x

Iklan

Asep Rizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

[Indonesiana] Kisah Ki Abun Sang Penentang Gaji Veteran

Bajunya yang lusuh namun bersih terpakai rapih dengan Kopiah yang hitam namun sedikit kumel tapi Nampak bersih pula , badannya tegap walau Nampak kerempeng

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

ilustrasi Zaman Penjajahan Belanda (Jembatan tjirahong Manonjaya) *doc humas ri

Bajunya yang lusuh namun bersih terpakai rapih dengan Kopiah yang hitam namun sedikit kumel tapi Nampak bersih pula , badannya tegap walau Nampak kerempeng di Usianya yang Waktu itu menginjak Usia Tersenja, sekitaran 73 Tahun seorang kakek itu berjalan di tepian Kolam tempat Wudhu sebuah Mesjid di Tengah sebuah Kampung.

Setelah melakukan Shalat Dzuhur di Siang itu Nampak dia Khusuk bermunajat, memuji kebesaran TuhanNya, wajahnya menengadah ke Atas langit-langit Mesjid itu , ada guratan kenangan di atas menara Mesjid tersebut 53 Tahun lalu ketika Tentara Belanda mencecar Kampung itu dengan tembakan Mortirnya .

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Tentara Belanda sempat menduduki kampung kita ketika itu , namun berkat kesigapan semua warga akhirnya Belanda meninggalkan kampung kita ini ,lari tunggang langgang ,

Dan basis perjuangan itu di mulai dari Mesjid ini waktu itu Aki berusia sekitar 20 Tahunan , dan untuk Para Pemuda kampung seusia Aki ketika itu di wajibkan untuk ikut bergerak angkat senjata, apapun nama senjatanya yang dipunyai oleh kita semua , dari yang hanya menggunakan bambu Runcing sampai ke Pemuda yang telah terlatih menggunakan senjata tembak yang lainnya!” Ucapan itu terngiang kembali olehku dari mulutnya seorang Warga Cimande/Sukalillah Desa Janggala Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis Jawa Barat yang di kenal dengan naman Ki Abun (Almarhum) dan kini telah meninggal dunia di Sebuah Daerah di Bilangan pinggiran Kota Tanggerang (Provinsi Banten) .

Kini Ki Abun itu telah meninggal dunia namun cerita itu ku ingat-ingat kembali pada Bulan Agustus 2015 di-HUT RI Yang Ke-70 ini untuk Mengenang Kembali Para Pejuang "Sejatinya Pejuang".

Akupun teringat kembali akan sikapnya yang kukuh-pengkuh terhadap perjuangannya yang dia lakukan , ketika Pemerintah Negara Indonesia merencanakan akan mengucurkan Dana Insentif bagi Mantan Pejuang di Era 1945-an sampai kepada masa perjuangan mengembalikan Kedaulatan NKRI di sekitar tahun 1945 yang bernama Gaji untuk para Veteran Perang Perjuangan di tahun-tahun ketika gejolak perang perjuangan itu berlangsung .

Aku teringat bagaimana dia (Aki Abun) menolak mentah-mentah untuk mengajukan Dana Insentif yang di berikan oleh Pemerintah dengan prasayarat yang di atur dalam Format pencairan semacam gaji dari Pemerintah RI untuk para Veteran Perang Kemerdekaan zaman dulu.

Dia datangi Orang-orang terdekatnya yang tersiar dan dia (Ki Abun) Dengar bahwa teman-temannya seperjuangannya dulu ketika ikut mengangkat senjata yang Ikut Ke Kota Bandung dengan Nama Pasukan Hizbulloh telah mendapatkan “Sebentuk Gaji ” yang telah teman-temannya terima setiap bulannya.

Dia nampak geram dan lantas menantang Dialog dengan beberapa Teman-teman seperjuangannya zaman Dulu itu .

Aku teringat kata-kata Ki Abun kepada Seorang Temannya ; “ Di Mana batas Ganjaran dari Tuhan Kita (Alloh SWT) atas usaha Kita? , lalu sifat inti dari Niatan kita berjuang itu apalah Artinya ?

Aku menentang hal ini (Meminta Di Gaji Oleh Pemerintah) atas tindakan perjuangan kita yang kita namakan perjuangan Suci Karena Alloh Tuhan semesta alam, aku datang pada kalian teman-teman seperjuanganku dulu , ini hanya mengingatkan saja , setelah kita meninggal nanti bahwa Tuhan Kitalah yang akan Membayarkan itu semua di Akhirat nanti atau pilihan kalian yang telah menggadaikan sebuah Kata Perjuangan ? Coba camkanlah kata-kataku,,!”.

Cerita ini ku buat atas sesungguhnya yang sempat “mengingat-ingat kembali “ kejadian tersebut pada sekitar 25 tahun yang lalu ketika itu Ki Abun akan Berangkat kembali Ke Kota Tanggerang tempat dia kini di Kuburkan di sekitaran Daerah Provinsi Banten .

Karena perjalanan hidup dia “Menghidupi” Anak-anak dan Cucunya punya penggalan “cerita “ yang amat Heroik menurutku , dia terpaksa Urban demi sebuah perjuangan Hidup dan mengusahakan hidupnya jadi seorang tukang Kayu bangunan yang handal di pinggiran Kota Tanggerang (Provinsi Banten sekarang).

Tiga Bulan setelah dia mendatangi Teman-teman seperjuangannya itu terkabarkan sudah Dia Meninggal Dunia dengan menyisakan sepenggal kisah Suci “Sejatinya Kisah Perjuangan Suci” yang dia lakukan.

Aku mencoba beranjak dari tempat duduku , ku maknai kata-kata Dia (Ki Abun) “Hebatnya dikau Wahai Pahlawan Sejati” yang tak ingin Terbayar di Dunia dengan sebentuk materi yang di berikan dari pihak manapun .

Hebatnya kau Pahlawan Sejatinya Pahlawan ,,,,! Akupun bergumam dalam hatiku pada sebuah pencarianku ketika itu ,,,Mungkin TuhanMu di Sana telah mempersiapkan Reword sejatinya Reword yang telah di janjikanNya…… amiin yaa robbal alamiin.

Asep Rizal.

Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB