mending tuku sate timbang tuku wedhuse..
mending gendakan timbang dadi bojone
mangan sate ora mikir mburine…
ngingu wedhus ndadak mikir sukete …
Rasa sakit itu terasa di betis kakinya, Ira tahu ia digigit kobra yang selalu diajaknya serta dari panggung ke panggung. Ira sadar goyangan nya tadi terlalu sembrono dan tak sengaja hak sepatu tingginya menginjak ekor mahluk berbisa itu.
Dengan sedikit terhuyung Ira mundur ke belakang, hampir menabrak organ yang mengiringi suaranya. Isyarat yang diberikan pemain organ untuk Ira agar berhenti bernyanyi diabaikan begitu saja. Ira yakin akan baik-baik saja, panggung ini masih miliknya.
***
“Ibu, minggu depan jadi kan Laras dibelikan sepatu” anak perempuan kelas 2 SD itu merajuk dengan memperlihatkan ujung sepatu murahan yang lemnya sudah mengelupas
“Iya, minggu depan Ibu beliin, sekarang dilem dulu ya sepatunya” tangan Ira meraih sepatu anaknya dan dengan telaten mengoleskan lem ke tepian sol nya.
***
“Kamu nggak takut kalau nyanyi mesti bawa-bawa ular berbisa gitu” Tini, kawannya sesama biduan organ tunggal
“Awal-awal dulu juga ngeri Tin, tapi lha gimana lagi kalo bawa kobra itu kan bayaran nyanyiku bisa lebih banyak”
“Iya sih, tapi kamu nggak pernah kepikiran kalo sewaktu-waktu ular itu bisa menggigitmu juga, namanya binatang kan nggak pernah tahu dia mau ngapain”
“Kadang kepikiran juga sih Tin, tapi ya sudah aku pasrah saja. lagian honorku lebih banyak pun masih banyak utang juga, diprotes anak-anak pula hahahaha” Ira tertawa getir sambil membersihkan sisa riasan tebalnya
***
“Mas, hari ini aku bayarannya separo dulu ya, mau buat beliin sepatu Laras. Udah terlanjur utang janji” Ira berkata kepada Roni yang jadi manajer orkes dangdut mereka
“Wah, gak bisa Ra kalo separo, aku paling Cuma bisa kasih 150 dulu, sisanya habis kamu manggung besok malam” jawab Roni
“Ya sudah gak pa pa Mas, pokoknya ada duit saja buat beli sepatu. Tabunganku sudah habis kemarin buat tunggakan kontrakan”
***
“Kamu jangan berhenti Ira, ingat duitmu belum dikasih semua. sisa 350 itu buat anak-anakmu” batin Ira memompakan semangat untuk terus bergoyang dan berdendang menghabiskan satu lagu malam itu
mergane aku ora kuat..
yen duwe bojo melarat
ra mblanjani gawene sambat…
seneng kumpul modal dengku banda nekat …
***
“Makasih ya Bu, Laras punya sepatu baru” bocah kecil itu berkata sambil memeluk erat Ibunya
“Sama-sama nak, tapi ingat Laras nggak boleh bolos lagi lho” Ira mencubit ujung hidung mungil anaknya
“Siap, tapi….ehmm, Ibu jangan lama-lama kalo pergi nyanyi. Laras kan pingin sama Ibu” raut wajah Laras mendadak memelas, dan Ira hanya diam saja, tersenyum
***
“Terimakasih, terimakasih semuanya” dengan tangan melambai kearah penonton Ira tersenyum. napasnya tersengal, bergegas ia turun ke panggung.
Kepalanya mendadak berat, badannya lemas, seluruh tubuhnya terasa sakit sekali, mengambil napas pun ia tak bisa. Tanpa kendali Ira pun tersungkur, tapi ajaib sakit itu mendadak hilang begitu saja.
***
"Ikan yang ini berapa Bang?”
"Yang itu dua lima aja Bu, masih seger tadi baru datang”
“Eh tahu nggak bu, tadi saya habis baca Koran, katanya ada penyanyi dangdut tewas dipatuk ular pas manggung”
“Koq bisa gitu bu?”
“Iya, katanya itu cirri khasnya kalo manggung bawa ular kobra, pas apesnya kali tu dia”
“Ya sukurin, lagian bodo. Nyanyi koq bawa ular”
“Ah itu dia coba-coba cari sensasi, akhirnya malah cari mati”
“Iya ya…hahaha”
***
Betapa mudahnya kita menertawakan kematian, ketika itu tidak menyangkut orang yang kita kenal.Betapa gampangnya kita menghujat manusia,ketika kita tidak sepehaman dengannya.
-----------------OoO---------------
Terinspirasi dari sini , penggalan lirik dari lagu wedhus yang dipopulerkan Ratna Antika
Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.