Festival Musik, Artistik, dan Plastik
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBFestival yang menggelar sampah plastik dikemas dalam bentuk seni yang bernilai
Trash is cool? Bagaimana bisa? Terlebih lagi jika sampah plastik digabungkan bersama Musik dan Artisitik yang akan menjadi suatu seni keindahan. Sampah yang berasal dari plastik menumpuk tinggi setiap harinya dan menurut Global Industry Analyst , di tahun 2015, konsumsi plastik diperkirakan mencapai 297,5 juta Ton. dan sebanyak 20 ton setiap harinya di Bali. Sampah plastik masih menjadi permasalahan yang dicari solusinya. Sadar dan tidak sadar, solusi sampah sebenarnya terletak pada diri masyarakat itu sendiri.
Sebagai bentuk kepedulian , Julian dan Hendra mencetus ide Festival Musik, Artistik, dan Plastik untuk memberikan edukasi dan kesadaran terhadap lingkungan bagi masyarakat. Edukasi dan menumbuhkan kesadaran masyrakat, sengaja kegiatan ini dikemas secara menarik dan menargetkan remaja sebagai penerima pesan sekaligus pembawa pesan kepada lainnya. Bagi mereka, remaja dianggap sosok yang bisa menjadi penggerak aksi dan mampu menularkan sikap positif dan pengetahuan kepada lainnya. Festival Trash Stock didukung oleh Act Global yang memang bergerak di bidang pemberdayaan pemuda Internasional.
Untuk mengenalkan Trash Stock, Festival Musik, Artistik, dan Plastik kepada masyarakat Bali, digelar Press conference, tanggal 13 Juni 2015, di Little Tree, Sunset Road, Bali. Mengundang Media terkait anak muda dan media lainnya. Selain Act Global, Festival ini juga didukung dan merupakan kegiatan tindak lanjut diskusi terbuka antara Bapak Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra dan komunitas kreatif di Denpasar.
Mengenai target anak muda, Hendra mengemukakan, bahwa yang berusia sekitar 15 tahun sampai 30 tahun adalah termasuk pangsa anak muda yang dimaksudkan. Usia di sekitar itu merupakan usia tengah atau jembatan, karena mereka bisa menyampaikan pesan ke orang lebih muda dan juga bisa menyampaikan pesan ke orang lebih tua usianya dari mereka, misal orang tua. Melihat karakter target, Hendra dan Julian ternyata memerhatikan benar soal ini. Anak muda suka musik dan sesuatu yang unik. Musik mampu menarik anak muda untuk datang menikmati musik, kemudian acara disisipkan edukasi dan sosialisai kepedulian lingkungan. Suatu yang unik pun bisa dinikmati anak muda dan pengunjung lain, yaitu menyaksikan gabungan seni artistik dan plastik yang bakal menggelar karya Filip Pishik asal Rusia, dan Made Bayak.
TIdak hanya pameran karya seni dan musik, Trash Stock yang baru kali pertama diadakan ini tidak melupakan anak-anak sebagai pangkal penerus bangsa. Dari kecil anak-anak mulai diajarkan kepedulian terhadap lingkungan, sehingga dewasa nanti apa yang diresap saat masa kecilnya, masih melekat di kepalanya dan sudah menjadi kebiasaan, bahkan budaya positif bagi mereka. Menyampaikan pesan kepada anak-anak pun punya trik sendiri. Festival Trash Stock juga mengadakan kelas mengambar bagi anak-anak yang akan dibina oleh beberapa seniman Bali.
“Terpenting dari edukasi dan sosialisasi, kita perlu peduli terhadap diri sendiri lebih dahulu,” ujar Hendra. Bagi Festival ini, kegiatan yang dilakukan memiliki nilai filosofi antar hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Harapan dari Festival Trash Stock ingin para pengunjung/penonton pulang membawa nilai esensial. Tidak sekedar hanya menikmati festival berseni dan proses sampah dikemas menjadi seni. Hendra juga berharap tumbuhnya inspirasi terhadap anak muda untuk berkarya seni menggunakan plastik dengan karya lebih gemilang dan bisa menjual.
Festival Trash Stock akan dilaksanakan tanggal 20-21 Juni 2015 di Taman Baca Kesiman, Jalan Sedap Malam, nomor 234, Denpasar. Hargat tiket Rp.20.000,- dan diskon diberikan bagi pengunjung yang menukarkan sampah plastik bersih. Selain musik dan karya seni, Trash Stock akan disi dengan ragama acara; plastikologi dan edukasi sampah, perpustakaan alam, dan kompetisi fotografi lingkungan. Acara festival ini juga akan diramaikan oleh Robi “Navicula”, The Mangrooves, Semara Pagulingan Mekar Bhuana, Rizal Abdulhadi, Rolfast dan Deep Sea Explores. Aktivis lingkungan, Gede Sayur, pameran karikatur oleh Gus Dark, pelukis Dodit Artawan, dan Miko Malioboro dengan karya seni dari plastiknya.
Musik dan Artistik adalah 2 bahan dasar penting untuk menyebarkan dan menstimulasi kesadaran masyarakat terhadap masalah sampah. Bila berpikir mustahil bahwa sampah bisa berubah bentuk seni bernilai, mengapa masyarakat tidak datang saja menyaksikan dengan mata sendiri? Apa yang dibuat para seniman itu terhadap sampah dan bagaimana prosesnya? Tidakkah masyarakat tertarik? Sekali lagi, sadar dan tidak sadar, semua ini kembali ke masyarakat yang hidup di saat kini demi kehidupan di masa depan.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Sawit adalah Kita, Begitukah?
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBDiaspora Restaurants Populerkan Masakan Indonesia
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler