x

Iklan

Erin Noviara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Prajurit Kebanggaan Keluarga Itu Gugur Saat Padamkan Api

Prajurit Satu (Pratu) Wahyudi, gugur saat bertugas memadamkan kebakaran lahan di Kepenghuluan Labuhan Tangga Besar, Kecamatan Bangko, Riau.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Skala kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menimpa Indonesia pada tahun ini relatif lebih ringan dibandingkan tahun lalu. Jumlah hotspot (titik panas) menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menurun drastis hingga 61%, dari sebelumnya 32.734 titik pada periode 1 Januari-29 Agustus 2015, menjadi 12.884 titik di periode yang sama tahun 2016 ini.

Berkurangnya titik hotspot turut diringankan oleh faktor cuaca, di mana tahun 2016 ini dilanda musim kemarau basah karena pengaruh fenomena La Nina. Ini berkebalikan tahun 2015 lalu yang dipengaruhi oleh kemarau kering (El Nino).

Selain itu, persiapan dalam penanggulangan karhutla juga dilaporkan semakin membaik, termasuk pengerahan tim pemadam kebakaran yang sigap dengan menggunakan moda pesawat dan helikopter.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun demikian, kejadian karhutla tetap tidak bisa dianggap enteng. Di beberapa titik, utamanya di sebagian wilayah Sumatera maupun Kalimantan, kebakaran masih saja terjadi. Proses pemadaman kebakaran ini bahkan telah menelan korban. Salah satu prajurit TNI gugur saat bertugas memadamkan kebakaran lahan di Riau pada sekitar akhir Agustus lalu. Ia tergabung dalam Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan lahan, TNI Angkatan Darat.

Prajurit pemberani itu adalah Prajurit Satu (Pratu) Wahyudi. Kala itu, ia tengah bertugas memadamkan kebakaran lahan di Kepenghuluan Labuhan Tangga Besar, Kecamatan Bangko, Rokan Hilir, Riau pada akhir Agustus lalu. Tak pelak, kejadian ini sungguh menggoreskan luka bagi keluarga yang ditinggalkan.

Kabar kematian Pratu Wahyudi juga sempat dikait-kaitkan masyarakat setempat dengan takhayul. Jenazah almarhum yang ternyata berada tak jauh dari titik terakhir ia terlihat, baru ditemukan selang enam hari kemudian, pada 23 Agustus 2016. Pratu Wahyudi terpencar dari tim pemadam kebakaran tepatnya sejak 18 Agustus 2016 pukul 3 sore.

Almarhum Pratu Wahyudi yang selama ini menjadi kebanggaan bagi kedua orangtua dan tiga adiknya, harus mengakhiri hidupnya di usia sangat muda, 26 tahun. Ia adalah prajurit yang berasal dari kesatuan Detasemen Rudal (Denrudal) 004 Dumai yang diperbantukan untuk satgas pemadam karhutla.

Ayah Pratu Wahyudi, Warni Weton Wahyudi seperti banyak diberitakan media, mempunyai firasat tersendiri sehari sebelum ditinggalkan oleh putra sulungnya melalui mimpi. Sementara sang ibu, Murti mengungkapkan duka hatinya bahwa selama ini Pratu Wahyudi sebagai putra sulung yang menjadi tulang punggung keluarga. Pratu Wahyudi juga menjadi tempat mengadu dan berkeluh kesah jika keluarganya ditimpa persoalan.

Duka mendalam turut dirasakan adik bungsu Pratu Wahyudi yang bernama Ningrum. Gadis yang masih duduk di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) itu kehilangan sosok kakak yang perhatian dan penyayang. Sehari sebelum mendiang dinyatakan hilang, ia sempat menelepon keluarganya dan menjanjikan Ningrum sebuah laptop baru.

Pratu Wahyudi sebelumnya juga berencana menikah di tahun ini dengan kekasih hatinya Retno (20). Bahkan rencana tersebut sudah ia kemukakan kepada masing-masing keluarga sejak beberapa kurun waktu sebelumnya. Disebabkan kepeduliannya kepada keluarga, rencana itu selalu tertunda, karena Pratu Wahyudi lebih memilih membantu biaya sekolah adik-adiknya terlebih dahulu.

Agar insiden maut ini tidak terulang lagi, untuk ke depannya sebagaimana diungkap oleh Kepala BNPB Willem Rampangilei, pihaknya akan lebih memperhatikan standar peralatan pemadaman, meliputi sepatu tahan api, alat pemadaman karhutla berupa mini strike, pompa air dan oksigen perorangan.

Seorang prajurit yang gugur saat mengemban tugas selayaknya mendapat perhatian dari seluruh pihak, khususnya pemerintah. Untuk menghormati jasa Pratu Wahyudi, pimpinan TNI Angkatan Darat telah menganugerahkan kenaikan pangkat anumerta Prajurit Kepala  (Praka) kepada almarhum.

Selain apresiasi dari lembaga tempat mengabdi, wacana untuk memberikan santunan kepada pihak keluarga Pratu Wahyudi mengalir. Kini, keluarga hanya berharap ketiga adik Pratu Wahyudi bisa meneruskan perjuangan yang telah dilakukan oleh kakak sulung tercinta.

Ikuti tulisan menarik Erin Noviara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler