x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hanya Satu Bumi Tempat Berpijak

Di antara begitu banyak buku bertema pembangunan lingkungan, tiga di antaranya banyak dibicarakan dan dikutip, yakni Only One Earth, Small is Beautiful, dan The Limits to Growth.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Peringatan Hari Bumi sekarang ini (22 April) mengingatkan saya pada sejumlah buku yang menginspirasi jutaan manusia. Buku-buku ini membangkitkan kesadaran manusia di berbagai belahan bumi tentang nasib dan ‘masa depan’ satu-satunya tempat hunian manusia di alam semesta ini. Isu lingkungan menjadi ‘world trending topic’ pada awal 1970-an hingga menjadi agenda pembangunan banyak negara, meski tak kurang menimbulkan pertarungan kepentingan ekonomi, teknologi, industri, maupun politik di dalam negara maupun antarnegara.

Di antara begitu banyak buku bertema lingkungan yang terbit, tiga di antaranya banyak dibicarakan dan dikutip, yakni Only One Earth, Small is Beautiful, dan The Limits to Growth. Kelahiran buku-buku ini tak bisa dilepaskan dari ‘kejutan’ yang dilontarkan ahli biologi kelautan Rachel Carson pada tahun-tahun sebelumnya, terutama melalui bukunya yang menjadi klasik: Silent Spring.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, Only One Earth (Hanya Satu Bumi)

Ditulis oleh Barbara Ward dan Rene Dubos pada 1972, buku yang berjudul lengkap Only One Earth: The Care and Maintenance of a Small Planet ini dengan cepat menyita perhatian pembaca di banyak negara. Buku ini berawal dari laporan tidak resmi Sekjen Konferensi PBB mengenai Lingkungan Manusia.

Only One Earth memperingatkan penghuni bumi, para pengambil kebijakan khususnya, mengenai dampak perilaku manusia terhadap keadaan bumi. Kerusakan kecil yang dilakukan manusia dapat menimbulkan gangguan di mana-mana. Sebagai contoh, kenaikan temperatur permukaan bumi 2 derajat Celcius sudah cukup untuk melelehkan es di kutub. Produksi karbondioksida lewat industri, pembakaran bahan bakar fosil, dan penggundulan hutan telah memanaskan atmosfer dan mencairkan es yang menutupi sebagian bumi.

Ward dan Dubos mengandalkan pendekatan integratif, yang melibatkan kemajuan pengetahuan dalam bidang fisika, kimia, meteorologi, biologi, geografi, astronomi, hingga sejaran untuk membangun argumen mereka. Mereka mengingatkan bahwa bumi menanggung beban yang berat akibat kemiskinan, kelaparan, dan kerusakan sumberdaya alam. Mereka menyerukan umat manusia untuk memulihkan bumi agar ‘sehat, indah, dan beragam’ untuk dihuni. Untuk mencapai tujuan ini, sains dapat dimanfaatkan.

 

Kedua, Small is Beautiful (Kecil Itu Indah)

Setelah Hanya Satu Bumi, terbitlah karya ekonom E.F. Schumacher: Small is Beautiful: A Study of Economics as if People Mattered pada 1973. Karya ini diterbitkan dalam Bahasa Indonesia oleh penerbit LP3ES dengan judul Kecil Itu Indah. Dalam kumpulan esainya ini, ekonom Inggris ini mengajak penghuni bumi agar menggunakan teknologi tepat guna yang ia yakini lebih mampu memberdayakan manusia. Frasa ‘small is beautiful’ merupakan antitesis terhadap frasa ‘bigger is better’.

Terbit pertama kali pada 1973, buku ini mengusung kritik Schumacher terhadap pendekatan ekonomi Barat selama krisis energi dan bangkitnya globalisasi pada masa itu. Schumacher berpandangan bahwa ekonomi modern tidak berkelanjutan. Sumber daya seperti bahan bakar fosil diperlakukan sebagai expendable income, padahal seharusnya diperlukan sebagai kapital yang tak bisa diperbarui dan akan terus menipis.

 

Ketiga, The Limits to Growth (Batas-batas Pertumbuhan)

Buku yang juga terbit pada 1972 ini membicarakan hasil analisis terhadap simulasi komputer mengenai pertumbuhan ekonomi dan populasi yang bersifat eksponensial dengan pasokan sumberdaya yang serba terbatas. Didanai oleh Yayasan Volkswagen dan diawasi oleh Club of Rome yang terkenal itu, buku ini pada mulanya merupakan laporan hasil studi yang ditulis oleh Donella Meadows, Dennis Meadows, Jorgen Randers, dan William Behrens III.

Ada lima variabel yang dimasukkan ke dalam permodelan awalnya, yakni populasi dunia, industrialisasi, polusi, produksi pangan, dan penipisan sumberdaya. Para peneliti bermaksud mengeksplorasi pola-pola yang mungkin dijumpai bila tren pertumbuhan ekonomi dan populasi diubah-ubah. Terdapat tiga skenario yang mungkin dijumpai, dua skenario di antaranya manusia akan menyaksikan sistem global mengalami ‘overshoot’ lalu ambruk pada pertengahan atau akhir abad ke-21, sedangkan skenario ketiga manusia mampu mempertahankan ‘dunia yang stabil’. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler