan rusak gemboknya, yang jelas bakan menyeret nama Megawati dan Prabowo. Lalu kemudian lakon terakhir yang dimainkan akan lebih mengocok perut ketika layar peradilan Ham dibuka. Siapakah kawan, siapakah lawan?

 

Ikuti tulisan menarik jembret kadipiro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler