x

Iklan

Wulung Dian Pertiwi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dari Kakao ke Kokoa (Bagian 1)

Catatan kecil tentang cokelat. Mengapa cokelat itu kakao dan kokoa, dari mana asal, perjalanan nib sampai aneka olahan, mengapa negeri-negeri pemilik perkebunan cokelat tak mengenal budaya mengonsumsi cokelat coba saya tulis disini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

The food of The Gods atau Theobroma julukan Suku Aztec untuk cokelat terwariskan sampai sekarang membuktikan dunia seolah sepakat ini ‘makanan dewata’. Cokelat penting dalam kehidupan kuno karena pasti hadir dalam ritual adat. Orang-orang Aztec, membeli cokelat dari Suku Maya kemudian menjadikannya mata uang serta sarana membayar pajak. Bahan makanan, pakaian, termasuk budak biasa dihargai dengan buah cokelat jumlah tertentu, sampai-sampai, ‘penukar’ mempelai dalam proses pernikahan, semacam mahar ala sekarang, adalah buah cokelat juga. Mungkin ini cikal cokelat beraroma percintaan.

Pendahulu Aztec dan Maya, yaitu Olmec, dipercaya sebagai suku pertama yang memanfaatkan buah cokelat. Cara Olmec menandai cokelat sebagai kakawa terus dipakai hingga hari ini dengan sedikit evolusi ejaan menjadi kakao atau cacao sekaligus kokoa atau cocoa. Hubungan kakao-kokoa dengan cokelat lahir jaman itu juga dari tradisi meminum cairan pahit olahan biji buah. Orang Maya menamai minumannya xocolatl.

Tradisi minum cokelat dimulai Olmec dengan memanfaatkan residu biji kemudian Maya melanjutkannya dengan cara tersendiri. Mereka menggerus biji buah, mencampur dengan air dingin, kemudian menuangkan dari ketinggian tertentu untuk mendapatkan busa. Kurang lebih seperti tata cara mengolah teh atau kopi tarik sepertinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Biasanya para peracik minuman cokelat Suku Maya, yang selalu orang-orang khusus dan diistimewakan, akan mengangkat wadah biang cokelat setinggi dada kemudian menuangkannya ke gelas-gelas untuk diminum, yang di letakkan sejajar kaki-kaki mereka. Konon, minuman berbusa yang didapat terasa sangat pahit sehingga  Maya menambahkan rempah seperti lada merah juga vanili guna menetralisir.

Dari abad kuno Mesoamerika, Olmec, Maya, lalu Aztec, peradaban cokelat bermula di Amerika Tengah. Cokelat menyebar seiring era penjajahan bangsa-bangsa. Spanyol memboyong buah sekaligus budaya minum cokelat orang Amerika Tengah setelah menaklukkan Meksiko, pun akhirnya penjelajah Eropa menjadi agen penyebaran pohon cokelat karena cokelat tak dapat tumbuh di tanah mereka. Theobroma cacao, atau pohon cokelat, adalah vegetasi khas hutan hujan tropis sekitar khatulistiwa, sehingga Indonesia menjadi ‘lahan surga’ seiring episode penjajahan menaungi nusantara masa silam.

Bersambung

 

Sumber foto : archaeology magazine

Ikuti tulisan menarik Wulung Dian Pertiwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB