Ahok Arogan, Walikota Jakut Rustam Mengundurkan Diri
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Mundurnya Wali kota jakarta Utara, Rustam Effendi, menunjukan bahwa bawahan Ahok tidak kuat menghadapi sikap arogan Ahok.
Tidak dapat dipungkiri cara Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memimpin Kota Jakarta , dengan cara cara “ arogan “ Mundurnya Wali kota jakarta Utara, Rustam Effendi, menysul mundurnya dua pejabat pimpinan unit kerja eselon II sebelumnya. Menunjukan bahwa bawahan Ahok tidak kuat menghadapi sikap arogannya Ahok.
Dua pejabat eselon II DKI, yang lebih dulu menyerah melayani arogannya Ahok yakni Haris Pindratno yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI dan Tri Djoko Sri Margianto dari jabatan Kepala Dinas Tata Air DKI.
Di samping itu, sampai Maret 2015 , ada 15 pejabat eselon IV Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang juga sudah mengundurkan diri dari jabatannya tersebar diberbagai unit kerja Pemprov DKI.
Dua pejabat eselon II DKI yang mundur
1, Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI,
Salah satu dari dua pejabat eselon II yang mundur itu adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI, Haris Pindratno.
Haris tidak mengatakan bahwa alasannya mundur adalah karena Ahok. Haris misalnya, ia mengaku ingin pensiun dini karena masalah kesehatan ketika mengundurkan diri .
Saat masih memimpin Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI, Haris sering kena tegur Ahok. Salah satunya karena SKPD yang dipimpinnya itu tidak mengganti lampu penerangan jalan umum (PJU) dengan lampu LED.
Memang menurut pengakuan stafnya Haris, untuk mengawasi lampu lampu jalan seantero Jakarta bukanlah perkara mudah. Dengan personil terbatas tentu saja , lampu lampu jalan itu tidak terpantau seluruhnya. Diperbaiki di sebelah utara, belum lagi selesai perbaikannya, sebelah selatan sudah rusak kembali.
Makanya , menurut Stafnya. Haris selaku kepala dinas sering dicaci maki oleh Ahok
Sebelum mengundurkan diri dari jabatannya, Haris pernah memanggil bawahanya ke ruang kerjanya,disana Haris “curat”
Bahwa alasannya mengundurkan diri tak lain, bahwa ia tak kuat lagi menghadapi sikap arogannya Ahok. Haris tak kuat lagi dipermalukan Ahok didepan umum, Ahok sering memarahinya bagaikan ia seorang anak kecil
Disamping Haris, Juga yang ngak kuat menghadapi arogan nya Ahok adalah kepala Dinas Tata Air DKI , Tri Djoko Sri Margianto. Tri juga mengundurkan diri karena ngak tahan seringkali di permalukan Ahok.
2,Kepala Dinas Tata Air DKI
Sementara itu, kepala Dinas Tata Air, Tri Djoko mengakui bahwa dia sering berbeda pendapat dengan Ahok khususnya terkait penanganan banjir.
Menurut Tri Djoko, Ahok melihat permasalahan banjir sebagai sesuatu yang mudah. Padahal, menurut dia, penyelesaiannya tidak semudah yang diucapkan Ahok.
Tri pun memilih mundur saja karena usianya juga sudah memasuki usia pensiun.
"Kalau pola pandangnya beda, buat apa lagi. Toh saya juga sudah waktunya (pensiun), ngapain lagi capek-capek," ujar Tri ketika itu.
"Banyak hal yang menjadi kendala. Pak Ahok mungkin melihatnya simpel, tetapi kenyataan di lapangan enggak. Kalau sudah beda cara pandang sulit diskusinya lain," ujar dia.
"kalau kita debat, Seolah-olah kita tidak menjalankan perintah, padahal banyak kendala lapangan," kata dia lagi.
Perbedaan pendapat ini dia akui sering membuat dia kesulitan jika berdiskusi dengan Basuki. Karena setiap diskusi Ahok mau menang sendiri . Ahok arogan.
Dari pada makan hati, maka menurut Tri, lebih baik ia mundur saja dari Kepala dinas Tata Air DKI.
Alasan pejabat eselon IV yang mengundurkan diri
Menurut pengakuan para pejabat yang mengajukan pengunduran dirinya dari jabatan eselon IV dilingkungan Pemprov DKI tersebut, karena tiada lain mereka sudah ngak tahan lagi menghadapi tingkah pola Ahok yang seolah olah dia adalah orang yang paling bersih sendiri, dia orang yang paling pintar sendiri , sehingga Ahok tak segan segan mempermalukan mereka dimuka umum.
Menurut pengakuan pejabat yang mengundurkan diri itu, mereka menilai , bahwa Ahok sekarang sudah merasa ia yang paling hebat dimuka bumi ini. Dan ahok sudah meyakini bahwa ia akan terpilih kembali pada Pilkada 2017 mendatang
Dari pada makan hati, lebih baik sementara mereka mengundurkan diri dari jabatannya, Alasan mereka, jika tidak memiliki jabatan Struktural di Pemprov DKI, menimal mereka tidak akan berhubungan langsung dengan Ahok. Atau setidak tidaknya tidak dimarahi kepala Dinasnya , karena tidak sesuai perintah Ahok .Tidak jarang kepala dinas mereka dimaki maki Ahok dihadapan bawahannya, karena dianggap ngak becus kerja.
Arogan Ahok ,melukai keluarga besar sang pejabat
Ahok lupa pejabat yang nota bene bawahannya , yang dipermalukannya itu memiliki isteri, memiliki anak dan menantu, memilki keluarga besar , sahabat rekan , tetangga kiri kanan serta jemaah satu masjid ditempat tinggalnya. `Apalagi jika pejabat itu awalnya ia si anak perantauan, melalui keterbukaan informasi seperti sekarang ini, melalui Teve, tentu keluarga besar ditempat kelahiran sang pejabat juga turut malu dan bersedih.
Kembali kepada perkara mundurnya Rustam Effendi
Sebenarnya Rustam Effendi selama ini , ngak terlalu mengambil hati dikala dimarahi Ahok. Walaupun kadang kadang Rustam dicaci maki Ahok dan dinilai tak becus kerja.
Rustam menyadari selaku bawahan , syah syah saja Ahok memarahinya. Ahok selaku pembina kepegawaian dilingkungan Pemprop DKI, wajar jika Ahok menegur bawahannya.
Persoalannya menjadi lain manakalah Ahok dalam memarahi Rustam, melebar kemasalah pribadi,
Sudah menjadi rahasia umum , bahwa Ahok sering menyinggung masalah geng Golf dikalangan internal PNS DKI, dimana salah satu anggota geng golf tersebut adalah Rustam Effendi.
Menurut Ahok , makanya ia ngak suka, geng golf ini dulu seolah menjadi perkumpulan eksklusif. Sebab, anggotanya mendapat keuntungan, yakni bisa naik jabatan lebih cepat. Saat Ahok menjadi gubernur, anggota geng golf sudah banyak yang disingkirkan.
"Dulu ya, eselon II pada suka main golf. Sekarang tinggal Si Jakarta Utara (Rustam) aja," ujar Ahok.
Masalah tudingan negatif Ahok kepada Geng Golf ini, nampaknya juga menjadi beban tersendiri bagi Rustam. Utama terhadap rekan rekannya yang selama ini bekerja bersama dirinya , seluruhnya sudah dicopot Ahok dari jabatannya. Mereka seluruhnya sudah di non jobkan Ahok dari jabatannya.
Apa salah geng Golf PNS DKI. Menurut Rustam, kita jangan melihat sisi negatifnya aja. Pada zaman Gubernur sebelumnya Geng Golf itu, sekaligus tempat menyelesaikan problematik DKI, diluar kedinasan.
Itu salah satu , yang membuat Rustam Effendi kecewa kepada Ahok. Geng golf PNS DKI itu, lebih kepada rasa kebersamaan sesama PNS DKI. Dan tak jarang geng Golf itu juga dijadikan tempat musyawarah diluar kedinasan bagi para pejabat eselon II bersama sekda dan Gubernur, dalam memecah beberbagai prolemtik kota Jakarta.
Ngak ada yang salah.
Ambil positifnya.
Rustam Effndi Kecewa !!!
Kini nampak jelas , sejak Ahok memimpin kota Jakarta , semua anggota geng Golf PNS DKI , satu persatu dihabisi oleh Ahok. Kini hampir seluruhnya di Non jobkan oleh Ahok.
Rustam Effendi jelas kecewa.
Untuk menemui kawan kawan sepermainannya, ia terpaksa minta izin ke Ahok, bahwa ia akan tetap mengikuti dan menjadi anggota geng golf PNS. Mungkin jika Rustam ngak minta izin, sudah lama ia juga sudah dilibas oleh Ahok.
Rustam menyadari, kini pola kepemimpinan berbeda dan berubah dari sebelumnya. Semestinya jika Ahok pemimpin yang benar, ia dong yang mengarahkan bawahannya , kemana kapal akan di bawah. Kemana kemudi diarahkan.
Namun apa yang terjadi, Ahok lebih kepada kerja sendiri. Semua rencana di pendam dikepalanya sendiri . Ia memberi perintah tanpa rencana. Ahok menganggap bawahannya sebagai mesin. Tingal “klik” dan jalan...
kuncinya dipegang Ahok.
Misalnya contoh yang ektrem dan sudah menjadi rahasia umum, masalah pembelian lahan RS Sumber Waras, sebagaimana yang menjadi temuan BPK, tidak ada perencanaan sama sekali, hanya melulu perintah Ahok. Dan menurut BPK Pemprov DKI, banyak melanggar aturan pada pengadaan lahan RS Sumber Waras. Pada tahun 2014 lalu.
Puncaknya kekacewaan Rustam Effendi kepada Ahok, gara gara Dalam rapat penanganan banjir pada Jumat pekan lalu, Ahok sempat menegur Rustam karena adanya genangan di Pademangan. Ahok menuding kinerja Rustam tidak optimal.
Lalu pada saat rapat membahas penertiban hunian liar di kolong Jalan Tol Ancol. Ahok menuding bahwa Rustam berafiliasi dengan lawan politiknya yakni Yusril Ihza Mahendra.
Kembali Rustam effendi Kecewa.
Rustam lantas menyampaikan kekecewaannya lewat status Facebook pada Sabtu siang lalu.
Disini penulis akan mencuolik sedikit curahan hati Rustam melalui akun face booknya sebagaimana yang dimuat pada Kompas.com :
Mari kita simak
Tulisan itu berjudul "BEKERJA DENGAN HATI, suatu ironi:"
Pada tulisan itu, Rustam ingin menekankan bahwa ia sama sekali tidak bersekongkol dengan Yusril seperti yang sebelumnya dialamatkan Ahok kepadanya.
“ Walau saya berlatar belakang pendidikan di bidang ilmu politik, dan juga berkawan dengan orang politik (sesama mantan aktifis pada saat muda atau mahasiswa), tapi dengan kesadaran penuh bahwa dalam pelaksanaan tugas saya sebagai PNS atau Aparatur Sipil Negara, saya tidak mau mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan politik orang atau golongan tertentu.
Jadi jika ada yang menilai bahwa saya bersekutu dengan tokoh politik ataupun bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur dalam Pilkada DKI Tahun 2017, saya nyatakan tidak benar dan tidak beralasan sama sekali.
Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dengan Pak Yusril adalah tidak benar.
Berbeda dengan tuduhan yang menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yang SANGAT MENYAKITKAN. Dan lebih menyedihkan tuduhan dan fitnah itu keluar dari pimpinan yang sebenarnya saya berharap memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, memotivasi, memberi semangat, dan itu dipertontonkan di muka jagat raya.
Apakah ini yang disebut BEKERJA DENGAN HATI? Wallahu Khairul Makiriin.
-Rustam Effendi, Wali Kota Jakarta Utara-"
Itulah curahan hati dari seorang Rustam Effendi, mantan mahasiswa aktifis dan kini mengajukan permohnan mengundurkan diri dari jabatan bergengsi Walikota Jakarta Utara , karena tidak kuat menghadapi sifat Arogan atasannya yang nota bene Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Terasa sakit diulu hati Rustam terkait Finah Ahok yang tak beralasan
Rustam effendi kecewa, walaupun ia sudah berkerja sungguh sungguh melaksanakan perintah Ahok terakhir masalah penggusuran Kali jodoh, namun Ahok sama sekali tidak berempati kepadanya
Ahok tidak pernah sekedar basa basi menghaturkan termakasih kepada Rustam Rffendi Walikota Jakarta Utara yang nona bene adalah garda terdepan Ahok dalam melakukan penggusuran warga kali jodoh yang mendiami bantaran kali, penyebab banjirnya kawasan jakarta utara.
Ahok melihat Rustam Efendi bukanlah sebagai bawahan yang berprestasi, tapi lebih kepada sekedar alat “ mesin “ mencapai tujuan .
Irons memang.
Maka wajar sekali karena sudah ngak tahan lagi akan sifat arogannya Ahok, Rustam effendi ogah melayani Ahok
dan ia lebih memilih mengajukan permohonan pengunduran diri selaku Walikota Jakarta Utara.
Sumber :

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Anies Bawesdan 'Menepuk Air di Dulang'
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBAnak Miskin Meraih Mimpi di Bandar Lampung
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler