x

Iklan

Wulung Dian Pertiwi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Daulat Kampung Tengah – Keumahmah

Keumahmah populer di Sabang terutama musim badai. Meskipun khas Aceh, Sabang lebih sering menyajikan keumahmah di banding Aceh daratan. Ini tradisi tua.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rajang bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe hijau, dan cabe rawit, sekaligus siapkan komposisi sama yang diuleg halus dengan sunti dan jahe. Sunti adalah belimbing sayur yang dijemur kering dan di Aceh sering dipakai sebagai bumbu. Orang Aceh menyukai rasa asam, jadi biasanya sunti akan ditambahkan banyak dalam masakan. Rajangan bumbu beserta bumbu halus ditumis sampai harum, lalu dimasukkan irisan-irisan keumahmah. Tambahkan air sedikit, garam, gula, lada, dan keumahmah asam pedas siap menemani nasi hangat.

Meskipun khas Aceh, keumahmah lebih populer di Sabang, dibanding di Aceh daratan. Terutama kala badai, ketika lauk pauk lain menjadi sangat susah ditemukan. Sebabnya, musim angin, gelombang tinggi, atau badai, lalu lintas laut, yang juga satu-satunya jalur distribusi barang menuju Sabang, sering mandeg dihentikan. Jadilah bahan-bahan awetan menjadi pilihan sajian di rumah-rumah.

Keumahmah itu daging ikan tongkol yang diawetkan dengan cara direbus kemudian dijemur kering. Karena perlu panas matahari lama, bahkan sering berhari-hari, keumahmah hanya bisa diolah saat musim panas. Orang-orang Aceh hanya mengolah bahan ini kala terik matahari tak terganggu hujan. Pengeringan yang tak sempurna akan merusak cita rasa dan menjadikan keumahmah gagal tahan lama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau membeli di pasar-pasar tradisional, kita akan menemukan keumahmah dalam bentuk bongkahan-bongkahan, kira-kira sebesar penghapus papan tulis, dan putih berbalut tepung sebagai pengawet. Orang sering juga menyebutnya ikan kayu, saking kerasnya produk awetan ini, juga dari ketahanannya yang jangka lama. Ketahanan keumahmah bisa sampai satu tahun.

Konon, keumahmah tradisi tua Aceh mengolah bahan makanan dimulai jaman perang. Itu ransum prajurit-prajurit Kesultanan Aceh Darussalam kala berhari-hari jauh dari rumah, menuju, selama, dan sepulang dari medan pertempuran.

Ikuti tulisan menarik Wulung Dian Pertiwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler