Realitas politik di Merauke menarik dikaji. Cara berpolitiknya yang sehat perlu juga diteladani. Bupati terpilih belum lama ini, Frederikus Gebze (Katolik) dan wakilnya Sularso (Islam) diusung PPP dan Gerindra. Wow, ternyata partai Islam ini mau juga mencalonkan figur non muslim. Padahal di kabupaten terluas di Tanah Air dan berada di ujung paling Timur negeri kita ini sekitar 70% dari 250 ribuan penduduknya beragama Islam.
Duet ini menang mutlak mengalahkan pasangan inkumben Romanus (Katolik) dan Sugianto (Muslim Jamer, Jawa Merauke) yang, jangan kaget, didukung PKS, Nasdem, Hanura dan PDIP. Hebat juga, partai berasas Islam seperti PKS ini berani mengusung calon pemimpin daerah yang beragama Katolik.
Selain partai Islam cukup dominan di sini, persis di tengah kota berdiri megah Masjid Agung Al Aqsha yang pernah diresmikan Presiden Abdurrahman Wahid, lebih dari 15 tahun silam. Persis di seberang masjid jamik ini kita bisa menikmati kuliner ikan bakar jenis kakap putih, bandeng Merauke, baramundi dan bawal jenggot di sebuah restauran mini milik seorang warga keturunan Tionghoa.
Kendati "koalisi" parpol yang dipimpin PKS ini punya 15 kursi di DPRD, toh nyatanya kalah saat pemilihan langsung melawan kandidat yang dijagokan PPP dan Gerindra dkk. Padahal kolaborasi politik lokal di bawah lindungan partai Ka'bah yang mengusung Frederikus-Sularso tadi di dewan daerah hanya bermodalkan tujuh kursi. Frederikus meraup 60% suara.
Calon muslim? Jangan khawatir, ada. Dialah putra daerah asli Merauke yang juga mencalonkan diri. Muhammad William Waros, calon independen ini, persis namanya, seorang muslim. Namun sayangnya dia tidak lolos verifikasi atau kurang memenuhi syarat dukungan suara minimal sesuai KTP.
Berpolitik sehat rupanya bisa ditemukan di tempat yang jauh, di ujung paling Timur negara tercinta ini. Di sebuah kawasan tanah datar antara savana dan rawa-rawa yang ditemukan kumpeni Belanda pada 1902 itu. Pantas jika Merauke kerap disebut bak miniatur Republik. Masyarakatnya majemuk. Mereka memilih pemimpinnya tanpa amok, tanpa memandang agama dan ras semata..
Wahyu Muryadi
Ikuti tulisan menarik Santri Bakiak lainnya di sini.