x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Benahi Dulu Manusianya, yang Lain Mengikuti

Bila hendak merekrut seseorang ke dalam perusahaan, galilah terlebih dahulu nilai dan prinsip yang dipegang orang tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Great vision without great people is irrelevant.” 
--Jim Collins

 

Bagaimana posisi manusia dalam perusahaan? Semakin banyak perusahaan yang memandang manusia sebagai aset terpenting—bukan alat produksi. Perusahaan semacam ini menempatkan departemen terkait sebagai mitra strategis dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fungsi departemen ini bukan lagi urusan administratif belaka, seperti merekapitulasi kehadiran karyawan, mengurus kenaikan jenjang dan gaji, mengorganisasi pelatihan, atau memberi teguran kepada karyawan. Departemen ini kian terlibat dalam menyusun strategi perusahaan, merancang organisasi, maupun menyusun kurikulum dan menyelenggarakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Manajemen perusahaan meyakini bahwa keunggulan sumber daya manusia berarti keunggulan dalam strategi, perencanaan, eksekusi, hingga performansi perusahaan yang berujung kepada profit. Apabila sumber daya manusianya unggul, maka manusia-manusia ini akan mampu membangun sistem, struktur, budaya, maupun strategi perusahaan yang unggul pula.

Meminjam frasa Jim Collins, ‘first who, then what’—manusianya dulu dibenahi dan disiapkan, maka yang lain akan mengikuti. Sumber daya manusialah yang melakukan transformasi perusahaan, menciptakan dan menginternalisasikan nilai-nilai budaya perusahaan, yang mengubah struktur dan sistem, yang mengeksekusi keputusan, dan seterusnya.

Semua perusahaan yang benar-benar hebat, kata Jim Collins, penulis buku Good to Great, patuh kepada prinsip umum yang ia ringkas dalam frasa pendek tersebut. Collins menggunakan metafor sebuah bus untuk menggambarkan prinsip ini. Collins mengatakan, apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan hebat sebelum hal-hal lain ialah memastikan bahwa mereka membawa ‘orang yang tepat di bus tersebut’. Setelah itu, perusahaan hebat memastikan bahwa mereka menempatkan ‘orang yang tepat di kursi yang tepat di dalam bus tersebut’. Akhirnya, perusahaan hebat berusaha memastikan ke mana bus diarahkan.

Mengapa prinsip ‘first who, then what’ demikian krusial? Menurut Collins, terdapat tiga alasan utama yang melatarbelakangi hal itu. Pertama, dengan meletakkan penekanan pada manusia sebelum strategi, perusahaan akan lebih mudah dalam beradaptasi terhadap perubahan. Di saat perubahan belum berlangsung secepat seperti sekarang, peran manusia belum pernah sepenting sekarang.

Kedua, apabila perusahaan sudah bisa memastikan adanya orang yang tepat di bus, sebagian persoalan sumber daya manusia telah terpecahkan. Dengan meletakkan orang yang tepat di tempat yang tepat, akan berkurang kekhawatiran terhadap hal-hal yang lazim terjadi, seperti politik kantor, pindahnya karyawan ke perusahaan lain, kendornya motivasi, dan sebagainya. Sebaliknya, fokus, passion, dan sinergi akan muncul secara alamiah sehingga organisasi dapat berjalan lebih cepat dan penuh semangat.

Ketiga, bila perusahaan menaruh orang yang salah di bus, tak peduli ke arah manapun bus itu dikemudikan, perusahaan tidak akan mencapai kejayaannya. Seperti dikatakan oleh Collins, “great vision without great people is irrelevant.” Visi sehebat apapun, jika perusahaan diisi oleh orang-orang yang tidak mengerti tujuan perusahaan maupun cara mengelolanya, perusahaan itu tidak akan maju dan berkembang.

Persoalannya kemudian, bagaimana mempraktikkan prinsip ‘first who, then what’. Jawabannya terletak pada frasa aksiomatik ini: hire for talent, train for skill. Dalam menentukan ‘orang yang tepat’, perusahaan hebat harus memberi bobot lebih besar pada atribut-atribut karakter dibandingkan terhadap latar belakang pendidikan, keterampilan praktis, pengetahuan khusus, atau pengalaman kerja.

Sebab itu, bila merekrut seseorang ke dalam perusahaan, gali terlebih dahulu nilai dan prinsip yang dipegang orang tersebut. Jika cocok dengan nilai-nilai perusahaan, barulah beranjak kepada soal-soal lain yang penting dan relevan dengan kebutuhan perusahaan. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB