x

Petugas kebersihan mengepel lantai dua stasiun Palmerah, Jakarta, 11 Juni 2015. Setelah sekian lama ditutup karena renovasi kini stasiun Palmerah sudah dibuka dengan bangunan baru dan luas. TEMPO/M IQBAL ICHSAN

Iklan

Mercedes Amanda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Stasiun Palmerah, Nyaman yang Menggoda Petugas

Tempat bekerja nyaman berarti kinerja pekerjanya akan bagus? Mungkin terjadi di beberapa tempat, namun belum terjadi di tempat yang satu ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Jika tempat bekerjanya nyaman, kinerja pekerjanya pasti akan bagus” Itulah sepotong perkataan yang aku percayai hingga sebelum aku pergi ke Stasiun Palmerah, Jakarta Selatan. Kenyataan memang terkadang berbeda dengan apa yang kita yakini. Tidak percaya? Mungkin kamu harus mencoba ke stasiun bertingkat dua ini untuk mengalami sendiri pengalamanku.

Tak ku pungkiri stasiun ini begitu bersih dan nyaman. Lantai tanpa noda, cat yang masih menempel dengan baiknya di dinding dan tiang-tiang stasiun, kaca loket yang bersih, papan keterangan tertancap kokoh di lantai dengan warna cerah, semua hal itu masih menunjukkan betapa terawat stasiun ini. Tentunya diriku terkagum, jarang ku temui kondisi stasiun yang sebaik ini. Tergugahlah rasa penasaranku untuk bertanya pada salah satu petugas.

Dari kejauhan, aku melihat sekelompok petugas keamanan sedang mengobrol berkelompok, entah apa yang mereka bicarakan. Kakiku melangkah mendekat ke arah mereka. “Permisi, pak” ujarku. Kelompok petugas keamanan tersebut menoleh dan mulai membubarkan diri. Salah satu petugas, sebut saja Gilir, menanggapiku sambil tersenyum. “Iya ada apa mbak?” balasnya. Mulailah ku keluarkan pertanyaan kekagumanku terkait stasiun tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baru ku tahu bahwa stasiun ini baru selesai dibangun sekitar Lebaran kemarin dari beliau. Tidak heran stasiun itu terlihat begitu bersih dan rapi, umurnya baru seumur jagung. Pembicaraan kami pun berlanjut, diselangi canda dan tanpa jeda. Muncullah pertanyaan iseng yang ku lontarkan pada pria berseragam lengkap ini.

“Pak biasa kalau pulang naik kereta? Naiknya gratis dong?” tanyaku.

Petugas tersebut terhenti sebentar dan tersenyum. “Ya bayar dong” ucap beliau, tidak menatapku.

“Wah masa sih pak? Kan sekalian bisa bolak balik masuk stasiun, naik kereta gratis lima ribu lumayan tuh pak buat pulang Bogor, jadi bisa jajan lebih” godaku.

Pria berkulit sawo matang ini hanya tersenyum kaku padaku. Melihat itu tentu ada suatu rasa curiga dari tindakannya. Aku pun menatap beliau dengan tersenyum, berharap beliau akan memberikan jawaban.

“Ya... Kalau lagi pakai seragam begini sih sekali dua kali pernah lah pulang gratis. Kalau pakai baju biasa baru bayar.” Pak Gilir tersenyum tersipu.

Jawaban Pak Gilir akan sangat tepat ketika ku kaitkan dengan peribahasa, sekali dayung dua tiga pulau terlewati. Sambil bekerja, pulang gratis. Menarik sekali, pikirku. Aku pun tertawa bersama dengan sang petugas. Mataku menangkap sosok rekan petugas keamanan yang lain berada di samping loket sedang bergurau bersama. Mereka terlihat akrab satu sama lain dan santai dalam bekerja. Damai dan nyaman stasiun ini, pikirku lagi.

Keheningan terjadi antara aku dengan Pak Gilir. Aku pun bergerak mundur mencari tembok untuk bersandar. Menempellah aku pada tembok yang tertempel alat untuk mengukur barang bawaan. Di stasiun, terdapat batas ukuran barang bawaan untuk dibawa masuk ke dalam kereta dan seharusnya barang itu diukur oleh petugas keamanan. Aku tidak begitu peduli pada alat tersebut walaupun nyatanya baru pertama kali aku melihat alat ukur itu. Tidak ada yang istimewa, hanya sebuah kerangka besi berukuran balok tepat sesuai batasan ukuran barang.

Aku pun menangkap sesosok ibu-ibu yang membawa barang begitu besar di atas kepalanya dari antara kerumunan orang. Ukuran barang tersebut sudah dipastikan melebihi batas aturan, namun para petugas keamanan yang sedang bergurau ria itu melewatkan begitu saja ibu tersebut bahkan meneruskan pembicaraan mereka. Bagaimanan kalau seandainya di dalam benda besar itu adalah barang terlarang..., pikirku liar.

“Pak, lantainya bersih banget, berapa kali dibersihin? Sehari sekali?” tanyaku untuk memecah keheningan.

“Sehari sekali ya pasti ada.. Tapi kadang kalau lagi kotor bisa nanti dateng sendiri petugas kebersihannya” balas Pak Sigit.

“Oh gitu.. emang ada dimana pak petugasnya sekarang?” sambil melihat sekeliling mencari petugas kebersihan tersebut.

“Itu ada disana.” ucap beliau sambil menunjuk ke seberang pintu masuk kereta. “Tapi dia lagi tidak ada sekarang, mungkin nanti ada,” tambahnya ketika beliau tidak menangkap sosok petugas kebersihan itu.

“Loh, kemana emang? Tukeran ke bawah?” tanyaku sekali lagi padanya.

“Istirahat kali mbak,” jawab petugas itu singkat. Kulihat jam di smartphoneku, jam menunjukkan pukul 2 siang. Setahuku, jam makan siang sudah usai. Mungkin memang sudah tabiatnya orang Indonesia untuk menambahkan jam istirahat sendiri dan akan balik dari istirahatnya ketika atasannya memanggil. Itu pun kalau atasannya ada di kantor setelah makan siang.

Kami pun mulai berbincang kembali tentang keamanan di Stasiun Palmerah. Tidak ada masalah yang besar bahkan cenderung aman. Aku pun memisahkan diri dari Pak Gilir dan mulai menelusuri jembatan penghubung awal untuk kembali ke gedung TEMPO bersama rekanku yang lain. Sambil berjalan, aku memikirkan pembicaraanku dengan Pak Gilir.

Tempat kerja beliau, Stasiun Palmerah, begitu nyaman. Tempat tersebut masih baru, bersih, dan rapi. Apakah membuat kinerja petugasnya meningkat? Tidak. Sebaliknya, mereka terbuai kenyamanan. Salah satu bukti dimana tempat kerja yang nyaman tidak menjamin kinerja yang baik dari pekerjanya. Tergelitik hatiku untuk melihat stasiun lain dan membandingkannya dengan Stasiun Palmerah sambil berharap tempat lain itu akan lebih baik dalam kinerja. Aku pun akan datang lagi ke sana pada akhir tahun atau awal tahun depan untuk mengetahui jawabannya.

Ikuti tulisan menarik Mercedes Amanda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

7 jam lalu

Terpopuler