x

Iklan

Aulia Gurdi

spread wisdom through writing
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Saya, Oki Setiana Dewi dan ODOJ

Ramai kabar beredar tentang boikot Oki Setiana Dewi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ramai kontroversi Oki Setiana Dewi, dalam kiprahnya sebagai ustadzah, membawa ingatan saya pada sosoknya yang santun, sholeha, dan perjuangannya dalam dakwah One Day One Juz (ODOJ)

Saya mengenal Oki lebih dekat sejak awal bergabung dengan komunitas ODOJ. Bidang yang saya pegang di ODOJ berhubungan dengan publikasi media, membawa saya mengenal banyak tokoh yang tergabung di ODOJ. Oki salah satunya. Oki pulalah yang banyak mengenalkan ODOJ pada rekan artis lainnya di pengajian artis yang beliau ikuti bersama suaminya. Hingga satu persatu para public figure bergabung dengan sukarela penuh kesadaran ikut dalam barisan ODOJ.

Kiprah dan interest Oki pada ODOJ akhirnya membawanya menjadi duta selama 2 tahun terhitung sejak ODOJ dideklarasi. Tak hanya di ODOJ, Okipun saat itu aktif di kajian shiroh bimbingan ust. Hilman Rosyad, bahkan Oki sudah bergabung dengan grup menghafal Quran, One Day One Ayat. Sesuatu yang sempat membuat saya merasa tertohok saat itu. Oki sudah sampai pada kesadaran menghafal Quran. Terus apa kabar dengan hafalan saya?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitulah, virus kebaikan ia tularkan. Sosoknya yang santun begitu dihormati rekan2nya hingga dakwah dengan teladan sudah cukup efektif membangun energi positif di lingkungan terdekatnya.

Oki juga mensupport penuh ODOJ sejak pertama berdiri. Bersama suaminya, Oki banyak membantu panitia mewujudkan event akbar Grand Launching ODOJ di masjid Istiqlal yang sukses dihadiri tak kurang oleh 70 ribu odojer. Hingga masjid memutih bergemuruh disesaki para pecinta Quran dari penjuru negeri. Deretan public figure turut serta. Sebut saja, Dude Herlino&Alisha, Dimas Seto&Dini Aminarti, Baim Wong, Ummi Pipik, dan masih banyak nama lainnya.

Para ojoders dari berbagai kota di istiqlal ketika launching ODOJ

Tak sampai di situ, di acara GL ODOJ ini, Oki dan suaminya menginisiasi wakaf Quran yang dananya ia kumpulkan dari rekan2nya, hingga terwujud wakaf 1000 Quran untuk disebar bagi umat yang membutuhkan.

Terakhir saya silaturahim ke kediaman Oki untuk menengok kelahiran putri keduanya. Di sana saya dan teman-teman ODOJ bertandang seharian, berbincang tentng perkembangan dakwah ODOJ. Banyak kisah hikmah dari cerita perjalanan dakwahnya sampai ke luar negeri. Beberapa yang saya ingat adalah bagaimana beliau berusaha konsisten menjaga komitmen keihklasan dalam berdakwah, tanpa berhitung materi.

Akan halnya sebutan ustadzah bagi mereka yang aktif berdakwah, kiranya itu menjadi sebutan yang boleh jadi mengundang "kerisihan" tersendiri bagi yang dilabeli. Berangkat dari prinsip tawadhu, rasanya siapapun yang berjuang dalam syiar Islam tak ada yang ingin menyandangnya. Tak perlu jauh-jauh melihat Oki, beberapa teman-teman saya sendiri banyak yang keberatan disebut demikian walau hari-harinya bergelut dalam dunia dakwah.

Terus apa pentingnya saya menuliskan semua ini? Tak lain sekedar ingin menyampaiikan apa yang saya tahu tentng seorang Oki. Karena bukankah memang tak perlu menunggu sempurna dalam ilmu untuk menyampaikan kebenaran? Bukankah setiap kita menanggung kewajiban menyampaikan kebaikan walau itu hanya 1 ayat?

Terlepas dari kekurangannya, Oki adalah figur umat yang peduli pada Diennya. Ia berbuat dengan apa yang ia bisa, ia bergerak dengan apa yang ia punya. Kita patut menghargainya. Setidaknya ia sudah memulai. Sedang kita? Cukuplah nurani yang menjawabnya.

Ikuti tulisan menarik Aulia Gurdi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler