x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Nol, Gagasan yang Berbahaya?

Apa makna angka nol yang dicari manusia selama berabad-abad?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Apa yang kamu pikirkan ketika melihat lingkaran: angka nolkah itu? Sebagai sebuah lintasan, kita dapat memulai perjalanan dari titik paling bawah, lalu bergerak pergerakan searah jarum jam; mula-mula naik hingga mencapai titik teratas, untuk kemudian turun kembali hingga sampai ke titik awal paling bawah.

Mengingat angka nol secara visual menyerupai lingkaran, maka ia bagai simbol yang menyiratkan evolusi menuju keabadian dan ketakterbatasan. Ada siklus, naik-turun-naik-turun, yang berjalan seiring waktu. Bayangkanlah roda yang berputar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila kita memakai garis mendatar, bilangan nol berada tepat di tengah-tengah, yang memisahkan bilangan positif dan bilangan negatif. Angka nol adalah permulaan perjalanan ke angka-angka berikutnya, ke arah sumbu positif maupun negatif. Dialah awal perjalanan menuju ketidakberhinggaan.

Misteri apa yang terkandung dalam nol? Berapapun besarnya angka, bila dikalikan dengan nol, hasilnya nol—alangkah dahsyat kemampuan eliminasinya. Di sisi lain, berapapun besarnya angka, bila dibagi oleh nol, hasilnya tak terdefinisi. Namun, dengan satu cara, kita dapat membayangkan hasilnya menuju tak berhingga.

Apakah dengan begitu, nol dapat diartikan sebagai kekosongan, cermin dari non-eksistensi, atau bahkan kematian. Namun, jika nol adalah siklus, apakah lantas dapat diartikan bahwa tak ada kematian yang nyata, melainkan kematian sebagai fase lain dari kehidupan yang sedang kita jalani?

Begitu rumitkah nol untuk dapat dipahami, sehingga ada yang menyebut nol sebagai ‘gagasan yang berbahaya’? Atau, bagaimana seharusnya kita memahami nol? Apakah sebagai simbol hampa, kosong, senyap, hening, atau suwung (istilah dalam Bahasa Jawa).

Sejak masa yang amat jauh, manusia mencari sesuatu yang kemudian disebut nol. Sejak masa Sumeria, upaya menemukan ‘sesuatu’ yang kini disebut nol merupakan upaya manusia untuk memahami misteri alam. Sejarah bilangan nol, tulis Robert Kaplan dalam buku The Nothing that Is, adalah lensa untuk melihat bukan hanya evolusi matematika, tapi juga watak terdalam pikiran manusia.

Secara fungsional, matematikawan Muhammad ibn-Musa al-Khwarizmi, di abad ke-10 Masehi, mengatakan bahwa sebuah lingkaran kecil harus digunakan dalam perhitungan apabila tidak ada angka lagi di tempat kesepuluh—setelah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, lalu apa? Maka, lahirlah 10, 20, dst. Bagi al-Khwarizmi, nol merupakan unsur krusial.

Nol adalah titik beku air dalam skala Celsius. Nol berada di perbatasan antara cair dan beku, dua dunia yang memiliki watak berbeda. (ilustrasi: esa.int) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu