x

Terkenal akan keindahannya, jelas membuat taman bunga Hitachi ini tak pernah sepi pengunjung dan khususnya memasuki musim semi. Banyak pelancong dan fotografer datang untuk mengabadikan pemandangan cantik di taman bunga ini. Boredpanda.com

Iklan

akhlis purnomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa (Sedikit) Kesepian Bisa Baik untuk Anda

Kesepian dianggap nista oleh banyak orang tetapi ternyata tidak demikian adanya menurut sebuah penelitian. Dalam dosis tepat, ia bisa berguna bagi kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada semacam ketakutan dalam masyarakat modern untuk mengakui adanya kesepian. Mungkin itu karena saat kita mengaku kesepian, kita akan dipandang rendah dan takut dicap meminta perhatian padahal bisa jadi itu semacam permintaan tolong untuk ditemani.

Kesepian sebenarnya bukan fenomena yang kasat mata. Ia hanya hadir dalam benak manusia. Ia hanya sebuah konsep atau persepsi abstrak yang hanya bisa diukur secara nisbi. Kondisi terisolasi dalam sebuah lingkaran sosial bisa saja menyenangkan bagi sebagian manusia, apalagi jika ia berminat menjadi pertapa. Tapi bagi mayoritas kita, terkucil dari pergaulan bisa membuat nelangsa. Inilah yang saya maksud sebagai "nisbi" karena definisinya bisa berubah-ubah dari orang ke orang. 

Kesepian saat ini lebih banyak dikaitkan dengan gejala depresi. Ia dilabeli sebagai "penjahat" bagi kesehatan jiwa dan musuh bagi umat manusia. Namun, menurut peneliti John Cacioppo yang juga mengajar psikologi di University of Chicago, kesepian bisa berguna bagi manusia, dengan syarat ia hadir dalam intensitas yang tepat dan terkendali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesepian memiliki konsekuensi yang lebih luas dari yang kita sangka sebelumnya. Cacioppo mengatakan dampaknya tidak hanya nyata dalam perubahan emosi manusia namun juga kesehatan kognitif atau mental seseorang secara umum. Riset di Rush University menunjukkan bahwa para lansia berisiko lebih tinggi untuk menderita kepikunan (dementia) jika mereka merasakan kesepian yang kronis, terang sang ilmuwan.

Kesepian sebetulnya bagian dari naluri alami manusia, lanjut Cacioppo. Ia berperan dalam mempertahankan spesies ini dari ancaman kepunahan. Dan kesepian merupakan dorongan untuk manusia agar mencari kerumunan agar ia lebih merasa aman dan sejahtera, terhindar dari ancaman yang tidak bisa ia atasi seorang diri. "Bila tidak ada hubungan, bisa muncul konsekuensi berupa kematian. Inilah ancaman terhadap nyawa dan keberhasilan bereproduksi." Jadi, intinya kesepian itu sudah tertanam dalam DNA kita.

Saat seseorang merasa kesepian, biasanya sikap defensif muncul. Ia menjadi lebih peduli pada dirinya sendiri daripada orang lain. Akibatnya, seseorang bisa bersikap kurang menyenangkan bagi orang lain. Dan jika terus menerus terjadi, kehidupan sosial orang yang bersangkutan akan terimbas secara negatif. Karena itu, kesepian dalam jangka pendek memiliki efek positif tetapi jika terlalu lama, dampaknya akan lebih destruktif.

Mengajarkan kemandirian pada anak-anak juga bisa menjadi pisau bermata dua. Saat seseorang terbiasa mandiri, ia terbiasa mengandalkan dirinya sendiri dan saat ia kesulitan, ia menjadi lebih sulit untuk membuka diri untuk meminta bantuan pada orang di sekitarnya karena ia merasa wajib bisa menolong dirinya sendiri. Orang tua lupa mengajarkan bahwa kadang jika kondisi tidak memungkinkan untuk berjuang sendirian, anak boleh mengakui kelemahan dan mengharapkan uluran tangan. (Foto: Circle of Rembrandt - Old Man in Prayer/ Wikimedia Commons) 

 

Ikuti tulisan menarik akhlis purnomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB