x

Iklan

Kekek Apriana Dwi Harjanti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

HIV/AIDS Itu Duniaku yang Indah

Mendengarkan hati dan berjuangan untuk penanggulangan HIV AIDS di negara tercinta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seorang teman berkomentar, “Mbak, kalau liat profilmu, kamu kerja di isu yang sama terus ya. Linear di HIV AIDS. Walaupun pindah kerja beberapakali, di program HIV, lalu peneliti HIV. Hem...Gak jenuh tuh?” Spontan aku cuma mengangguk lalu mengatakan, “Kerja di HIV/AIDS itu asyik banget...Aku sangat mencintai HIV/AIDS. Tidak ada isu yang penuh tantangan seperti HIV/AIDS”.

Aku sangat mengenal dunia HIV/AIDS, sudah cukup lama dan separuh usiaku. Memulai tahun 1996 di Yogyakarta dan tahun 2001 pindah ke Jakarta hingga tulisan ini kutulis. Sudah banyak pelajaran yang kuterima dari dunia HIV/AIDS ini. HIV/AIDS membuat aku mengerti dan menghormati hidup ini. Kita semua terlahir seperti selembar kertas putih yang masih belum ada tinta. Kemudian proses berjalan dan pena tinta bekerja. Aku memilih pena dengan tinta HIV/AIDS untuk diukir. Menuliskan perjuangan dan pesan kehidupan bagaimana bekerja dengan HIV AIDS, termasuk harmoninya raga dan hati.

Di awal tahun 1996, tidak mudah bicara soal HIV/AIDS yang nyata. Pemerintah dan masyarakat masih menolak dan sinis pada issue HIV/AIDS. Kalau toh ada, rada malu-malu kucing. HIV/AIDS identik dengan penyakit orang barat atau penyakit orang yang tidak bermoral. Tapi situasi itu tidak membuat nyali sekelompok relawan yang berusia muda berhenti. Sekelompok relawan yang tergabung dalam sebuah organisasi yang dikenal dengan Lentera Sahaja PKBI DIY. Kelompok ini terus menerus bekerja dari kampus ke kampus, kampung ke kampung, organisasi ke organisasi, dari perkumpulan A ke perkumpulan yang lain, dari kelompok resiko yang satu ke resiko yang lainnya. Dengan segala kebaikan hati dan jiwa untuk bicara apa itu HIV, bagaimana hidup dengan HIV dan memberikan dukungan pada orang dengan HIV.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aku hidup dalam bagian kecil sejarah perjuangan itu. Tapi modalku segala ketulusan yang tidak akan terhapus oleh kepahitan atau kegagalan apapun. Kadang muncul juga resah dan galau. Terutama saat stempel buruk persis dicap didepan ku. Orang yang tidak bermoral, antek asing, liberal, dan agen kondom. Seperti apa itu tidak bermoral itu, seperti apa itu antek asing, seperti apa itu liberal dan seperti apa agen kondom. Masih ingat seorang berpakaian putih dengan pecinya teriak-teriak pada kegiatan workshop dimana aku menjadi narasumber. “Narasumber ini liberal dan merusak moral kita. Jangan didengarkan!! “. Helllo, aku tidak paham liberal, batinku. Kala itu aku cuma mahasiswa yang tertarik dengan isu HIV AIDS dan aktif di LSM. Kulapangkan dada dan kubuang segala resah jiwaku. Aku orang bermoral kok... yang mencintai sesama dan belajar berjuang untuk kemanusiaan. Mungkin mereka tidak mengerti sehingga sibuk memberiku label. Yang kuyakini saat itu, kalau suatu saat membutuhkan dukungan HIV AIDS jangan segan untuk menyapa aku.

Isu HIV AIDS lebih menarik energiku daripada mata kuliah yang aku ikuti. Keyakinanku saat itu program HIV AIDS akan berujung indah. Pasti ini akan seterang matahari menyinari bumi. Menyinari mereka yang penuh prasangka dan stigma tentang HIV AIDS. Setelah mendapat sinar semoga penerimaan akan isu HIV AIDS lebih baik.

Tahun 2001, ketika secara profesional bekerja di LSM International dan bermitra kerja dengan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI, kesempatan ini aku peluk dengan erat. Jelas kesempatan berlian yang akan aku gunakan sebaik-baiknya untuk merenda karya nyata apa yang harus dilakukan dalam dunia HIV AIDS. Bersama mitra kerja dari subdit AIDS Kementrian Kesehatan RI, kita bahu membahu untuk mengembangkan pelatihan, menerapkan wujud kongkret layanan HIV AIDS hingga dukungan komunitas pada pengobatan ARV, melakukan sejumlah intervensi ke populasi kunci dan melakukan monitoring program hingga ke seluruh daerah di pelosok Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke.

