Gambaran kondisi tanah tambak di Kabupaten Kotabaru khususnya di wilayah Pulau Laut umumnya mempunyai karakteristik tanah sulfat masam. Kondisi tersebut berkonsekuensi perlunya pengolahan tanah tambak sebelum memulai budidaya dan penanganan pada saat budidaya. Hal tersebut dijelaskan oleh peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP), Badan Litbang KKP, Dr. Tarunamulia, ST, M.Sc dan Hasnawi, S.Kel, M.Si pada saat melakukan survey umum karakteristik tambak masyarakat di Stagen dan Sungai Limau Kotabaru.
Survey ini merupakan bagian dari penelitian evaluasi kesesuaian lahan tambak untuk penerapan berbagai teknologi budidaya yang sesuai. “Sekitar bulan Maret-April 2016, tim peneliti dari BPPBAP Maros akan melakukan penelitian lengkap di wilayah Pulau Laut untuk melakukan evaluasi lahan yang meliputi kualitas tanah dan air di tambak masyarakat”ungkap Hasnawi selaku penanggung jawab kegiatan ini. Survei ini didampingi langsung oleh Kasi Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kotabaru, Sarawani.
Kegiatan pendampingan budidaya khususnya air payau di Kotabaru telah banyak didukung oleh BPPBAP Maros. “Pendampingan oleh BPPBAP telah dilakukan beberapa kali pada tahun 2015, seperti pengenalan aplikasi probiotik di tambak tradisional dan inisiasi budidaya tambak dengan teknologi super intensif”ujar Sarawani. Kasi Pelayanan Teknis dan Sarana, Indra Jaya, S.Pi, M.Sc yang turut serta dalam tim survey menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari inisiasi kerja sama dengan Pemerintah Daerah Kotabaru untuk mendorong produktivitas tambak yang potensinya sangat luas di Kotabaru.
Ikuti tulisan menarik Yantek BPPBAP Maros lainnya di sini.