x

Iklan

Sujana Donandi Sinuraya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pemerintah dan Lagu Anak

Pemerintah harus memainkan peran penting dalam menghidupkan kembali lagu anak demi memenuhi kebutuhan anak akan lagu anak yang berkualitas dan sesuai usia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemerintah dan Lagu Anak

Sujana Donandi S

Dosen President University

 

Produksi lagu anak saat ini ada dalam kondisi mati suri. Kelangkaan lagu anak menyebabkan anak lebih sering mendengarkan lagu orang dewasa. Banyak lagu dewasa yang tidak sesuai untuk anak karena mengandung unsur cinta (orang dewasa), patah hati, perselingkuhan dan kata-kata mesum seperti peluk, cium, dan hamil duluan. Lagu bermuatan mesum sebagaimana disampaikan oleh Komisioner Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, dapat mempengaruhi cara berpikir dan bersikap yang permisif kecabulan.

Pengaruh musik dewasa bagi anak sangat memprihatinkan mengingat anak-anak adalah calon pemimpin bangsa di masa depan. Di sisi lain, anak-anak juga tidak memiliki banyak opsi karena minimnya lagu anak-anak yang dapat dikonsumsi. Berbeda dengan era 90-an, dewasa ini produksi lagu anak-anak sudah jarang. Mengingat pentingnya lagu anak bagi perkembangan anak, maka pemerintah harus memainkan peran krusial dalam menghidupkan kembali lagu anak.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akar Masalah

Pengamat Musik, Bens Leo menyebutkan ada dua penyebab minimnya lagu anak-anak yang berkualitas dan kondisi anak-anak yang lebih banyak menyanyikan lagu orang dewasa. Penyebab pertama adalah semakin sempitnya ruang publik atau ruang anak-anak dan para pencipta lagu untuk berkreasi.  Kedua, banyak label rekaman lagu anak yang tutup karena musik anak-anak dianggap tidak memberikan profit.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa akar masalah hilangnya musik anak dari peredaran adalah pertimbangan ekonomi. Para produsen musik atas pertimbangan pasar, lebih memilih untuk memproduksi musik-musik yang berpotensi besar untuk menghasilkan keuntungan. Ketika era 90-an yang cukup bergairah dengan musik anak telah lewat, para produsen musik beralih kepada selera masyarakat indonesia yang lebih menyukai musik pop ala melayu, musik dangdut yang penuh goyangan atraktif, dan musik barat dan korea yang modern.

Pertimbangan profit pula yang menyebabkan media, seperti televisi maupun radio lebih banyak memutar lagu maupun video klip lagu dewasa. Kondisi ini mendukung berkurangnya ruang bagi lagu anak-anak untuk muncul dan memasyarakat. Dengan menurunnnya ruang bagi lagu anak, maka semakin lesu pula semangat label maupun musisi lagu anak dalam bereproduksi.

 

Peran Pemerintah

Melihat lesunya gairah swasta, maka tanggung jawab besar dalam menghidupkan kembali lagu anak ada pada pemerintah. Pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif harus memiliki visi yang besar dalam mengembangkan konten anak, terutama lagu anak di masyarakat. Untuk hal ini pemerintah dapat belajar dari negeri tetangga, Malaysia. Pakar anak, andi Yudha menyatakan bahwa Malaysia merupakan negara yang mendukung penuh konten yang berkualitas untuk anak. Serial Upin dan Ipin adalah contoh nyata. Pemerintah Malaysia bahkan menyewa Perancis untuk menggarap penayangan serial tersebut demi terwujudnya kualitas yang baik.

Film Upin dan ipin sendiri kini sangat akrab bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya serial, namun juga soundtrack ataupun lagu latar serial tersebut. Soundtrack berjudul Upin dan Upin kini menjadi sangat akrab bagi anak-anak di Indonesia. Upin ipin adalah contoh nyata dari investasi pemerintah pada konten anak. Investasi itu kemudian berbuah manis, khususnya dari segi ekonomi karena banyak permintaan terhadap Upin dan Ipin di luar Malaysia, seperti Indonesia dan Turki.

Agar mampu menghidupkan kembali lagu anak, maka pemerintah juga harus berani berinvestasi. Mengapa pemerintah? Karena sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, swasta sedang tidak memandang lagu anak sebagai investasi yang menguntungkan. Di sisi lain, pemerintah punya tanggung jawab berbeda. Pemerintah punya tanggung jawab moral untuk menjaga mental calon pemimpin bangsa. Untuk itu, pemerintah harus berani berinvestasi besar dalam konten anak agar hasil yang ditampilkan juga berkualitas dan mampu mendatangkan profit.

Indonesia dapat mencontoh Upin dan Ipin dengan memasukkan konten lagu anak pada serial-serial anak di Indonesia. Indonesia sudah memiliki serial-serial anak seperti Adit & Sopo Jarwo dan Keluarga si Somat. Dalam serial anak dapat disisipkan lebih banyak lagi lagu anak-anak. Untuk menggarapnya, Indonesia tidak perlu malu menjalin kerja sama dengan negara lain yang mampu mengemas  serial anak dan lagu anak menjadi lebih menarik dan berkualitas.

Untuk jangka panjang, pemerintah dapat memberikan kesempatan lebih banyak bagi musisi-musisi  untuk memperoleh akses pendidikan dan fasilitas yang lebih tinggi. Pemerintah harus meningkatkan jumlah sumber pendanaan maupun sarana dan prasarana bagi musisi-musisi  yang memiliki perhatian khusus bagi lagu anak untuk belajar ke negara-negara yang sukses dalam industri musik, seperti Amerika sebagai kiblat industri hiburan. Dengan demikian, musisi lagu anak akan memiliki bekal keilmuan dan fasilitas memadai dalam mengemas musik anak menjadi produk yang berkualitas dan laku untuk dijual.

Pemerintah juga harus memperbanyak lomba-lomba cipta lagu anak yang bergengsi. Kegiatan ini harus sering dilakukan secara periodik dan menyediakan agar musisi lagu –lagu anak terus dirangsang untuk berkarya sekaligus memicu munculnya musisi-musisi baru yang memproduksi lagu anak. Lomba-lomba ini juga harus mendapat publikasi besar-besaran agar masyarakat mengetahui eksistensi lomba penciptaan lagu anak.

Guna menjadikan lagu anak sebagai industri produktif, penulis menyarankan pemerintah untuk membentuk suatu badan usaha yang bergerak di bidang komersialisasi seni dan budaya Indonesia yang dapat mengembangkan lagu anak sebagai bagian dari industri musik Indonesia. Dengan mendirikan badan usaha, maka pemerintah akan memiliki badan professional yang bertugas mengembangkan lagu anak menjadi produk yang berkualitas global dan mampu mendatangkan profit bagi pemerintah.

Ikuti tulisan menarik Sujana Donandi Sinuraya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler