x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penyair, Penguasa, dan Pemberontak

Ilmuwan dan penyair Umar Khayyam disebut-sebut menjalin persahabatan dengan penguasa dan pemberontak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Salah satu episode kehidupan Umar Khayyam, sang penggubah Ruba’iyat yang mashur itu, ialah tentang persahabatannya dengan dua sosok penting lainnya, yaitu Nizam-ul-Muluk dan Hassan-i-Sabah. Hingga kini para sarjana masih berdebat apakah ketiga orang ini memang pernah menjalin persahabatan, sehingga dijuluki Tiga Serangkai, ataukah hubungan erat di antara mereka itu hanyalah tuturan yang menular dari mulut ke mulut namun tanpa basis fakta.

Persahabatan tiga orang ini sering jadi topik pembicaraan karena ketiganya mewakili jalan pikiran yang berbeda. Umar Khayyam (tahun kelahirannya belum diketahui secara pasti, mungkin antara 1021 hingga 1048) adalah seorang ilmuwan sekaligus penggubah sajak. Nizam al-Mulk (mungkin lahir pada 1018) menjabat perdana menteri dalam suatu kurun kekuasaan Seljuq. Sementara itu, Hasan-i Sabbah (mungkin lahir pada 1034) disebut-sebut mendirikan organisasi rahasia Hashshashin yang kelak sangat terkenal hingga Eropa. Persahabatan itu konon dijalin sejak mereka belajar dalam periode yang hampir bersamaan dan di bawah bimbingan guru yang sama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beragam peristiwa politik yang berlangsung pada abad ke-11 Masehi memainkan peran besar dalam perjalanan kehidupan Khayyam. Dinasti Turki Seljuq menduduki kawasan Khurasan dan kemudian mereka menaklukkan seluruh Iran Timur Laut dan menguasai Mesopotamia, Suriah, dan Palestina. Penguasa Seljuq, Toghril Beg, memproklamasikan diri sebagai sultan di Nishapur pada 1038 dan memasuki Baghdad pada 1055. Di dalam kekuasaan yang tidak stabil inilah Khayyam tumbuh.

Dengan naiknya Jalal al-Din Malik Shah ke singgasana pada 1072, Isfahan pun dipilih sebagai ibukota baru dinasti Seljuq. Pada tahun berikutnya, sekelompok ilmuwan dan sarjana terkemuka dari Khurasan, di antaranya Khayyam dan al-Muazaffar al-Isfizari, diundang ke istana di ibukota baru ini untuk mengerjakan dua proyek besar, yakni membangun observatorium dan menyusun kalender baru untuk mengganti kalender yang sudah ada.

Namun patronase semacam ini tidak menyediakan stabilitas yang terlampau besar mengingat politik dapat bergejolak kapan saja dan siapa saja bisa tiba-tiba naik ke tampuk kekuasaan. Dalam pengantar salah satu karya aljabarnya, Khayyam menuturkan bahwa dirinya berada dalam situasi sulit sebagai ‘manusia pembelajar’. Ia tak ingin terlibat dalam politik, namun terseret oleh situasi.

Patronase membawa konsekuensi buruk ketika penguasa berganti. Pada 1092, peristiwa politik menngakhiri periode Khayyam untuk dapat hidup dalam situasi damai. Jalal al-Din Malik Shah meninggal dunia, kira-kira satu bulan setelah perdana menterinya, Nizam al-Mulk, dibunuh dalam perjalanan dari Isfahan menuju Baghdad. Pelakunya diduga adalah kelompok Hashshashin yang dipimpin oleh Hasan-i Sabbah.

Semasa Nizam al-Mulk menjabat perdana menteri, Umar Khayyam dan Hasan-i Sabbah dikabarkan kerap mengunjunginya. Dikisahkan bahwa Hassan menuntut diberi tempat dalam pemerintahan, namun ambisinya membuat ia tersingkir hingga kemudian ikut serta dalam upaya penggulingan pemerintahan Nizam al-Mulk. Upaya ini gagal. Lain hal dengan Khayyam yang hanya meminta dukungan agar dapat mempelajari sains dan beribadah.

Otentisitas kisah tiga serangkai ini memang diragukan oleh sebagian sarjana atas dasar perbedaan usia antara Khayyam dan dua orang temannya begitu jauh. Meski begitu, sesungguhnya juga belum ada kesepakatan mengenai tahun kelahiran mereka bertiga.

Bila demikian, mengapa kisah persahabatan tiga kawan ini demikian mashur? Boleh jadi, karena Khayyam, Nizam al-Mulk, dan Hasan-i Sabbah merupakan figur menonjol pada masa itu dan mewakili tiga pendekatan dominan dalam upaya mengubah masyarakat. Pendekatan ilmiah diwakili oleh Umar Khayyam, penguatan kekuasaan serta hukum dan ketertiban diwakili oleh Nizam al-Mulk, sedangkan pemberontakan bersenjata direpresentasikan oleh Hasan-i Sabbah.

***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler