Bob Marley, Geng Kriminal, dan Pergolakan Politik
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Berkat novel ketiganya, A Brief History of Seven Killings, Marlon James meraih the Man Booker Prize 2015.
Para Harukist barangkali kecewa lantaran penulis favoritnya tak meraih Penghargaan Nobel Sastra tahun ini kendati Murakami sangat difavoritkan. Banyak pula yang memperbincangkan ketepatan Komite Nobel memilih Svetlana Alexievich lantaran kandungan jurnalistiknya yang begitu kuat dalam novelnya. “Karyanya bukan sepenuhnya hasil imajinasi,” kata pengritiknya.
Baiklah, biarkan untuk sementara dua topik itu berlalu. Sekarang waktunya kita membicarakan Marlon James—novelis Jamaika yang menarik perhatian dewan juri The Man Booker Prize 2015. Dan memang, ia keluar sebagai peraih penghargaan ini berkat novelnya, A Brief History of Seven Killings. Sejak diterbitkan tahun lalu, novel ini memang disebut-sebut sebagai favorit juara.
Michael Wood, Ketua Dewan Juri The Man Booker Prize 2015, memuji A Brief History of Seven Killings sebagai buku yang sangat menarik, penuh kejutan dan berbahaya di setiap halamannya (tampaknya memang begitu). Marlon James menggunakan usaha pembunuhan Bob Marley pada 1970an sebagai inspirasi untuk menceritakan dongengnya. “Saya terilhami oleh musik reggae,” ujarnya. James menyusuri geng-geng yang ada di Jamaika dan mengungkap pergolakan politik di negaranya.
Ramuan antara geng kriminal dan pergolakan politik setidaknya sudah menjanjikan, tinggal berikutnya bagaimana James mendongengkannya. Saya baru mulai membacanya, dan sudah mendapati daftar 76 karakter yang bermain dalam novel ini. James memuatnya di halaman depan sebelum mulai bercerita; tak ubahnya daftar pemeran yang ditampilkan di akhir film-film Hollywood.
Aroma kematian sudah dimulai sejak halaman pertama ketika James membukanya dengan paragraf ini:
“Listen. Dead people never stop talking. Maybe because death is not death at all, just a detention after school. You know where you’re coming from and you’re always returning from it. You know where you’re going though you never seem to get there and you’re just dead. Dead. It sounds final but it’s a word missing an ing.”
A Brief History of Seven Killings adalah novel ketiga James setelah John Crow’s Devil (2005) dan The Book of Night Women (2009) yang sempat jadi finalis The National Book Critics Circle Award. The Man Booker Prize barangkali dapat disebut sebagai penghargaan yang layak atas ikhtiar James yang tak kenal lelah. Novel pertamanya akirnya dipublikasikan pada 2005 setelah ditolak penerbit hingga 78 kali. Ia sempat menyerah, menghapus naskahnya, membuang laptopnya, untuk kemudian ia menulis kembali.
Dalam memperebutkan perhatian dewan juri, A Brief History of Seven Killings bersaing dengan Satin Island (Tom McCarthy), The Fishermen (Chigozie Obioma), The Year of the Runaways (Sunjeev Sahota), A Spool of Blue Thread (Anne Tyler), dan A Little Life (Hanya Yanagihara). Apakah James memang piawai mendongeng seperti dipujikan oleh banyak kritikus, sebaiknya mah kita buka saja halaman-halaman novel ini berikutnya. (sumber foto: www.cbc.ca) ***

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Di Musim Corona, Hati-hati Jangan Sampai Menghina
Selasa, 14 April 2020 05:33 WIB
Bila Jatuh, Melentinglah
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler