x

Iklan

Djordi Prakoso

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Brexit: Britania Raya Putuskan Keluar dari Uni Eropa

Keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa memberikan dampak negatif bagi kedua belah pihak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belakangan ini dunia internasional diramaikan dengan pemberitaan mengenai BREXIT. Apakah itu BREXIT?

BREXIT atau Referendum BREXIT adalah pemungutan suara dari seluruh warga Britania Raya untuk memutuskan apakah harus keluar atau tetap berada di Uni Eropa. Hasil referendum yang dilakukan pada Kamis,23 Juni 2016, waktu setempat memutuskan Britania Raya untuk keluar dari Uni Eropa dengan hasil voting 51,9% (leave) dan 48.1% (remain). Mayoritas suara untuk keluar dari Uni Eropa berada di Inggris dan Wales sedangkan mayoritas suara untuk tetap bertahan di Uni Eropa berada di Skotlandia dan Irlandia Utara. Bahkan, sesaat setelah itu PM David Cameron mundur dari jabatannya.

Hasil referendum ini menjadikan Britania Raya sebagai negara pertama yang meninggalkan Uni Eropa dan segera mengakhiri keanggotaannya di Uni Eropa selama 43 tahun dimulai sejak 1973. Referendum ini kembali diselenggarakan karena PM David Cameron telah berjanji untuk mengadakannnya jika dirinya terpilih kembali dalam pemilihan umum 2015. Selain itu, Uni Eropa dianggap telah berubah oleh sebagian masyarakat Britania Raya karena cenderung mengontrol negara ditambah dengan permasalahan mengenai imigran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu bagaimana dampaknya?

Sesuai pernyataan David Cameron saat berpidato di Museum Inggris, London (9/5) bahwa keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa akan memberikan konsekuensi ekonomi yang parah serta adanya ancaman keamanan. Rupanya hal tersebut menjadi kenyataan. Pada hari yang sama sesaat hasil referendum diumumkan Poundsterling jatuh pada level terendah sejak 1985 yaitu sekitar 10% terhadap Dolar AS,saham-saham eropa turun lebih dari 8%, dan pasar keuangan dunia bergejolak setelah Britania raya memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa. Bahkan, diprediksi akan menimbulkan krisis seperti pada tahun 2008.

Selain itu, keluarnya Britania Raya dari UE akan memunculkan kembali isu kemerdekaan Skotlandia. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon (24/6) bahwa referendum kemerdekaan Skotlandia adalah "sangat mungkin". Keinginan Skotlandia untuk merdeka dikarenakan mereka masih ingin menjadi bagian dari Uni Eropa. Bukan hanya Skotlandia, tetapi Irlandia Utara juga ingin memerdekakan dirinya dari Britania Raya.

Sedangkan bagi Uni Eropa sendiri akan kehilangan salah satu penyumbang dana terbesar bagi Uni Eropa. Setiap tahunnya diprediksikan bahwa Britania Raya menyumbang sebanyak £ 8 bln atau sekitar 8 milyar euro. Uni Eropa harus mencari cara untuk menutupi anggaran yang kosong ini. Dengan keluarnya Britania Raya, masa depan Uni Eropa semakin dipertanyakan. Dikhawatirkan dengan adanya peristiwa ini memicu negara-negara anggota Uni Eropa lainnya untuk melakukan hal serupa.

 

Djordi Prakoso

Mahasiswa Hubungan Internasional

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ikuti tulisan menarik Djordi Prakoso lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler