x

Seorang pria Afghanistan berdiri di bawah sebuah poster besar yang menampilkan pemilihan calon presiden Ashraf Ghani Ahmadzai, pusat, dengan wakil presiden-nya Rashid Dostum, kiri, dan Sarwar Danish di Kabul, Afghanistan (24/3). Ghani, mantan pejabat

Iklan

Asruchin Mohamad

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Suksesi Kepemimpinan di Uzbekistan

Sukseri Kepemimpinan di Uzbekistan Pasca Kematian Presiden Islam Karimov

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tanggal 1 September adalah hari istimewa bagi bangsa Uzbekistan. Hampir bersamaan dengan negara-negara Asia Tengah lainnya (Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Turkmenistan), Uzbekistan menyatakan merdeka dari Uni Soviet. Pada hari kemerdekaan ini seluruh rakyat Uzbekistan yang berjumlah lebih dari 30 juta, terbanyak dibanding empat negara Asia Tengah tetangganya, melupakan sejenak rutinitas kesehariannya – mereka larut dalam kegembiraan dan kemeriahan berbagai even peringatan kemerdekaan negaranya, tidak terkecuali para pemimpinnya dari segala tingkatan. Presiden Uzbekistan Islam Karimov tidak pernah absen dalam suka-cita memeriahkan hari kemerdekaan sejak tahun 1991, dengan tampil berpidato dilanjutkan berdansa bersama para penari yang didatangkan dari seluruh penjuru negeri dalam acara Gala Konser di gelanggang terbuka “Alisher Navoi”,Tashkent.

            Ketika pemerintah membatalkan Gala Konser sebagai puncak peringatan hari kemerdekaan ke-25 Uzbekistan serta pidato Presiden Islam Karimov dibacakan oleh penyiar TV Uzbekistan, maka timbul berbagai pertanyaan, spekulasi dan beragam rumor mengenai kesehatan sang penguasa tunggal Uzbekistan yang telah memerintah negeri lintasan ‘Silk Road’ selama 27 tahun – dua tahun sebelum merdeka Islam Karimov telah menjadi pemimpin Uzbekistan yang ketika itu masih bernama USSR (Uzbek Soviet of Socialist Republic). Ternyata Presiden Islam Karimov sedang berada dalam kondisi kritis di rumah sakit sejak seminggu terakhir bulan Agustus, dan sehari setelah hari kemerdekaan, pada tanggal 2 September 2016 pemerintah secara resmi mengumumkan kematian Presiden Karimov akibat pendarahan otak. Empat hari sebelumnya, putri keduanya Lola Karimova-Tillyaeva telah terlebih dahulu membocorkan penyakit ayahnya via media sosial.

            Ratusan ribu penduduk Tashkent pagi hari tanggal 3 September 2016 berjajar sepanjang jalan yang dilewati mobil jenazah Presiden Islam Karimov menuju bandara serta puluhan ribu pelayat menghadiri sholat jenazah almarhum di bangunan bersejarah Madrasah Tilla Kori di dalam kompleks Registan Square, Samarkand, tempat yang dinobatkan oleh Unesco sebagai World Heritage dan sekaligus menjadi ikon negara Uzbekistan, membuktikan tingginya kecintaan dan rasa hormat rakyat Uzbekistan terhadap pemimpinnya. Sejauh ini Islam Karimov memang masih menjadi satu-satunya pemimpin Uzbekistan modern setelah lepas dari pendudukan dan penguasaan asing. Pengagum Islam Karimov bahkan mensejajarkannya dengan Raja dan Panglima Perang Amir Temur (Timur Leng) 14 abad lalu, berjulukan Sang Penakluk yang berkuasa di seluruh wilayah Asia Tengah sampai Asia Barat, Asia Selatan,Turki dan Rusia.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peninggalan Islam Karimov

Kecuali Kyrgyzstan, sistem pemerintahan negara-negara di Asia Tengah praktis masih melanjutkan mesin birokrasi Uni Soviet, yaitu pemerintahan terpusat dari seorang figur kuat yang memegang kekuasaan sentral sejak kemerdekaan tahun 1991 sampai sekarang atau baru diganti setelah meninggal. Kazakhstan dan Tajikistan saat ini menjadi 2 negara tersisa yang pemimpinnya belum berganti, sementara Turkmenistan, Azerbaijan dan kini Uzbekistan sudah berganti pemimpin karena kematian. Mengikuti tradisi suksesi kepemimpinan era Uni Soviet, pergantian Presiden Turkmenistan Saparmurat Niyazov yang meninggal tahun 2006 dilakukan secara tertutup oleh para elit pemerintahan. Melalui pola serupa, pengganti Presiden Uzbekisan yang baru akan ditetapkan dalam jangka waktu tiga bulan seperti diamanatkan oleh konstitusi.

Siapapun yang bakal terpilih sebagai pemimpin Uzbekistan berikutnya, diperkirakan akan melanjutkan cara kepemimpinan yang dilakukan oleh Islam Karimov. Dengan slogan “Uzbekistan: a future great state”, pemerintah Karimov secara resmi telah mengganti bahasa nasional Rusia menjadi bahasa Uzbek serta ideologi negara atheis diubah menjadi sekuler yang membolehkan Islam sebagai agama mayoritas dipraktekkan kembali. Presiden Karimov juga memperkenalkan “Uzbek Model”, yaitu pengembangan demokrasi, stabilitas dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai/budaya Uzbekistan. Dalam pidato pelantikannya yang terakhir sebagai kepala negara pada April 2015, Presiden Karimov seperti memberikan tanda akan berakhir kekuasaannya. Dia menekankan bahwa masa depan negara berada di tangan generasi muda, dan mendesak mereka agar lebih percaya diri dalam memutuskan masa depan bangsa dan negaranya sehingga tidak tertinggal oleh negara lain.

Pro-kontra selalu muncul terhadap seorang pemimpin yang berkuasa lebih dari seperempat abad seperti Islam Karimov. Menjelang prosesi penguburan jenazah, wakil dari pemerintah Uzbekistan dalam sambutannya menyatakan bahwa Islam Karimov adalah seorang negarawan besar yang telah membangun dan mengembangkan satu negara demokratis konstitusional bersama dengan masyarakat madani dan menerapkan sistem ekonomi pasar. Sejumlah penduduk di Tashkent dan Samarkand menyebut Presiden Karimov sebagai pahlawan dan berjanji tidak akan melupakan sumbangan dan darma baktinya kepada bangsa dan negara. Menurut komentator TV Tashkent, rakyat Uzbekistan telah menikmati kemajuan pesat negaranya sejak kemerdekaan tahun 1991 yang tidak bisa dipisahkan dengan nama Karimov. PM Shavkat Mirziyoyev menggambarkan kematian Presiden Karimov sebagai kehilangan seorang pemimpin yang tak tergantikan bagi rakyat Uzbekistan.

Sejumlah pihak lainnya terutama kelompok oposisi dan LSM dan penggiat HAM internasional beranggapan sebaliknya. Era kepemimpinan Islam Karimov di Uzbekistan diasosiasikan dengan praktek pelarangan, penangkapan dan pemenjaraan terutama terhadap kelompok oposisi, pekerja LSM, kaum Islam radikal dan wartawan kritis. Meskipun konstitusi Uzbekistan menjamin kebebasan berbicara/berpendapat, menjalankan agama serta berserikat, namun dengan dalih menjaga stabilitas masyarakat, pemerintah melakukan pengontrolan ketat terhadap seluruh aspek kehidupan rakyat, tidak terkecuali kehidupan beragama maupun kehidupan mengemukakan pendapat baik lisan maupun tertulis. Sejumlah pengamat Asia Tengah dan aktivis HAM internasional menuduh pemerintah Uzbekistan di bawah Karimov telah banyak melakukan pelanggaran HAM dalam memperlakukan para tahanan politik dan tersangka kelompok radikal serta menerapkan kerja paksa terhadap pegawai, mahasiswa maupun siswa sekolah di ladang-ladang kapas. Selain itu Transparency International juga selalu menempatkan Uzbekistan dalam deretan negara-negara korup.

Peralihan atau Perebutan Kekuasaan 

Konstitusi Uzbekistan menyebutkan bahwa apabila Kepala Negara wafat atau tidak dapat menjalankan tugas secara permanen, maka Ketua Senat melanjukan tugasnya sebagai Pejabat Sementara selama 3 (tiga) bulan untuk menyelenggarakan pemilihan Kepala Negara baru. Sementara sebagian rakyat Uzbekistan masih meratapi kepergian pemimpinnya dan jajaran elit penguasa telah sepakat menerapkan mandat konstitusi dengan menunjuk Ketua Senat Nigmatilla Yuldashev sebagai Pejabat Sementara Presiden Uzbekistan, para pengamat politik di dalam maupun luar negeri mulai membuat analisa, kalkulasi dan sekaligus meraba-raba siapa gerangan yang akan menjadi penerus Islam Karimov. Tidak adanya “putra mahkota” boleh jadi karena dalam sistem patriarchal, Karimov tidak memiliki anak laki-laki yang dapat dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai pemimpin tertinggi Uzbekistan. Penyebab lainnya penunjukan ‘putra mahkota’ justru dapat memicu meningkatnya konflik dan intrik perebutan kekuasaan yang bahkan bisa mengarah ke kudeta terhadap dirinya. 

Perebutan kekuasaan di Uzbekistan pasca Uni Soviet dilandasi oleh persaingan antar ‘clan’/kelompok atau antar institusi keamanan dan politik. Sampai pertengahan tahun 2000, dua tokoh dari institusi keamanan yang bersaing untuk menggantikan dan bahkan berpotensi menggusur Presiden Islam Karimov adalah Kepala Dinas Keamanan Nasional Rustam Inoyatov dan Menteri Dalam Negeri Zakir Almatov. Namun setelah peristiwa penindakan keras terhadap demonstran di kota Andijan tahun 2005, Zakir Almatov dari clan Samarkand digeser. Kepala Keamanan Nasional Rustam Inoyatov juga berhasil menyingkirkan putri pertama Presiden Karimov, Gulnara Karimova (44 tahun) yang berambisi menggantikan ayahnya sebagai orang nomor 1 di Uzbekistan. Gulnara, yang sebelumnya sangat populer sebagai diplomat, pebisnis, designer dan penyanyi dengan nama artis ’Googoosa’ pada tahun 2014 dikenakan tahanan rumah setelah tersangkut skandal korupsi (menerima suap) dari perusahaan Telekomunikasi Swedia ‘Telia Sonera Group’ yang ingin memasuki pasar Uzbekistan.   

Setelah berhasil menyingkirkan dua pesaing potensial, Rustam Inoyatov yang berasal dari clan/kelompok Tashkent menjadi front-runner untuk setiap saat dapat menggantikan Islam Karimov sebagai Presiden Uzbekistan. Namun dengan berjalannya waktu, Inoyatov yang sudah berumur 72 tahun, dan perkembangan zaman yang makin diperlukan pemimpin dengan pengalaman matang di bidang politik, ekonomi dan pemerintahan, kini muncul dua figur kuat lainnya yang lebih diunggulkan sebagai pengganti Karimov yaitu  Perdana Menteri Shavkat Mirziyoyev (58) dan Deputi I PM/Menteri Keuangan Rustam Azimov (56). Meskipun Inoyatov ‘tahu diri’ tidak lagi mengincar kursi presiden, namun ia tetap memegang peranan menentukan dalam pemilihan pimpinan negara. Tanpa dukungannya, kecil kemungkinannya seorang calon dapat mulus menjadi kepala negara atau selanjutnya melakukan tugas sebagai pemimpin eksekutif tanpa gangguan.

Berkaitan dengan kematian Presiden Islam Karimov, Perdana Menteri Shavkat Mirziyoyev ditunjuk sebagai Ketua Panitia Pelaksanaan Pemakaman. Sebagaimana tradisi pemerintahan era Uni Soviet, pejabat yang diserahi memimpin pemakaman Presiden atau Sekjen Partai otomatis akan dikukuhkan menjadi penggantinya. Hal ini nampaknya juga merupakan pertanda bahwa PM Shavkat Mirziyoyev kini menjadi calon utama sebagai pengganti Islam Karimov mengungguli pesaing terdekatnya Wakil PM Pertama Rustam Azimov. Apalagi bos Keamanan Nasional juga cenderung memberikan dukungan kepadanya. Jika terpilih, Mirziyoyev diperkirakan akan melanjutkan cara dan kebijakan Karimov baik dalam masalah domestik maupun luar negeri, karena dia selama ini dianggap sebagai orang yang patuh menjalankan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Karimov. Di sektor luar negeri, Mirziyoyev diperkirakan akan berhati-hati dalam menjaga keseimbangan hubungan antara Beijing, Moskow dan Washington. Adapun Rustam Azimov yang fasih berbahasa Inggris dan cenderung memilih kebijakan ekonomi yang lebih liberal merupakan sosok pemimpin Uzbekistan yang diharapkan oleh Amerika Serikat.

Peran Uzbekistan di Dunia Internasional

            Berlokasi di pusat perlintasan “Jalur Sutera” yang berbatasan dengan semua negara tetangga Asia Tengah eks Uni Soviet dan Afghanistan, Uzbekistan mempunyai peran sangat penting dalam percaturan geostrategi regional maupun dunia internasional. Hal tersebut dapat terlihat dengan kehadiran PM Rusia Dmitry Medvedev bersama seluruh Kepala Negara/Pemerintahan negara di Asia Tengah: Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, ditambah dengan pemimpin Afghanistan, Belarusia serta wakil-wakil negara lainnya dalam prosesi pemakaman Islam Karimov. Bahkan Presiden Rusia Vladimir Putin memerlukan singgah ke Samarkand dalam perjalanan kembali ke Moskow setelah menghadiri Pertemuan Puncak G-20 di China, untuk berkunjung ke makam Islam Karimov serta menemui PM Shavkat Mirziyoyev, sebagai kandidat kuat pemimpin baru Uzbekistan. 

Rusia menganggap kematian Islam Karimov sebagai kehilangan besar bagi rakyat Uzbekistan dan mengharapkan situasi politik Uzbekistan tetap stabil sepeninggal pemimpinnya. Dalam pertemuannya dengan PM Mirziyoyev, Presiden Rusia Vladimir Putin meminta agar pengganti Islam Karimov tetap melanjutkan kebijakan pemerintahan pendahulunya, termasuk tindakan tegas terhadap kelompok-kelompok radikal. Putin memberikan jaminan penuh negaranya kepada pemimpin baru serta rakyat Uzbekistan dalam upaya melanjutkan kerjasama bilateral dan regional. Presiden Putin bahkan menegaskan bahwa Rusia adalah ‘teman yang sepenuhnya dapat diandalkan’ bagi Uzbekistan. Rusia sejauh ini masih menjadi sumber devisa bagi sekitar 1-1.5 juta pekerja migran Uzbek. Pemerintah Tashkent juga masih menggantungkan hubungan ekonomi-perdagangan, serta sumber peralatan militer dari Moskow. 

Menyadari posisi strategisnya, Presiden Islam Karimov cukup cerdik dalam memainkan kartu keseimbangan terutama antara dua negara besar AS dan Rusia. Ketika negara-negara Asia Tengah tetap patuh menjadi anggota CSTO (Collective Security Treaty Organization) – organisasi keamanan pengimbang NATO, Uzbekistan mengatur jarak dengan membekukan keanggotaannya di CSTO pada tahun 2012 dan terus meningkatkan hubungannya dengan Washington, namun masih melanjutkan pembelian persenjataan dari Moskow. Sikapnya yang tanpa kompromi terhadap kelompok-kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam baik dari dalam negeri di Lembah Ferghana maupun rembesan dari negara tetangganya di sebelah Selatan, Afghanistan merupakan kebijakan yang sejalan dan mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat, Rusia, China dan Uni Eropa.

Amerika Serikat dan Eropa memandang Uzbekistan sebagai mitra strategis yang berperan penting sebagai jalur pemasok logistik pasukan NATO dan AS yang disebut Jaringan Distribusi Utara (Northern Distribution Network), jalan darat melalui kota Termez serta jalur udara melalui Bandara Khanabad yang disewa oleh AS. Uzbekistan sempat membekukan hubungannya dengan AS dan Eropa ketika mereka mengecam tindakan militer pemerintah Tashkent dalam menghadapi demonstrasi rakyat sipil di Andijan tahun 2005. Namun peran Uzbekistan sedemikian vital dalam persaingan dunia di wilayah kaya sumber alam Asia Tengah serta dalam upaya bersama menghadapi kegiatan-kegiatan terorisme, penyelundupan narkoba serta kejahatan internasional lintas negara lainnya. Pertimbangan geostrategis politik-ekonomi-keamanan inilah yang meluluhkan sikap AS dan Eropa untuk kembali memperbaiki hubungannya dengan Uzbekistan. 

Bagi AS dan Eropa, sikap ‘netral’ Uzbekistan juga dapat dimanfaatkan sebagai pembendung dominasi kepentingan Rusia di Asia Tengah. Dengan pertimbangan itulah, segera setelah hubungan kembali menghangat, Uzbekistan menjadi prioritas pertama untuk mendapatkan limpahan (membeli dengan harga murah) kendaraan lapis baja serta peralatan militer bekas dari AS lainnya yang ditarik dari Afghanistan tahun 2015. Persenjataan tersebut diharapkan bukan saja menjaga keamanan nasional tetapi terutama dimaksudkan untuk menghadapi ancaman dari kelompok radikal berafiliasi dengan ‘Islamic State’ yang tidak sedikit jumlahnya berasal dari dalam negeri sendiri, terutama dari wilayah Lembah Ferghana (Andijan, Namangan, Ferghana), termasuk IMU (Islamic Movement of Uzbekistan). Dalam pesan belasungkawa kematian Islam Karimov, Presiden AS Barack Obama merasa perlu menegaskan kembali dukungannya untuk rakyat dan pemerintah Uzbekistan.

Adapun China menganggap Uzbekistan sebagai negara yang sangat penting karena menjadi wilayah transit dan lintasan pipa gas yang dibeli dari Turkmenistan. Wilayah Uzbekistan yang berbatasan dengan Afghanistan serta Provinsi Xinjiang Uighur, menjadi sangat vital bagi China dalam memelihara keamanan terutama di Provinsi yang sebagian besar penduduknya beragama Islam dan beretnis Turkic. Kekacauan dan gangguan keamanan sekecil apapun di Uzbekistan akan berdampak langsung terhadap situasi negara tetangganya di Asia Tengah serta China terutama di wilayah Xinjiang. Konsep Silk Road Economic Belt (New Silk Road) yang digagas Presiden China Xi Jinping tahun 2013 untuk menghidupkan kembali kerjasama sosial-ekonomi dengan negara-negara Asia Tengah lintasan ‘Jalur Sutera’ dipastikan juga akan menempatkan Uzbekistan sebagai negara mitra utama.

Pengamatan

            Sambil menunggu diputuskannya pemimpin baru Uzbekistan pengganti Islam Karimov, berbagai pihak baik rakyat Uzbekistan maupun dunia internasional mengharapkan tidak terjadi gejolak berarti yang dapat mengganggu stabilitas politik-keamanan di dalam negeri yang akan berdampak langsung terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat serta berimbas kepada negara-negara tetangga maupun konstelasi internasional. Secara singkat semua pihak baik domestik maupun internasional mengharapkan segera terpilihnya pemimpin baru Uzbekistan pengganti Islam Karimov yang tetap mampu menjaga stabilitas keamanan nasional sambil terus mengadopsi nilai-nilai asing yang berlaku universal dan sesuai dengan budaya lokal (Uzbek values). Jika semua elit politik di Tashkent sepakat menghilangkan ego sektoral dan berkompromi mengedepankan kepentingan bersama, maka jajaran pimpinan baru Uzbekistan yang ideal akan terdiri dari Shavkat Mirziyoyev sebagai Presiden, dan menyerahkan kursi Perdana Menteri kepada pesaingnya, Rustam Azimov. Sementara tetap mempertahankan Rustam Inoyatov mengendalikan Dinas Keamanan Nasional, jajaran baru eksekutif bersama legislatif sudah harus mempersiapkan sistem/aturan suksesi kepemimpinan yang lebih transparan berdasarkan mandat konstitusi.    

Ikuti tulisan menarik Asruchin Mohamad lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu