x

Iklan

Ronggo Warsito

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mau ke Mana Arah Pendidikan Nasional?

Ini menyusul ditangkapnya lebih dari 1.000 anak baru gede (ABG) yang mayoritas berstatus pelajar oleh pihak keamanan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Final sepak bola Piala Presiden 2015 yang baru saja berlalu menyisakan cerita pilu bagi dunia pendidikan. Ini menyusul ditangkapnya lebih dari 1.000 anak baru gede (ABG) yang mayoritas berstatus pelajar oleh pihak keamanan. Mereka melakukan tindakan kekerasan dengan melempari kendaraan dari pihak yang dianggap musuh. Mereka bahkan nekat melawan petugas.

Tindakan individu itu biasanya ditentukan oleh internalisasi (pemahaman) atas nilai-nilai yang diyakini. Sekolah atau institusi pendidikan merupakan tempat menyemai nilai-nilai kebenaran universal seperti kejujuran dan kebaikan kepada peserta didik. Selain itu, sekolah merupakan lembaga yang membantu menumbuh-kembangkan potensi dasar yang dimiliki peserta didik. Aspek kognitif, afektif, dan motorik menjadi matra pendidikan yang dikembangkan di sekolah.

Kognitif mencakup kegiatan mental (otak) peserta didik seperti menghafal dan analisis. Pada tingkat ini, tujuannnya adalah pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide. Peserta didik dilatih untuk menemukan solusi atas permasalahan (problem solving).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Afektif adalah aspek pendidikan yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization of value (karakter nilai). Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

Sedangkan psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Sampai sini, timbul pertanyaan: apakah aksi kekerasan yang dilakukan para ABG itu adalah hasil pendidikan di sekolah?

Kita perlu jernih melihat persoalan ini. Fenomena kekerasan yang dilakukan sekolompok pelajar di atas tentu merupakan paradoks atas proses pendidikan yang terjadi. Utamanya dalam aspek afektif, dimana siswa belum menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti yang diajarkan. Di negeri ini kita meyakini tidak ada sekolah mana pun yang sengaja mengajarkan kekerasan.

Tak boleh dilupakan, ada aspek lingkungan di luar sekolahyang turut memengaruhi perilaku siswa. Membanjirnya tontonan kekerasan melalui berbagai media memicu perilaku agresif. Apalagi jika orang tua mereka lalai dalam memberikan bimbingan. Tidak adil jika hanya mengandalkan sekolah semata untuk membentuk kepribadian siswa.

Apalagi, sekolah juga memiliki segudang problematika seperti kualitas guru. Dalam aspek kognitif saja, para guru masih keteteran. Apalagi untuk mengembangkan afektif dan psikomotorik. Ini terlihat dari nilai uji kompetensi guru (UKG) yang telah dilaksanakan terhadap 1,6 juta guru. Dari jumlah tersebut hanya 192 orang yang kompetensinya di atas 90.

Selain itu masalah rasio perbandingan antara guru dan murid.

Data Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), rasio perbandingan antara guru dan murid di Indonesia adalah yang terendah di dunia. Hal itu dipengaruhi perekrutan guru yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan melampaui jumlah pendaftaran murid di segala tingkat pendidikan.

Perbandingan tersebut menghasilkan rasio murid-guru 20:1, namun, 10 tahun terakhir ini mengalami peningkatan menjadi 51 persen, sehingga rasionya 15:1 dan menjadi rasio perbandingan guru terendah di dunia. Sedangkan data UNESCO 2014 menetapkan perbandingan 26:1 untuk negara-negara Asia, dan 24:1 untuk negara-negara yang berpenghasilan menengah.

Menurut Kepala Sub Bidang Pendidikan Tinggi Bappenas Amich Alhumami, rasio perbandingan guru-murid terendah di dunia karena banyak sekolah kecil di daerah pedesaan dengan jumlah murid kurang dari 100 orang. Dengan demikian, tidak efektif jika menempatkan guru sesuai aturan sembilan orang per sekolah karena masing-masing guru hanya membimbing 1:10 murid.

Menonjolnya ketimpangan rasio guru-murid di daerah disebabkan kurangnya pembangunan mutu pendidikan. Proses rekrutmen guru terkadang dilakukan secara asal-asalan dengan dalih lebih baik mengambil apa adanya ketimbang tidak ada yang mengajar.

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan, secara nasional rasio guru-siswa sekolah dasar (SD) saat ini adalah 1:17. Hal ini menunjukkan bahwa rasio itu berada di bawah standar minimal PP 74 tahun 2008 dan Permendiknas No.41 tahun 2007.

Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen ada secercah harapan untuk kualitas pendidikan yang lebih baik. Kini, guru sudah ditetapkan sebagai profesi. Karena itu, guru harus memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau diploma empat (D4). Selain itu, guru juga wajib memiliki kompetensi dan sertifikat pendidik dari perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru yang ditunjuk pemerintah.

Saat ini, jumlah seluruh guru di Indonesia ada 3.015.315 orang. Rinciannya ada 2.294.191 guru tetap (PNS dan yayasan/swasta) dan 721.124 guru tidak tetap (GTT). Melalui kualifikasi dan sertifikasi, kualitas mereka akan ditingkatkan.

Membaca arah dari perundang-undangan tersebut, kini saatnya guru menunjukkan kompetensi, profesionalitas dan kinerja. Jika ini terpenuhi, otomatis kesejahteraan akan meningkat. Dan jika kesejahteraannya meningkat, guru pun bisa fokus menjalankan tugasnya. Jangan lagi ada cerita guru terpaksa menyambi jadi tukang ojek atau pekerjaan kasar lainnya sehingga kekurangan energi ketika mengajar. ***

Ikuti tulisan menarik Ronggo Warsito lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB