x

Iklan

Irwan Saragih

Advisor LG International Corp
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Optimisme Pembangunan Danau Toba

Program pembangunan Danau Toba (DT) menjadi destinasi wisata kelas dunia yang dicetuskan pemerintahan Jokowi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Program pembangunan Danau Toba (DT) menjadi destinasi wisata kelas dunia yang dicetuskan pemerintahan Jokowi menumbuhkan optimisme dan harapan baru akan masa depan yang lebih cerah. Dunia memuji langkah Pemerintahan Jokowi mengembangkan parawisata sebagai salah satu sektor unggulan dalam menghadapi pasar bebas MEA dan untuk bisa bersaing dengan  6 raksasa ekonomi: Cina, Korea Selatan, Jepang, India, Australia dan Selandia Baru.

Pariwisata tergolong sektor yang paling cepat menghasilkan, lebih merata, dengan investasi relatif murah.  Sebagai perbandingan, untuk membangun pabrik Pulp di Sumatera Selatan  Sinar Mas Grup mengalokasikan sekitar Rp. 24 T . Sementara alokasi untuk mengangkat perekonomian kawasan tujuh kabupaten di kawasan DT melalui program pariwisata, pemerintah "hanya" mengalokasikan Rp.  21 T. Diukur dari segi keberlangsungan bisnis jangka panjang, pariwisata juga merupakan pilihan yang tepat karena termasuk sektor yang paling tahan terhadap goncangan perekonomian.

 Keunggulan Komparatif

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pengembangan sektor yang menjadi keunggulan komparatif sebuah kawasan merupakan langkah yang tepat.  Keindahan Danau Toba dan keunikan budaya di sekitarnya merupakan keunggulan komparatif yang mesti menjadi landasan pembangunan ini.  Faktor keunggulan komparatif adalah krusial di tengah globalisasi dan pasar bebas MEA plus sekarang dan mendatang. Kalau hanya mengandalkan sektor pertanian dengan struktur tanah bebatuan dan berpasir, masyarakat Pulau Samosir tidak akan mampu bersaing saat produk-produk Vietnam, Cina Thailand dan produk peternakan dari Australia dan Selandia Baru membanjiri pasar.  Mereka tidak akan mampu bertahan kalau hanya bergantung pada pertanian tradisional dengan produk unggulan padi, bawang dan kopi.

Maka sudah sepantasnya masyarakat sekitar DT berterimakasih kepada Jokowi jika nantinya berhasil mewujudkan janjinya menjadikan DT destinasi wisata internasional. Setelah gonta ganti penguasa, akhirnya terbuka jalan bagi masyarakat DT untuk memaksimalkan keunggulan komparatifnya. Untuk menambah optimisme, kita dapat berkaca pada masyarakat Bali yang telah sukses memaksimalkan keunggulan komparatif daerahnya: keindahan alam dan budaya lokal.  Sebelum parawisata menjadi leading sector yang mampu mengangkat sektor lainnya seperti pertanian, peternakan dan industri kreatif dan rumahan, warga Bali sedemikian miskin sehingga masuk program transmigrasi. Tentu saja tidak ada pembangunan apa pun di muka bumi ini yang tidak punya dampak. Pengembangan lahan pertanian pun punya dampak. Pengembangan pemukiman seiring pertambahan populasi manusia pun punya dampak. Karena itu program pengembangan DT ini mesti dikawal oleh semua pihak untuk kemajuan bersama.

 

Restorasi, Konservasi dan Utilisasi

Mangadar Situmorang dalam “Danau Toba, Konservasi dan Edukasi” (Kompas, 08 /03/ 2016), menggarisbawahi pentingnya konservasi sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan pariwisata DT. Menurut saya, mesti juga ditekankan pentingnya restorasi sebagai langkah awal. Sebagaimana dijelaskan Mangadar, DT sudah mengalami kerusakan dan telah menjadi keprihatinan para pemerhati lingkungan dan masyarakat luas. Pengembangan pariwisata ini harus menjadi momentum melakukan restorasi kawasan DT yang rusak karena penebangan tak bertanggung jawab. Belakangan ini perikanan keramba setiap hari menghasilkan limbah yang semakin tak terkendali. Pemerintah terkesan gamang dan tak berdaya mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah ini karena keramba termasuk  sumber penghasilan penting bagi masyarakat. Pembangunan sektor parawisata diharapkan akan memberi solusi lapangan kerja dan lebih jauh mengangkat sektor-sektor lainnya dengan terbukanya pasar yaitu para wisatawan. Dengan demikian, langkah-langkah restorasi dan konservasi lebih mudah dilaksankan.

Selanjutnya, segenap lapisan mesti mengawal pembangunan ini agar benar-benar tepat sasaran. Salah satunya adalah dengan menentukan tata ruang yang tepat.  Pengembangan fasilitas penunjang parawisata seperti taman hiburan atau permainan, hotel, restoran untuk dipastikan mengoptimalkan lahan yang tidak produktif atau lahan tidur yang secara kasat mata saja lebih dari "cukup".

Tata ruang dapat menjadi "kontrol" awal yang penting untuk memastikan bahwa parawisata itu akan menjadi leading sector yang akan mendorong sektor-sektor lainnya dan bukan menggusur sektor lainnya terutama perekonomian tradisional masyarakat sekitar, dan memastikan bahwa pariwisata itu akan melestarikan Danau Toba.

Salah satu bagian “tersulit” adalah merancang aturan-aturan untuk dasar hukum pelaksanaan proyek pengembangan parawisata itu dan membangun kesadaran atau attitude masyarakat untuk mendukung tujuan parawisata kelas dunia itu sebagai masa depan.

Irwan Saragih,

Advisor LG International Corps

Ikuti tulisan menarik Irwan Saragih lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler