x

Iklan

Nanang Suryana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Indonesia Mengaji; Buah Karya Pemuda Bagi Bangsa

Kisah ini menceritakan sosok inspirasi seorang Hakim, yang mendidik anak-anak belajar mengaji di tempatnya tinggal. Mereka ada dalam Indonesia Mengaji.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

"Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.."

-Ir. Soekarno

Sore itu, senja mulai singgah menyambut malam yang sedianya tak akan lama lagi datang. Seperti sebelumnya, tidak ada yang benar-benar beda dengan hari-hari kemarin di Jatinangor. Kehidupan di Jatinangor masih saja ramai oleh lalu lalang mahasiswa yang hilir mudik seolah tak mengenal lelah. Sepertinya, kehidupan anak muda memang kehidupan yang penuh dengan ragam aktifitas. Melihat potensi yang dimiliki, tak salah jika Anies Baswedan mengatakan, “Anak Muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu. Anak muda menawarkan masa depan.”

Di salah satu sisi pojok kampung Sadang, Jatinangor juga punya lain cerita. Anak-anak kecil berkerudung mulai ramai datang ke sebuah rumah tempat mereka mengaji saban magrib menjelang malam. Tak ketinggalan, beberapa anak laki-laki saling berlarian sambil memainkan sarungnya memburu waktu mengejar jadwal mengaji di tempat yang sama. Anak-anak ini adalah mereka yang sudah hampir tiga tahun ini mengaji di sebuah rumah kontrakan sederhana. Pada seorang pemuda, yang kebetulan sedang merantau jauh dari Madura. Dialah Hakim (23), sosok pemuda desa yang mampu menjadi api inspirasi bagi siapa saja yang mengenalnya.

Tak banyak sosok anak muda seperti dirinya. Pria kelahiran Madura 23 tahun yang lalu ini, adalah oase di tengah keringnya segara kebajikan mahasiswa dan pemuda bagi lingkungan di sekitarnya. Bersama teman-teman lainnya di Kampung Sadang, Kec. Jatinagor, Kab. Sumedang. Abdul Hakim atau yang lebih akrab dipanggil Hakim ini, mendirikan sebuah madrasah sosial guna mendidik anak-anak di sekitar tempanya tinggal mengaji saban magrib sampai waktu Isya datang. Kegiatan ini, dilakukannya hampir setiap hari. Bermula sejak pertengah tahun 2013 yang lalu, ikhtiar sosialnya dia mulai di sebuah rumah kontrakan sederhana yang dia sewa bersama teman-temannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hakim kini masih menjadi mahasiswa aktif pada Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN). Sebagai sebuah wilayah pendidikan yang terletak di perbatasan Bandung-Sumedang, Jatinangor memang memiliki surplus kuantitas anak muda yang tersebar di banyak perguruan tinggi di wilayah ini. Namun, berkaca pada realitas kehidupan masyarakat lokal yang ada di Jatinangor. Keberadaan banyak perguruan tinggi tersebut, belum secara langsung menyentuh problematika sosial yang ada di wilayah ini. Kondisi demikian, tentu merupakan sebuah pekerjaan rumah yang harus sesegera mungkin diselesaikan. Realitas kesenjangan sosial yang semakin jauh antara kehidupan warga pendatang dan masyarakat lokal, dikhawatirkan akan menjadi boomerang seiring akumulasi berbagai masalah sosial yang seolah tersembunyi, namun mengendap menjadi bahaya yang tak terduga.

Paham betul dengan berbagai kemungkinan di atas, Hakim berinisiatif melakukan kerja sosialnya menjadi simpul penghubung antara mahasiswa dengan warga di sekitar tempatnya tinggal. Bersama teman-temannya, dia mendirikan sebuah madrasah tempat mengaji anak-anak dengan nama ‘Indonesia Mengaji’. Indonesia Mengaji adalah sebuah wujud semangat pengabdian, yang dia bawa sebagai bekal ilmu semasa di pesantrennya dahulu. Dengan spirit yang hampir sama yang hendak disampaikan oleh Anies Baswedan melalui Gerakan Indonesia Mengajar, Indonesia Mengaji berusaha mewujudkan ikhtiar kemanusiaan menjawab problematika moral yang kini semakin tereduksi dalam tata nilai pergaulan masyarakat.

Hakim bersama teman-temannya paham betul. Anak-anak adalah generasi penerus masa depan bangsa nantinya. Dengan bersentuhan langsung melalui pengajaran moral dan agama pada anak-anak, Hakim bersama Indonesia Mengaji berusaha menjadi penjaga keadaban sebagai kontribusi atas konsekuensi ilmu dan pengalaman yang dia punya. Kini tak kurang dari lima puluhan anak menjejali kediaman Hakim setiap magrib. Datang dengan latar belakang sosial yang beragam. Anak-anak didik Indonesia Mengaji begitu antusias mengikuti pelajaran dari kakak-kakak pembimbingnya yang juga merupakan mahasiswa-mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Jatinangor. Dengan ikut menjadi sarana pendidikan di wilayahnya, Indonesia Mengaji adalah rumah bersama bagi setiap anak muda dan mahasiswa yang hendak belajar untuk memutus mitos keterasingan kampus dan kaum intelektual dari masalah sosial disekitarnya.

Mengawali dengan hanya dua santri pada awal mula pendiriannya. Indonesia Mengaji diharapkan akan terus menjadi lentera bagi masyarakat Jatinangor sampai akhir zaman nanti. Hal itu disampaikan Hakim, ketika ditanya tentang harapan pada ikhtiarnya menjadi cahaya penerang bagi anak-anak disekitarnya.

Selain mengaji, Hakim kerapkali mengajak anak-anak didiknya ikut meramaikan peringatan momen-momen khusus keagamaan. Beberapa kegiatan yang pernah dia lakukan diantaranya Pawai Obor menyambut Tahun Baru Islam, Peringgatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan berbagai kegiatan sosial lain, seperti pemberian santunan yang diberikan oleh para donatur yang tergerak membantu perjuangan Hakim bersama teman-temannya di Indonesia Mengaji.

Di Jatinangor, Hakim memang bukan satu-satunya mahasiswa yang mendarmabaktikan ilmunya bagi masyarakat. Ada juga kawan-kawan lain yang membuka taman bacaan dan komunitas belajar bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan secara akses guna menikmati fasilitas pendidikan. Ditengah keringnya segara kebajikan, keberadaan mereka jelas merupakan sebuah harapan perbaikan. Tak mudah menjaga konsistensi ditengah lingkungan yang acapkali tak mengerti. Namun, bukankah dengan demikian, mereka layak disebut pejuang pendidikan. Mengabdi tanpa pamrih, seraya jauh dari segudang embel-embel kepentingan. Mereka layak jadi inspirasi negeri. Memberi dari apa yang mereka punya, pada diri yang ada di sekitarnya. Melalui mereka, kita masih punya mimpi, tentang kemajuan negeri yang akan tetap ada dan terus berlipat ganda.[]

#Tempo45 

Ikuti tulisan menarik Nanang Suryana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB