x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bangkit dari Keterpurukan

Dalam situasi sangat tertekan, apa yang dapat kita lakukan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Persistence and resilience only come from having been given the chance to work though difficult problems.”

--Gever Tulley (Penulis)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seorang anak muda yang berangan jadi petinju hebat memberanikan diri menemui seorang lelaki tua berumur 60an tahun. Lelaki tua ini mantan petinju yang berulang kali meraih sabuk juara. Kepadanya, anak muda ini meminta nasihat: “Anda dikenal sebagai petinju hebat berkat pukulan Anda yang sangat kuat. Apa rahasianya?” Lelaki tua itu menjawab: “Sesungguhnya, bukan karena kerasnya pukulan seorang petinju disebut hebat, melainkan sekeras apa pukulan yang sanggup ia terima dan ia tetap mampu bangkit kembali.”

Bagi petinju, jatuh terjungkal karena pukulan lawan bermain adalah pengalaman yang sukar dilupakan. Terlebih lagi apabila yang menjatuhkannya di atas ring bukanlah petinju yang sangat diunggulkan. “Jika saya terkena pukulan Knocked Out (KO), dan tak bisa bangun lagi, haruskah karir saya berakhir” “Mampukah saya bangkit lagi setelah pertandingan ini?”

Pukulan keras niscaya pernah kita rasakan sekalipun kita bukan petinju. Dalam hidup sehari-hari pukulan keras itu bisa berupa: kehilangan pekerjaan, kerugian besar dalam bisnis, kematian orang yang dicintai—pendeknya rupa-rupa. Kita dihadapkan kepada kenyataan baru yang mungkin di luar dugaan. Kaget, kecewa, cemas, panik mungkin menyergap kita begitu cepat.

Dalam situasi seperti itu, apa yang bisa kita lakukan? Tatkala perusahaan mengarungi masa-masa sulit, para pemimpinnya akan cukup cermat untuk tidak semata-mata fokus pada bagaimana bertahan hidup. Mereka menuntun timnya untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan fundamental: apakah cara yang kita pakai selama ini masih cocok untuk zaman yang sudah berubah? Apa saja yang kita abai melakukannya saat berjaya? Pertanyaan senada dapat kita ajukan sebagai individu.

Ketangguhan dalam menghadapi kesukaran dan kemampuan untuk bangkit kembali dari kejatuhan dikenal sebagai daya lenting atau resilience. Individu atau perusahaan yang tangguh tidak seperti vas bunga yang begitu jatuh dari meja akan pecah berantakan. Mereka yang tangguh akan mampu memantul kembali bagai bola karet.

Sebuah perusahaan, misalnya, matang sebagai perusahaan hebat karena tempaan oleh pusaran kesukaran. Jatuh lalu bangkit kembali. Individu atau perusahaan yang mampu merespons dengan baik berbagai momen genting dalam kehidupan mereka biasanya akan semakin tangguh.

Salah satu nasihat bagi yang sempat terpuruk ialah temukanlah keunggulan-keunggulan terpenting yang kalian miliki. Setiap individu, perusahaan, komunitas, ataupun kelompok kecil niscaya mempunyai keunggulan. Maka, di masa-masa sukar, letakkanlah fokus pada keunggulan sebagai cara untuk membangkitkan kembali semangat agar dapat melenting kembali.

Kita cenderung cemas, sebagian malah panik, ketika mengalamai pukulan hebat. Dalam lingkup perusahaan, kegelisahan akan menyebar di antara karyawan; menjadi tugas pemimpin untuk menyerap kegelisahan ini. Sebagai individu, kita dapat melepas sebagian kegelisahan ini dengan berbagi kepada orang lain.

Dalam situasi tertekan seperti ini, kita mungkin takut untuk berubah—kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan bila kita berubah. Di saat yang sama, kita mungkin juga mengkhawatirkan apa yang bakal kita alami jika kita tidak berubah; bagaimana jika keadaan bertambah buruk? Dilematis memang, tapi kita tetap harus membuat pilihan.

Tentu saja, pilihannya bukanlah berdiam diri, melainkan berubah dan beradaptasi terhadap perubahan. Jalan di hadapan kita memang belum kita kenal, mungkin berkelok-kelok, naik-turun, dan banyak tantangan. Dengan berfokus kepada keunggulan yang kita punyai, spirit, passion, semangat, dan hasrat kita untuk bangkit kembali niscaya akan muncul. Percayalah, pepatah lama ‘Setelah kesukaran akan ada kemudahan’ bukanlah jargon kosong. (sumber ilustrasi: huffingtonpost.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu