Sarapan apa kita pagi ini? Saya paling sering menghidangkan nasi goreng untuk keluarga karena dua putri kecil saya menyukai menu ini. Meskipun dari kecil saya juga mengenal nasi goreng sekaligus tahu cara memasaknya dari Ibunda saya, rasanya saya baru menemukan jurus andalan sekitar tahun 2000, jaman sekolah di Surabaya, gara-gara sebuah buku.
Ceritanya, saya membeli buku Umar Kayam berjudul Mangan Ora Mangan Kumpul. Ini sketsa-sketsa beliau yang dibukukan berkisah kehidupan Pak Ageng, seorang dosen di Yogyakarta yang hidup terpisah dari istri juga anak-anaknya, yang tinggal di Jakarta. Di Yogya, Pak Ageng ditemani abdi setianya Mister Rigen dan istrinya Nansiyem beserta anak kecil mereka Beni Prakoso.
Suatu ketika Pak Ageng penasaran dengan nasi goreng yang dihidangkan Mister Rigen, yang selalu enak menurut Pak Ageng, biarpun tanpa ingredient mewah sebagai tambahan, seperti udang atau suwiran ayam. Rasa nasi goreng Mister Rigen selalu berhasil mengalahkan olahan-olahan nasi goreng manapun yang pernah disantap Pak Ageng.
Pak Ageng mencoba membuat sendiri dengan nambah-nambah bahan lain agar nasi gorengnya sekelas rasa nasi goreng Mister Rigen. Tapi tidak berhasil nemu. Saking penasarannya, suatu hari Pak Ageng mengintip cara Mister Rigen masak nasi goreng. Ketemulah resep rahasia itu. Ternyata setiap menggoreng nasi, Mister Rigen menggunakan jelantah iwak asin alias minyak bekas menggoreng ikan asin.
Saya meniru sampai sekarang karena terbukti keampuhannya. Nasi goreng memang selalu lebih sedap, menurut lidah saya, kalau digoreng dengan jelantah ikan asin. Uleg bawang merah, bawang putih, cabe rawit, sedikit tomat, terasi, dan garam sampai halus. Campurkan nasi putih dengan bumbu halus tadi. Siapkan wajan, panaskan sedikit jelantah iwak asin, goreng nasi hingga bumbu matang. Ditambah telur mata sapi, nasi goreng dengan jurus andalan siap dihidangkan. Mari makan…
Sumber foto : bukuresepku.com
Ikuti tulisan menarik Wulung Dian Pertiwi lainnya di sini.