Di tingkat lapangan kita bekerja secara operasional dengan LSM dan komunitas untuk menjangkau, mendampingi dan merujuk ke layanan kesehatan kawan-kawan dari populasi kunci (kelompok berisiko tinggi tertular HIV AIDS). Bekerjasama dengan orang yang hidup dengan HIV dan bagaimana meningkatkan kualitas hidup. Bekerjasama dengan LSM atau komunitas untuk menjangkau populasi pengguna NAPZA suntik dan pasangannya, pekerja seks perempuan dan pekerja seks laki-laki, Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki, waria dan lelaki berisiko tinggi.

Kerja – kerja dengan dasar harmoni dan tanpa sekat menjadi modal utama di dunia HIV AIDS. Melepaskan semua prasangka dan memperkuat diri berhadapan dengan dunia yang masih belum sepenuhnya memahami wajah HIV AIDS. Pemerintah dan LSM Kompak untuk kerja-kerja HIV AIDS.

Kalau kilas balik perubahan ini secara nyata dirasakan mulai tahun 2002. Bertubi-tubi kelompok masyarakat yang terwakili oleh LSM dan komunitas bersama pemerintah pusat mulai bergandengan tangan dan berjalan merespon isu-isu HIV AIDS di lapangan. Kemudian tingkat pemeritah propinsi dan kabupaten. Pemerintah mulai memberikan dukungan dengan memperkuat layanan kesehatan untuk HIV AIDS dari skala rumah sakit nasional hingga puskesmas tingkat kelurahan di seluruh negeri. Masyarakat di Indonesia yang awalnya antipati bisa perlahan tapi pasti menerima HIV AIDS tanpa memberikan stigama secara terus menerus. Keyakinan itu membuatku hidup terus di dunia HIV AIDS. Penolakan tentu masih ada, tapi itu karena belum tahu saja. Lama-lama pasti berakhir indah tepat pada waktunya.

Tantangan HIV AIDS kini kian besar tidak semata-mata pada kegiatan penjangkuan dan pendampingan di lapangan. Tetapi bagaimana bicara ke seluruh elemen bahwa HIV AIDS itu setara dengan penyakit lainnya. Tidak melulu soal moral yang identik dengan seks atau kalau kita bicara penggunaan kondom berarti melegalkan seks. Dari sudut aku, HIV AIDS itu luas sekali. Multi dimensi dimana seluruh masyarakat berkontribusi pada penularan, penyebaran HIV AIDS dan penanggulangan HIV AIDS.

Kini kalau aku menoleh kebelakang, ada rasa bangga melihat jutaan orang di Indonesia mengetahui statusnya melalui layanan VCT lebih awal dan ribuan orang HIV tertolong karena program pengobatan ARV. Mereka yang HIV bisa diterima oleh anggota keluarganya, bisa menikah dan punya anak, mereka tetap bisa bekerja tanpa perlu kuatir akan diberhentikan, anak-anak yang hidup dengan HIV terus bersekolah dan program-progam pemerintah makin banyak yang didedikasikan untuk penanggualang HIV AIDS. Hebatkan..... hebat sekali. Aku melihat ini hebat sekali, perubahan yang sangat nyata tentang harmoninya dunia HIV AIDS.

Jika ada yang bertanya lagi kepda aku, ” Mbak masih di HIV ya mbak....nggak basi? “ Aku akan menjawab bahwa aku tetap setia. Dan makin setia. Tidak ada dunia seindah HIV AIDS sampai aku menciptkan sebuah lagu mars PKVHI untuk para konselor VCT di Indonesia, biar tetap semangat. Hanya kali ini aku terpanggil sebagai peneliti. Peneliti yang hasil penelitiannya akan dipertimbangkan atau digunakan sebagai dasar untuk perbaikan program-progam penanggulangan HIV AIDS di Indonesia. Harapannya program HIV tidak lagi berdasarkan asumsi tetapi karya ilmiah melalui Penelitian HIV AIDS yang handal. Tetap deh, untuk segala penelitian HIV AIDS, hubungin kami  di PPH Atma Jaya – Jakarta.

Ikuti tulisan menarik Kekek Apriana Dwi Harjanti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler