x

Iklan

Mohammad Yusron

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gerbong Pendidikan dan Problem Struktural

Tiap 'gerbong pendidikan' diharapkan mampu menyelesaikan problem sturktural di tingkatan sosial masyarakatnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Salah satu tujuan mendasar pendidikan nasional adalah untuk supaya peserta didik dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Artinya, dengan peserta didik mengikuti pendidikan yang diselenggarakan secara nasional itu, kelak akan mudah memperoleh akses kebutuhan hidupnya di masa depan. Rupa-rupa kebutuhan hidup tersebut bisa saja berupa akses ekonomi, politik, sosial, budaya, hingga biologis sekalipun. Apabila pendidikan berhasil meningkatkan kualitas diri peserta didik, maka kualitas hidup mereka laik tidak perlu lagi dipertanyakan.

Dalam pendidikan, kita mengenal yang namanya jenis pendidikan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pendidikan dikelompokkan menjadi tujuh jenis pendidikan berdasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan di suatu satuan pendidikan. Pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Dalam pendidikan pula didapati pembagian pendidikan berdasarkan jalur pendidikannya. Adapun jalur pendidikan tersebut adalah pendidikan formal, non-formal, serta in-formal. Katakanlah semua rangkapan dari jalur dan jenis pendidikan adalah ‘gerbong pedidikan’. Dimana masyarakat akan memilih dan masuk dalam satu gerbongnya, atau satuan pendidikan. Kesemua gerbong tersebut diyakini mampu mengantarkan peserta didik kepada peningkatan kualitas hidupnya sesuai dengan jalur dan kekhususan tujuannya. Jika yang terjadi malah sebaliknya, maka posisi peran dan sifat daripada pendidikan itu sendiri harus dipertanyakan ulang.

Beragamnya jenis dan jalur pendidikan merupakan daya upaya untuk menjawab sekian persoalan hidup dan penghidupan masyarakat di seluruh tingkatan. Terkhusus pada persoalan struktural yang hingga hari ini masih menghantui masyarakat kita. Mulai dari kemiskinan, kesenjangan, ketidakberdayaan sosial, bahkan degradasi moral pula merupakan problem struktural yang musti selekasnya diparipurnakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Benah-Benah Gerbong

Terdapat suatu asumsi bahwa jika hendak melihat kondisi sosial suatu masyarakat, bisa dilihat dari kualitas pendidikan masyarakat itu sendiri. Asumsi sedemikian rupa masuk di akal apabila kita mencoba melihat diri masyarakat kita.

Sejauh daya upaya pendidikan melalui gerbong yang telah disiapkannya bagi masyarakat, kenyataannya masih belum menemui bentuk, jalan bahkan tujuannya yang ideal. Di dalam masing-masing gerbong pendidikan masih kita temui persoalan tersendiri yang membuat pendidikan itu sendiri jauh untuk dikatakan berkualitas.

Kita dapat melihat fakta-fakta didalam gerbong pendidikan hingga harus diakui bahwa pendidikan belum atau samasekali tidak memiliki kualitas. Fakta pertama dan nampak sekali adalah keberadaan sarana prasarana gerbongnya. Masih banyak gerbong atau satuan pendidikan yang ketersediaan dan kelayakan sarana prasarananya dalam kondisi memprihatinkan. Persoalan pendanaan lah bisa jadi merupakan sebab utama dari kondisi sarana prasarana yang sedemikian. Padahal, dalam konstituennya, pemerintah menganggarkan 20 persen untuk penyelenggaraan pendidikan. Seharusnya, dengan gelontoran dana tersebut sudah mencukupkan diri satuan pendidikan untuk memperbaiki segala kebutuhan sarana prasarananya.

Belum lagi, persoalan yang meliputi subjek pendidikan, baik pendidik maupun peserta didik. Fenomenon yang paling ironi terjadi dalam gerbong pendidikan adalah adanya pelecehan seksual dan degradasi moral. Ditambah pula dengan kemenangan filsafat positifisme dalam ilmu pengetahuan. Pendidikan di dalam tiap-tiap satuan pendidikan seakan menjadi beku dan pragmatis. Kerap dikatakan bahwa pendidikan yang ada di setiap gerbongnya, kini sebatas meloloskan manusia-manusia dengan keterampilan teknisnya. Dan pendidikan pun teralienasi dari tujuan keberadaannya bagi manusia yang menjadi subjek di dalamnya.

Perkara yang ada di dalam gerbong pendidikan tersebut, kesemuanya harus menjadi prioritas. Perubahan sosial masih diyakini berpotensi dimulai dari titik berangkatnya pendidikan. Pendanaan yang cukup untuk pengadaan dan perbaikan kebutuhan fisik, juga perlu reorientasi dan rekonstruksi pendidikan yang esensial untuk mendekatkan diri pendidikan kepada solusi serta tujuan idealnya bagi masyarakat.

Dari Pendidikan Untuk Sosial

Diakui ataupun tidak, untuk saat ini pendidikan masih diyakini mampu membawakan masyarakatnya kepada kesejahteraan dan kebahagiaan. Bukti konkretnya, semakin hari, tiap-tiap gerbong atau satuan pendidikan ramai berbondong-bondong dimasuki oleh masyarakat. Tidak sebaliknya. Hal ini adalah potensi dan peluang bagi pendidikan untuk menunjukkan seberapa manjur ia dapat mewujudkan yang diinginkan masyarakatnya.

Dimulai dari perbaikan gerbong pendidikan menuju penggerusan problem sosio-struktural adalah agenda kini dan seterusnya. Agen-agen yang nantinya merupakan output suatu gerbong pendidikan, diharapkan menjadi barisan terdepan dalam rangka perubahan sosial. Pastinya, agen-agen tadi tidak semerta-merta memiliki kapasitas teknis belaka. Secara wacana, ideologi, dan praksis, agen-agen tersebut turut mewujudkan tujuan pendidikan yang ideal seperti yang dicita-citakan founding father bangsa kita. Dan itulah tugas serta kewajiban kita sebagai subjek pendidikan sepanjang hayat.

*Ditulis oleh Mohammad Ma’sum Yusron, mahasiswa MPI FITK UIN Sunan Kalijaga. Pun merupakan kader KMPD dan FPPI Yogyakarta.

Ikuti tulisan menarik Mohammad Yusron lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu