x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menyusuri Jejak Soekarno Muda di Bandung

Tanggal 6 Juni ini, andai Bung Karno masih hidup, ia berusia 115 tahun. Menyusuri jejak Soekarno muda adalah salah satu cara mengenal siapa sosok ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Andaikan Bung Karno masih hidup, salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia tersebut hari ini genap berusia 115 tahun—ini jika mengikuti salah satu versi tanggal kelahirannya, 6 Juni 1901. Versi lain yang bersandar pada buku induk mahasiswa Technische Hogeschool (TH atau Institut Teknologi Bandung sekarang), tertulis nama Raden Soekarno lahir 6 Juni 1902—yang tercantum bukan lagi Kusno, nama lahir Soekarno.

Setelah Surabaya, Soekarno meninggalkan jejak historis di Bandung. Di kota inilah, aktivisme politiknya berhadapan langsung dengan penguasa kolonial, meskipun api perlawanan terhadap kolonialismenya telah tersulut ketika ia indekos di rumah H.O.S. Tjokroaminoto, di Gang Peneleh 7, Surabaya. Sebagai siswa HBS—sekolah menengah di zaman Belanda—Soekarno boleh jadi yang termuda di antara mereka yang tinggal di kediaman Tjokro. Ia ‘berguru’ kepada Tjokro, sebagaimana pemuda-pemuda lain, seperti Semaun, Darsono, Muso, maupun Kartosuwiryo—kelak sejarah menunjukkan mereka tak berjalan seiring dalam menentukan arah pergerakan masyarakatnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagian jejak historis Soekarno di kota ini masih dapat dikunjungi dengan mudah, dapat dimulai dari kampus ITB di Jalan Ganesa, lalu ke gedung Indonesia Menggugat, sisa penjara Banceuy, kediaman almarhum Inggit Ganarsih di Jl. Ciateul atau Jl. Inggit, dan penjara Sukamiskin di Bandung Timur. Jejak historis penting Soekarno sebagai presiden dapat dijumpai di Gedung Merdeka, Jl. Asia-Afrika—lokasinya tidak jauh dari bekas penjara Banceuy dan di salah satu ujung Jl. Braga.

Lulus dari HBS di Surabaya, Soekarno muda datang ke Bandung ketika Technische Hogeschool (TH atau Institut Teknologi Bandung sekarang) baru satu tahun berdiri, 1920. Setelah sempat berhenti belajar, Soekarno kuliah kembali. Meskipun belajar di bidang teknik, Soekarno rupanya menemukan passion-nya di dunia politik. Secara formal ia belajar tentang struktur bangunan, tapi hatinya tak bisa lepas untuk memikirkan kondisi rakyatnya.

Saat menjalani studinya, Soekarno mulai terlibat dalam kegiatan politik praktis dan sempat berpidato dalam sebuah rapat umum yang berlangsung di alun-alun Bandung. Kepada rakyat yang hadir, Soekarno berseru agar berhenti melakukan sembah di depan pemerintah kolonial. Pidatonya yang dianggap bernuansa hasutan membuat Soekarno ditegur oleh Rektor TH Prof. Ir. Jan Klopper, yang mengingatkan Soekarno agar lebih mementingkan belajarnya. Soekarno lulus dari TH pada 1926 dan berhak menyandang gelar civile ingeniuer atau insinyur sipil. Sebagian bangunan yang ada di masa Soekarno belajar di kampus ini masih tegak berdiri, di antaranya Aula Barat dan Aula Timur.

Aktivitas politik Soekarno muda yang menentang penjajahan diganjar oleh pemerintah kolonial Belanda dengan hukuman penjara. Soekarno sempat dipenjarakan di Penjara Banceuy yang terletak di Jl. Banceuy—kini di kompleks penjara ini berdiri pertokoan dengan menyisakan satu kamar yang pernah dihuni oleh Soekarno. Di penjara ini, Soekarno mendekam kurang lebih selama 8 bulan. Sayang sekali, jejak sejarah perlawanan Bung Karno dan pejuang lainnya kini dibayang-bayangi oleh aktivitas bisnis di sekeliling Banceuy. Kita kurang dapat merasakan apa yang dialami Soekarno waktu itu.

Jejak lainnya ada di Gedung Indonesia Menggugat, dulu gedung pengadilan Landraard—tempat Soekarno dan beberapa kawannya diadili oleh pemerintah kolonial. Gedung ini memakai nama yang diambilkan dari judul pembelaan Soekarno, Indonesia Menggugat. Letaknya di Jl. Perintis Kemerdekaan, tidak begitu jauh dari lokasi bekas sel yang dihuni Soekarno di penjara Banceuy dan dekat dengan Balai Kota Bandung, tempat Walikota Kamil Ridwan berkantor.

Tidak jauh dari lokasi bekas penjara Banceuy terdapat Gedung Merdeka. Namun, jejak historis Soekarno di sini lebih terkait dalam perannya memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrik pada April 1955 saat ia menjabat Presiden RI. Konferensi ini penting karena menginspirasi banyak negara di kawasan Asia dan Afrika untuk memerdekakan diri dari penjajahan. Oleh Bung Karno, gedung yang semula bernama Gedung Societeit Concordia kemudian dinamai Gedung Merdeka dan jalan di depannya dinamai Jl. Asia-Afrika.

Sebagai aktivis pergerakan, Soekarno muda juga sempat mendekam di penjara lain yang terletak di Bandung Timur, yakni Sukamiskin—yang kini sebagian di antaranya menjadi tempat hunian para koruptor. Jejak Soekarno selama satu tahun ditahan di penjara ini masih dapat dijumpai di ruang TA 1 lantai 2. Jarak dari Gedung Merdeka maupun bekas penjara Banceuy cukup jauh.

Jejak lain yang tidak kalah penting karena terkait kehidupan pribadi Soekarno terdapat di sebuah rumah di Jl. Ciateul 8. Di rumah yang hingga kini masih dipertahankan ini, Soekarno pernah tinggal saat kuliah dan menikah dengan Inggit Ganarsih. Perempuan ini mendampingi Soekarno saat melewati masa-masa genting dalam menjalani persidangan kolonial di Gedung Pengadilan Landraad. Di rumah ini pula, Soekarno menyelenggarakan kursus-kursus politik dan mulai merumuskan pemikiran politiknya mengenai Indonesia bersama aktivis pergerakan lain yang datang dari berbagai kota.

Pemikiran Soekarno tentang Marhaenisme juga meninggalkan jejak di Bandung. Soekarno menceritakan bahwa di Bandung pula ia bertemu dengan petani bernama Marhaen di daerah Mohammad Toha, daerah selatan Bandung, yang mengilhaminya untuk memperjuangkan perbaikan nasib rakyat. Masa-masa menetap di Bandung merupakan periode puncak kreativitas Bung Karno dalam merumuskan nasionalisme Indonesia. Dengan melakukan perjalanan satu hari, siapapun dapat menyusuri jejak-jejak Soekarno muda di kota Bandung. (Foto: berdiri keempat dari kiri: Soekarno sebagai mahasiswa TH--ITB sekarang) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu