Oleh-oleh Program Pertukaran Guru Indonesia ke Korea 2015

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Program Pertukaran Guru Indonesia-Korea Tahun 2015 kerja sama Kementrian Pendidikan Nasional dan Ministry of Education (MOE) of The Republic of Korea

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas izinNya saya dapat mengikuti program pertukaran guru (Teacher Exchange Program) dari Indonesia ke Korea tahun 2015. Program ini dilaksanakan pada tanggal 01 Oktober sampai dengan 12 December 2015 oleh Kementrian Pendidikan Korea (Ministry of Education of the Republic of Korea) dengan penyelenggaranya adalah APCEIU (Asia Pacific Centre of Education  for International Understanding) UNESCO yang bekerja sama dengan beberapa negara yang menjadi Partner country yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Vietnam dan Mongolia, melalui Kementrian Pendidikan dari masing-masing negara tersebut.

Tujuan program pertukaran guru adalah untuk meningkatkan kualitas guru dalam rangka pendidikan global dan mempromosikan pemahaman saling pengertian dari perbedaan budaya khususnya di negara-negara Asia Pacific  dan membentuk model pengembangan pendidikan multicultural diantara budaya yang berbeda.

Program Pertukaran Guru dari Indonesia ke Korea tahun 2015 melalui tahapan-tahapan seleksi peserta guru dari tingkat SD, SMP dan SMA/SMK, terpilih 15 orang yang mengikuti program tersebut. Menjelang keberangkatan, guru-guru terpilih mengikuti pelatihan singkat yang disebut Pre Departure training, yaitu pelatihan tentang system pendidikan di Korea, pengenalan kebudayaan Korea dan persiapan bahan ajar yang akan disampaikan selama program berlangsung dengan membawa misi pendidikan dan kebudayaan Indonesia.

Setelah tiba di Korea, peserta diberikan juga pelatihan di Kantor APCEIU yang disebut Local Adjustment Training, yaitu pelatihan tentang penyesuaian diri dalam program pengajaran lintas budaya meliputi pengenalan system pendidikan di Korea, kebudayaan, karakter masyarakat, pengenalan dasar bahasa Korea dan peraturan-peraturan selama mengikuti program tersebut.

Setelah melaksanakan Local Adjustment training, peserta ditempatkan di sekolah-sekolah yang sudah ditentukan.

  1. Kegiatan pembelajaran di Korea

 Setelah melaksanakan Local Adjustment training, peserta ditempatkan di sekolah-sekolah yang sudah ditentukan. Ada 10 sekolah yang manjadi Host School yaitu 6 Sekolah Dasar, 2 SMP, 1 SMA dan 1 SMK. Kegiatan awal adalah observasi lingkungan sekolah meliputi observasi kelas, fasilitas sekolah, kegiatan pembelajaran dan observasi lingkungan sekitar sekolah, dilanjutkan dengan Co-teaching yang dipandu oleh Mentor Teacher dan kemudian melaksanakan  Individual Teaching.

Selama program berlangsung seluruh kegiatan yang dilakukan oleh  masing-masing  peserta Program Pertukaran Guru Indonesia Korea 2015 diantaranya adalah mempersiapkan dan membuat Lesson Plan, Individual Teaching, Individual Project Plan, membuat laporan kegiatan mingguan (Biweekly Report), Mid-Term Review, Lesson Report, Project Report dan Final Term Presentation.

Saya ditempat di host school yang terletak di pusat kota Gangnam Districk, yaitu Seoul Robotics Meister High School, adalah sekolah kejuruan yang memiliki status sebagai Meister High School. Meister High School adalah sekolah yang mempersiapkan para lulusannya langsung bekerja di industry sesuai dengan bidang yang ditekuninya selama belajar, 100 % para lulusannya bekerja dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi (Job first, university later)  mempersiapkan siswa menjadi ekspert atau ahli di bidangnya, meister school hanya focus pada satu bidang saja.  Siswa yang disebut Young Meister mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri menjadi seorang ahli karena sejak awal masuk sekolah mereka sudah mempersiapkan membuat Project learning dalam bentuk portofolio / proposal, isinya tentang produk apa yang akan mereka hasilkan, bagaimana caranya hingga mereka mendapatkan lisensi/hak paten dari produknya,  dari perusahaan/asessor yang telah ditentukan, lalu mereka mempresentasikan produk tersebut di perusahaan dimana mereka melamar pekerjaan, hingga akhirnya mereka bisa diterima di perusahaan tersebut.  Program Meister memberikan kesempatan kepada para Young Meister untuk terus berlatih hingga menjadi ahli di bidang yang mereka tekuni. Kurikulum Meister program terbagi dalam 3 kelompok yaitu : Academic subject (39 %), Technical subject (49%) dan Experiental Activities (12%).

Tidak semua sekolah kejuruan di Korea memiliki status Meister, hanya sekolah-sekolah kejuruan yang memenuhi syarat yang dapat meningkatkan statusnya menjadi Meister. Saat ini terdapat 45 Meister high school di Korea. Meister high school hanya focus pada satu bidang saja hingga menjadi ahli di bidangnya.Ini yang berbeda dengan system pendidikan kejuruan di Indonesia, dimana sekolah kejuruan belum ada program Meister. Sekolah kejuruan di Indonesia boleh membuka lebih dari 3 kompetensi keahlian/jurusan dalam satu sekolah. Sehingga dalam satu sekolah terdapat berbagai jenis kompetensi keahlian, Pengelompokan bidang keahlian di masing-masing sekolah kejuruan di Indonesia adalah SMK Bisnis Manajemen, SMK Teknologi Industri, SMK Pariwisata, dan lain-lain. Meski bidangnya Bisnis Manajemen, tidak menutup kemungkinan di dalamnya terdapat  Kompetensi Keahlian pariwisata, begitu juga i SMK Pariwisata bisa saja di dalamnya terdapat Kompetensi Keahlian Teknik Informatika, dan seterusnya. Di Korea system seperti ini terdapat pada sekolah kejuruan yang berstatus sebagai  Specialized High School.

 Selain mengenal system pendidikan khususnya program Meister, ilmu yang saya dapatkan juga tentang pembagian jam belajar (yaitu satu hari 7 jam pelajaran masing-masing per satu jam adalah 50 menit belajar, setiap pergantian pembelajaran istirahat selama 10 menit), cara belajar siswa (selain pembelajaran rutin sesuai dengan jadwal belajar, siswa juga diharuskan mengikuti kegiatan di luar pembelajaran yang disebut after class activities), budaya kerja guru Korea (sangat disiplin), English club for teacher  (komunitas belajar bahasa Inggris bagi guru yang dibimbing oleh native teacher dari Amerika Serikat, materi yang dibahas berbagai hal tentang pendidikan dan budaya, open class program yaitu program penilaian guru  yang dihadiri kepala sekolah, dewan guru, perwakilan orang tua siswa dan dinas pendidikan setempat serta kegiatan cultural activity yaitu kegiatan mengenal budaya Korea lebih dekat dengan mengunjungi obyek-obyek wisata budaya, alam dan obyek wisata minat khusus, dibimbing oleh mentor teacher.

Selain itu saya juga belajar tentang kebiasaan masyarakt di lingkungan saya tinggal meliputi cara mereka bersosialisasi, berkomunikasi, jenis makanan dan cara makan,  kedisiplinan, ketertiban, kebersihan,  kegiatan rutin sehari-hari dan banyak hal lainnya yang pada akhirnya saya menilai secara keseluruhan Korea adalah negara yang patut kita tiru dari segi pendidikan dan kebudayaan, negara yang aman, tertib dan nyaman, transportasi yang mudah dan nyaman serta ketepatan waktu dalam segala hal. Selain itu bangsa Korea sangat tinggi rasa nasionalisme mereka, mencintai produk negeri sendiri dan dalam berkomunikasi, jarang sekali orang Korea menguasai bahasa asing secara fasih, termasuk bahasa Inggris. Tetapi hal itu bukan masalah utama untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan mereka.

Mengenalkan kebudayaan Indonesia di negara lain sungguh merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Hal ini saya rasakan ketika mengenalkan Indonesia melalui kegiatan belajar mengajar di kelas di Seoul Robotics High School. Para siswa dan guru begitu antusias untuk mengenal Indonesia, karean sebagian besar mereka tidak tahu dimana Indonesia. Dengan menunjukan peta Asia dan Indonesia, saya jelaskan bahwa Indonesia adalah negara besar yang terletak di kawasan Asia Tenggara, yang memiliki ribuan pulau besar dan kecil, ratusan etnik dan suku bangsa, memiliki bahasa daerah di masing-masing daerahnya tetap menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari serta Indonesia negara yang memiliki potensi wisata yang besar baik yang bersumber dari alam maupun budaya.

Saya mempunyai kesempatan untuk menjelaskan tentang budaya Indonesia yaitu Batik, Wayang Kulit, dan juga mengajarkan Bahasa Indonesia. Para siswa berusaha untuk mempraktikan tiap materi pelajaran yang diajarkan kepada mereka. Misalnya, setelah belajar Bahasa Indonesia, mereka selalu menyapa dengan ucapan “Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Malam bahkan Assalamualaikum”. Mereka berusaha untuk mengingat dan mempraktikannya dengan senang hati. Hal ini membuat saya bersemangat untuk membagi ilmu lebih dalam lagi tentang Indonesia. Saya mengajarkan Batik meliputi sejarah batik, motif-motif batik, cara membuat batik hingga proses mencanting. Para siswa mempraktikan dengan membuat dan mewarnai motif batik, di sini mereka selain mengenal motif batik, mereka juga belajar mengenal warna dalam Bahasa Indonesia.  Selain itu saya mengajar juga tentang Wayang Kulit, menjelaskan philosophy cerita wayang dan karakter dari masing-masing tokoh wayang. Cerita yang saya angkat adalah kisah Ramayana. Lalu para siswa membuat karakter wayang dan memainkannya ala cerita mereka.

Banyak manfaat yang didapatkan dalam program ini, selain pengalaman dan ilmu pengetahuan bertambah, saya juga menikmati proses dalam pertukaran budaya selama tinggal di Korea. Mencoba memahami dan menikmati perbedaan budaya yang ada. Tidak menjadikan perbedaan itu suatu masalah yang membuat kita merasa benar sendiri tetapi perbedaan itu justru menambah wawasan pemahaman antar lintas budaya yang berbeda (cross culture understanding).

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Carwi Teddy

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler