x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pentingkah Mentor Untukmu?

Mentor yang baik mampu memberi kontribusi yang tak bisa diabaikan bagi keberhasilan seseorang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Mentor memberdayakan seseorang untuk melihat masa depan yang mungkin, dan meyakini bahwa masa depan itu dapat diraih.”

--Shawn Hitchcock

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bill Campbell baru saja meninggal di rumahnya, Palo Alto, dalam usia 75 tahun karena kanker. Namanya memang terdengar asing bagi kita di sini. Namun, sejarah perkembangan teknologi modern sukar untuk mengabaikan peran salah satu pemain di balik layar yang paling berpengaruh di Lembah Silikon. Ia dikenal sebagai ‘coach’ karena perannya dalam memberi saran-saran bagi para bintang industri teknologi, seperti Steve Jobs di Apple dan Larry Page di Google.

Campbell dikenal memiliki hubungan informal dengan para inovator ini, yang kemudian bersifat pribadi dan sanggup bertahan hingga akhir hayatnya. Hubungan ini ikut membantu membentuk industri teknologi. Istilah ‘coach’ merujuk kepada masa-masa ketika Campbell menjadi pelatih tim football Columbia Univiersity, 1974-1979.

Campbell adalah eksekutif Eastman Kodak di Eropa ketika ia direkrut ke Lembah Silikon pada 1983 oleh CEO Apple waktu itu, John Sculley. Sculley menunjuknya sebagai vice president of marketing. Perannya sangat besar ketika kemudian Jobs, yang ditendang oleh Sculley, kembali ke Apple pada 1997 dan mengubah Mac serta memperkenalkan iPod, iPhone, dan iPad.

Kendati punya ikatan dengan Apple dan Jobs khususnya, Campbell menerima tawaran untuk menjadi penasihat informal bagi pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin. Campbell turut berperan dalam merekrut Eric Schmidt untuk menjadi CEO Google pada Agustus 2001. Atas permintaan Campbell sendiri, perannya sebagai penasihat tidak dibayar, karena ia merasa berutang terhadap perkembangan teknologi bangsanya.

Di Google peran Campbell sangat diakui dalam ikut membentuk organisasi dan kepemimpinan perusahaan selama satu generasi. “Google tak akan jadi perusahaan seperti ini tanpa pengaruh Bill Campbell,” kata Schmidt. “Dugaan saya, Apple pun begitu.”

Campbell juga bekerja dengan Jeff Bezos di masa-masa awal Amazon.com, maupun dengan Ben Horowitz dan Marc Andreessen sebelum keduanya mendirikan salah satu perusahaan venture capital terkemuka di AS, Andreessen Horowitz. Para pebisnis tersohor di Lembah Silikon umumnya mengakui peran Campbell sebagai ‘coach’ atau dalam sebutan lain ‘mentor’.

Begitu pentingkah peran mentor bagi keberhasilan bisnis? Sebagian orang mungkin memulai bisnis rintisan dengan satu keyakinan akan berhasil. “Saya tergolong sukses waktu kuliah,” begitu salah satu alasannya. Dengan demikian, ia juga memulai bisnisnya dengan penuh optimisme. Namun ‘dunia nyata’ sungguh berbeda, banyak hal bisa terjadi, sehingga para pebisnis senior kerap memberi nasihat kepada pemula: “Carilah mentor.”

Baik Jobs, Page dan Brin, maupun Bezos memiliki mentor yang berperan penting dalam memberi nasihat dan saran terutama di masa-masa awal perusahaan maupun di saat-saat sulit. Mentor kadang-kadang berperan sebagai tempat bersandar, curhat, berkeluh kesah, dan mereka umumnya bersedia mendengarkan. Tentu saja, ada alasan-alasan lain mengapa kehadiran mentor sangat membantu para pelaku bisnis.

Mentor diperlukan karena mereka mengilhami. Di saat-saat kita dalam kesulitan, para mentor membukakan horison wawasan kita dengan pikirannya yang mencerahkan. Mereka berbagi gagasan—tidak selalu gagasan matang, tapi cukup memantik kita untuk keluar dari pikiran yang rumit. Mereka berbagi pandangan dan bahkan memberi dukungan, yang bersifat emosional sekalipun.

Di tengah kebingungan memilih di antara sekian alternatif, mentor lazimnya jeli dalam menunjukkan mana jalan yang tepat. Ia membantu dengan memberi pertimbangan atas pilihan-pilihan, kurang dan lebihnya, konsekuensi dan ragam risikonya. Namun mentor bukanlah penasihat raja muda dalam dongeng-dongeng yang memaksakan kehendaknya secara intimidatif.

Keluasan pergaulan dan jaringan para mentor sangat bermanfaat bagi kita. Jawaban atas kesulitan kita barangkali ada di sana—pada orang-orang yang dikenal oleh para mentor, yang kemudian memperkenalkannya kepada kita. Mereka niscaya punya banyak teman eksekutif senior maupun yang sudah pensiun. Mereka mungkin punya apa yang kita butuhkan. Percayalah, orang-orang bijak lazimnya punya lebih banyak teman ketimbang musuh.

Mentor umumnya lebih dulu mengerti tentang bagaimana belajar dari kesalahan dan keberhasilan orang lain. Untuk belajar, mereka tidak mesti meneguk pengalaman dalam industri atau bisnis tertentu. Keluasan jaringan membuat mereka dapat mendengar kabar-kabar baru yang berharga. Mereka akan berbagi pelajaran dari pengalaman itu dengan harapan kita dapat belajar lebih cepat dan lebih mudah.

Para mentor pada umumnya tidak mempunyai motif  tersembunyi, misalnya menjual jasa atau produk kepada kita. Mereka umumnya sukarela memberi saran dan nasihat, seperti Bill Campbell, karena iktikad baik: menyaksikan bakat-bakat hebat berhasil meraih sukses dalam berinovasi dan memberi kontribusi bagi perkembangan masyarakat ke arah lebih baik. (sumber ilustrasi: mjaccountants.com.au) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu