x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perihal Teman Masa Kecil

alangkah indahnya jika kita bisa menjaga persahabatan dari zaman kecil, meski demikian tidak selalu persahabatan bisa berjalan dengan mulus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Tiba-tiba saya mengingat sebuah pertanyaan yang terkesan remeh dari seorang kawan beberapa waktu silam. Sebuah kalimat tanya sederhana yang ternyata membutuhkan waktu beberapa untuk menjawabnya.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Masih punya teman masa kecil ngga? teman masa kecil yang masih intens komunikasi dan berteman sampai sekarang?” ya, hanya sesederhana itu sebenarnya. Tapi tak urung kemudian membuat saya tak percaya diri untuk segera menjawabnya masih.

 

Kalau saya runut ke belakang dalam lintasan hidup yang sudah saya jalani, teman masa kecil saya boleh dibilang tak sedikit. Teman-teman yang selalu hadir dalam keceriaan ala  bocah, baik itu karena satu sekolah atau kebetulan tinggal di sekitar lingkungan rumah, baik yang berwujud fana maupun imajiner. Hampir tak pernah sehari terlewati tanpa bermain, berantem, tertawa, menangis dan berbagi bersama , tentunya terkecuali belajar, ya harap dimaklumkan saja, dari dulu saya orangnya memang pemalas sejak dalam pikiran.

 

Grabyak-grubyuk bareng wadyabala masa kecil berlangsung hingga kira-kira tamat sekolah dasar. Selepas paripurna dari seragam putih merah, sedikit demi sedikit nuansa pertemanan itu berubah. Banyak yang pindah rumah ke tempat lain, berbeda sekolah dan kesibukan ala manusia-manusia pra remaja lainnya yang cukup menyita waktu. Tak hanya teman nyata yang mulai berubah komposisi, teman kasat mata pun perlahan menghilang.

 

Menginjak sekolah menengah, tak ada yang terlampau istimewa dalam dunia pertemanan. Sebagian besar adalah teman-teman di sekolah karena frekuensi bertemu yang cukup sering, namun begitu lingkaran dengan teman main masa kecil masih terjaga meski tidak terlalu utuh. Sayang semenjak menjadi laskar putih abu-abu, lingkaran pertemanan dengan sahabat cilik mulai merenggang, bahkan dengan bala-bala kece yang selalu bersama di masa sekolah menengah pertama pun sudah tak mampu dipertahankan. Entah apa yang menyebabkan demikian, saya sangat kesulitan mengingatnya, namun yang pasti adalah karena kami kemudian menyebar dalam sekolah-sekolah yang berbeda dan koneksi yang sudah ada tidak bisa kami (saya) pelihara dengan baik.

 

Sejak itulah, peta pertemanan saya berubah drastis. Teman masa kecil (dalam artian yang masih terjaga hubungannya dari dulu hingga sekarang) sudah tiada lagi. Ketika berpindah di kehidupan kampus, praktis yang bisa disebut teman masa kecil saya adalah teman semasa SMA. Sedih sih kalau dirasa-rasa lagi, tapi ya apa boleh buat.

 

***

Begitulah sebenarnya yang terjadi dengan teman-teman masa kecil saya. Kenangan indah bersama mereka ternyata tidak mampu saya rawat dengan baik. Jika ada yang hendak dijadikan wedhus ireng,  saya akan tunjuk dahi ehh tunjuk jari. Koq bisa-bisanya saya tak bisa terus bergandengan tangan dengan mereka yang sudah ada di sekeliling saya sejak kanak-kanak.

 

Kalau kebetulan nonton film atau membaca kisah yang menceritakan tentang persahabatan yang awet sedari kecil, saya jadi suka iri. Hebat sekali mereka yang mampu menjaga kelanggengan hubungan pertemanan sampai puluhan tahun, bahkan tak sedikit yang tetap bersahabat sejak dari ingusan hingga akhir hayat. Ada sedikit penyesalan yang tergurat, saya ini jadi seperti orang yang tidak terlalu niat dalam menghargai arti sahabat.

***

 

Beruntunglah saya termasuk generasi yang bisa mencicipi teknologi internet wabilkhusus media sosial.Di dunia maya antah berantah itulah akhirnya saya kembali banyak bertemu dengan mereka yang pernah menghiasi masa kecil. Meski interaksi yang terjadi tak pernah sama lagi seperti dulu, tapi saya tetap merasa senang.

 

Ahh…gara-gara pertanyaan sederhana di awal paragraf itu, saya jadi memiliki sebuah kesadaran baru untuk terus berusaha memelihara silaturahim dengan teman-teman yang sudah saya miliki saat ini. Kehilangan teman masa kecil saya kira sudah cukup membuat saya tercerahkan, bahwa meski bersahabat tanpa landasan motif apapun komunikasi juga harus selalu dijaga agar tidak putus garisnya. Bagaimanapun, memiliki teman bahkan sahabat akan membuat kehidupan menjadi lebih berwarna.

 

Jadi, jika sekarang njenengan mak bedundug teringat kawan lama yang sudah jarang kontak, ha mbok yao disempatkan untuk dihubungi kembali meski hanya sekedar bertukar kabar, gak ada ruginya lah saya jamin. Semoga ke depan saya tak lagi mengulang kesalahan yang sama. Siapa tahu kalau ada waktunya nanti, di usia tujuh puluhan ketika saya ditanya punya teman masa kecil lagi, bisa saya jawab dengan anggukan kepala yang mantap. Yach..bagi manusia pitungpuluh tahunan, tentunya usia 30-an bisa dianggap kecil bukan? J

 

---------------------------------------

 gambar : pinterest.com

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB