“Sstt…saya ingin berbagi ke anda, memberi tahu ke anda bahwa kalau ingin menjadi kaya maka berpikirlah kaya, mudah kan ya. Berpikir kaya adalah kunci untuk menaikkan penghasilan anda”, saya pernah menuliskan kalimat itu di status facebook saya, kalau anda belum menjadi follower di facebook dengan saya maka silahkan klik link ini ya, supaya bisa lebih update tentang ilmu pengembangan diri karena saya selalu menulis status setiap hari di akun facebook saya itu. Berpikir kaya, benarkah itu kunci untuk menaikkan penghasilan, benarkah itu cara untuk menjadi kaya? kalau itu pertanyaannya, maka saya jawab 100% BENAR. Kalau anda baca di buku-buku terbitan dari luar negeri, juga menuliskan bahwa harus berpikir kaya. Yang menjadi tanda tanya besar adalah, “berpikir kaya itu bagaimana?”
Oh iya, beberapa hari yang lalu ada seseorang yang mengirimi saya pesan melalui akun whatsapp. Ada pertanyaan dia yang seperti ini, “mas firman, saya merasa sudah berpikir kaya, saya sudah belajar ikut workshop ikhlas juga, belajar money magnet juga, saya rasa saya sudah benar-benar berpikir kaya tetapi kenapa penghasilan saya masih pas-pasan, bisnis saya juga malah hancur, kenapa itu mas? apa karena saya banyak dosa?”, dan yang menanyakan hal yang mirip dengan pertanyaan itu banyak orang, “saya sudah merasa berpikir kaya, tetapi belum penghasilan tetap rendah”. Mungkin anda juga termasuk ya hehe. Bagi anda yang sering membaca blog saya, pasti juga merasa sudah berpikir kaya, atau merasa sudah mau sama uang tetapi penghasilannya tetap aja rendah. Hmm, ada lagi yang komentar gini, “mas firman, mana ada orang yang berpikir miskin, semua orang pasti berpikir kaya, ini semua sudah takdir mas”
Ya..ya…memang kata kuncinya adalah “berpikir kaya”, tetapi berpikir kaya yang bagaimana. Saya sudah mengadakan kelas AMC Reguler (Alpha Mind Control) sejak tahun 2103. Kenapa saya membuat AMC? ya karena saya melihat banyak ilmu pengembangan diri yang tidak menjelaskan cara “berpikir” yang benar dan banyak buku yang tidak menjelaskan bagaimana “pikiran” itu dengan utuh. Selain itu, saya dari dulu memamg suka melakukan riset (menganalisa) mendalam, survey ke orang-orang yang sudah kaya, juga ke orang-orang yang masih penghasilan rendah. Dari riset itu saya menemukan “rumus” bahwa memang kuncinya yang membuat orang itu kaya adalah berpikir kaya. Saya coba terapkan ke diri saya sejak tahun 2008 sampai saat ini dan Alhamdulillah, luar biasa hasilnya. Maka di tahun 2012 itu saya berani mendesain “rumus” itu menjadi bentuk metode AMC yang memang visinya menjadiSatu-Satunya metode yang mudah dan sederhana untuk mengenali, mengontrol dan memaksimalkan Pikiran.
Nah, dalam kelas-kelas AMC itulah saya melihat banyak orang akhirnya menyadari bahwa “sesungguhnya” dia belum berpikir kaya, bahwa “sesungguhnya” dia belum mau untuk kaya, bahkan banyak orang yang menyadari bahwa “dirinya masih nyaman dengan kesusahan”. Kata “berpikir” memang terlihat simpel, tetapi jika salah dalam memahaminya maka hasilnya pasti salah. Kata “berpikir” memang terlihat sepele, tetapi kata “berpikir” diulang-ulang dalam kitab suci. Saya ambil satu contoh,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS.Al-Baqarah:164)
Karena itu “berpikir” memerlukan pemahaman yang utuh, memerlukan pemahaman yang benar, memerlukan “cara” yang tepat. Jadi, jika anda sudah merasa “berpikir kaya” tetapi masih belum kaya, atau masih penghasilan rendah maka itu tandanya “cara berpikir kaya” nya masih salah, anda masih belum tahu “cara” berpikir yang benar dan utuh. Sering saya tuliskan bahwa menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap orang untuk mempelajari AMC, karena setiap orang pasti memiliki Pikiran namun belum benar cara mengenali, mengontrol dan memaksimalkannya.
Ikuti tulisan menarik Firman Pratama lainnya di sini.
