x

Iklan

Wulung Dian Pertiwi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Daulat Kampung Tengah – Sie Tho

Di Aceh, salah satu cara gampang menandai Ramadhan mendekat adalah mulai banyaknya rumah-rumah mengolah sie tho.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aroma menyengat dan pemandangan khas menandai pengolahan sie tho di rumah-rumah. Ketika ini ramai dikerjakan, kita bisa tahu, Ramadhan mendekat di Bumi Darussalam. Sie, dibaca ‘si’, itu daging, dan tho dilafal ‘to’ cenderung ‘tu’ berarti kering, jadi sie tho adalah daging kering atau daging asin, perangkat penyambut bulan puasa ala Aceh. Daging kerbau atau sapi diiris tipis, dilumuri garam, lalu digantung di kawat-kawat jemuran, atau tergeletak terhampar di atas anyaman nyiur di pekarangan-pekarangan, dijemur hingga kering dan mengeras.

Sie tho masuk daftar olahan sepanjang meugang biasanya, tapi ketika cuaca cenderung hujan, para ibu akan mulai memasaknya paling tidak seminggu sebelum 1 Ramadhan. Meugang itu tradisi berkumpul di Aceh dua hari sebelum puasa Ramadhan dan sebelum Idul Fitri, juga Idul Adha, dibarengi masak daging bersama. Entah mana benar, meugang adalah tradisi masak daging melahirkan kebiasaan berkumpul keluarga di hari-hari istimewa tadi, atau sebaliknya.

Konon, meugang dimulai masa Kesultanan Aceh Darussalam dipimpin Iskandar Muda. Menjelang menunaikan puasa, orang-orang dulu mengutamakan pulang ke keluarga untuk beribadah bersama selama Ramadhan. Demi menjamin rakyatnya beribadah khusyu’, tekun, sungguh-sungguh, tanpa terganggu bayangan kekurangan, Sang Sultan menyembelih banyak sapi juga kerbau dan membagikan dagingnya terutama kepada kaum papa. Daging-daging kemudian diolah menjadi masakan yang cenderung awet atau bahan-bahan setengah jadi tahan lama, agar selama Ramadhan, orang tak perlu banyak kehilangan waktu ibadah untuk sekedar menyiapkan hidangan. Temurun, ini dilakukan kebanyakan orang Aceh hingga sekarang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata orang Aceh, sie tho itu pembangkit selera, mirip ikan asin. Malah, menurut saya, orang Aceh lebih terbiasa dengan sie tho ketimbang ikan asin karena ikan melimpah di kebanyakan pesisir mereka. Benar orang Aceh pengolah ikan asin, tapi bukan konsumen besar karena mereka terbiasa mengolah hasil laut segar. Bahan makanan awetan lebih banyak dari daging, ya sie tho ini salah satunya.

Selain digoreng saja, sie tho paling populer menjadi sambalado daging kering. Lumayan gampang memasaknya, tinggal menyabik sie tho, yang biasanya selebar telapak tangan, menjadi kecil-kecil kemudian menggorengnya dan menyiapkan sambalado. Sambalado atau sambal dibuat dari bawang merah, bawang putih, cabe merah, dan tomat yang dihaluskan dan digoreng dalam minyak banyak dengan api kecil. Setelah matang dan cukup kering, tambah gula dan garam. Terakhir, gorengan sie tho dituangkan ke sambal dan diaduk hingga tercampur sempurna. Tambah nasi hangat, selamat makan… Juga selamat berpuasa muslimin dunia.

Ikuti tulisan menarik Wulung Dian Pertiwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB