x

Seorang siswa membaca buku di Taman Baca Baleraja di Kolong Flyover Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten, 7 Maret 2016. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

Iklan

KelikMNugroho

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

TBM Kedai Proses, Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kedai Proses Rangkas Bitung yang berprestasi mendapat kepercayaan Kemdikbud untuk mengelola program Kampung Literasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sekelompok perempuan remaja sedang berlatih menari tarian tradisional di sebuah ruang setengah terbuka menghadap jalan kampung. Mereka berkaos lengan panjang dan bercelana panjang, sebagian berhijab. Gerak-gerik tari mereka yang beralih ke kanan dan ke kiri, dan gerakan memutar, ditingkahi suara gamelan Sunda yang terdengar dari sebuah pelantang suara elektronik.

Itulah pemandangan yang terlihat ketika saya mengunjungi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kedai Proses di Kampung Barangbang Kelurahan Muara Ciujung Kecamatan Rangkas Bitung, Kabupaten Lebak Banten, pada Selasa siang, 22 November 2016. Terletak di Jalan Budhi Utomo, lokasi lembaga ini strategis, karena terbelah oleh sebuah jalan kampung di tengah komplek sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang, karena itu disebut komplek pendidikan.

Sebagai sebuah taman bacaan, Kedai Proses memiliki tata ruang dan disain interior dan eksterior yang menyenangkan untuk dikunjungi. Begitu mendekati lokasi lembaga, kita akan disambut dengan gapura artistik yang bertuliskan Kampung Literasi. Masuk lebih dalam, kita akan melihat dua ruang berhadapan yang dipisahkan oleh sebuah jalan kampung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ruang sebelah kiri yang berupa bangunan semi permanen berukuran 10x4 meter adalah ruang diskusi. Bahan bangunan terbuat dari bambu-bambu pilihan, dinding bata, dan kayu. Bangunan yang didesain setengah terbuka ini terletak seperempat meter lebih tinggi dari tanah. Di dinding ruang, terdapat rak-rak yang diisi puluhan buku yang ditata menyamping dan meninggi. Pengunjung bisa memilih tema-tema buku sesuai selera. Di dinding bagian atas, dipasang banyak pigura yang memuat foto-foto lama berupa suasana pertunjukan teater. Di lantai, tersedia tikar dan sofa tipis untuk duduk lesehan, dan meja-meja pendek.

Ruang sebelah kanan berupa bangunan semi permanen berukuran 12x4 meter, dan sebagiannya terbuka ke jalan, adalah ruang perpustakaan.  Di ruang inilah tersimpan koleksi buku sekitar 1400 judul yang terdiri dari beragam jenis: novel remaja, keterampilan, komik dan keislaman. Namun ruang yang sebagiannya terbuka ini banyak dipakai untuk latihan pertunjukan, karena tata letaknya yang mirip panggung pertunjukan di gedung-gedung.

Satu lagi ruang yang sering penuh oleh anak-anak sekolah, yaitu ruang edukasi yang berfungsi untuk pemutaran film dan audio pengajaran, dan dilengkai satu set alat musik tradisional gamelan, dan keyboard. Ruang berukuran 7x4 meter ini berbahan bambu-bambu, dan beratap ijuk. Di depan ruang ini, terdapat pohon yang digelayuti sejumlah peranti elektronik bekas seperti layar komputer, keyboard dan lain-lain. Instalasi seni ini selain menghadirkan pemandangan unik dan indah, juga menyodorkan makna simbolik: ruang literasi.

Didirikan pada 2010, Kedai Proses awalnya adalah dua buah pojok baca dengan jumlah buku 200 eksemplar. Pada 2013, DC Aryadi, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Provinsi Banten dan pendiri lembaga ini menginisiasi kembali upaya sosial ini sebagai sebuah gerakan literasi. “Jadi sebetulnya gerakan literasi di sini sudah ada sebelum munculnya program Kampung Literasi dari pemerintah pusat. Kami hanya menginisiasi lagi saja,” kata DC Aryadi.

Keinginan DC Aryadi untuk menghidupkan gerakan literasi lewat Kedai Proses semakin menggebu setelah lembaga ini meraih penghargaan sebagai Taman Bacaan Kreatif dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2013. Sejumlah kegiatan kreatif pun dia geber.  Pengadaan buku diperbanyak dengan penyediaan rak-rak buku yang tertata rapi. Kegiatan dramatic reading (pembacaan kembali naskah drama) dihidupkan. Adaptasi naskah drama dilakukan, seperti terhadap naskah drama Saijah dan Adinda karya WS Rendra dan Ibu Suri karya Wisran Hadi. Kegiatan ini diikuti sekitar 50 anak SMP dan SMA dari kampung setempat.

Kedai Proses juga membuka kelas menulis, antara lain penulisan puisi, cerpen, artikel dan jurnalistik.  Juga kelas teater, yang diisi dengan membuat naskah drama secara kolektif, yang membutuhkan proses observasi dan riset data. Mereka misalnya pernah mementaskan drama Pangeran Wirasuta, tokoh Baduy, hasil dari kerja mereka, di Kota Bandung dan Bengkulu.

Berdiri di atas tanah seluas 600 m2 milik Yayasan Setia Budi, taman bacaan ini dilengkapi berbagai fasilitas. Hotspot internet tersedia gratis. Alat musik seperti angklung, gamelan, dan keyboard tersedia. Kedai Proses juga dipercaya mengelola sebuah mobil hibah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – kerjasama dengan sebuah perusahaan otomotif sebagai tanggungjawab sosial perusahaan -- untuk membantu program Gerakan Indonesia Membaca. Mobil ini dilengkapi proyektor dan televisi.

Untuk menggerakkan roda kegiatan, lembaga ini mencari pembiayaan secara swadaya, antara lain melalui pementasan teater, dan budidaya  lele dan belut. “Sebulan pemasukan kami kurang lebih Rp 3 juta, “ kata DC Aryadi yang didukung oleh 13 pengurus yang rata-rata berpendidikan strata 1 ini.

Pada 2016, Kedai Proses mendapat kepercayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjalankan program Kampung Literasi. Kampung Literasi merupakan kawasan kampung yang digunakan untuk mewujudkan masyarakat melek aksara (dasar, lanjutan, maupun multiaksara) agar masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas.

Untuk program ini, mereka sudah mengadakan kegiatan literasi sesuai petunjuk teknis kementerian. Literasi keuangan misalnya dilaksanakan dengan mengajak kerjasama dengan para guru Sekolah Dasar dan Pendidikan Anak Usia Dini . Sebanyak 15 orang dilibatkan dalam sebuah obrolan informal selama 1 jam untuk pembekalan literasi keuangan. Dari para guru tersebut, diharapkan literasi keuangan menular ke murid.  “Hasilnya positif. Ada anak SD yang kemudian memiliki ide-ide kewirausahaan yang menarik, “ kata DC Aryadi.

Dalam kesempatan lain, mereka menggelar kegiatan literasi kesehatan. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat, mereka membekali para peserta dengan masalah-masalah kebersihan sehari-hari dan lingkungan. Misalnya, soal pentingnya mencuci tangan sebelum makan, atau pentingnya menjaga kebersihan sungai dari sampah. “Kami ngobrol saja soal masalah-masalah di dekat kita,” kaya DC Aryadi.

Materi literasi seni tak ketinggalan. Mengajak 67 orang berpendidikan SMP sampai mahasiswa, mereka membekali para peserta dengan literasi seni. Selain penjelasan lisan tentang pengertian dasar seni, materi ini dilatihkan dengan metode observasi dan wawancara dengan narasumber. “Kami mengutamakan seni pertunjukan lokal, agar anak-anak melek dengan seni lokal sekitar,” kata DC Aryadi.

Menanggapi program Kampung Literasi yang dicanangkan pemerintah, DC Aryadi menyambut baik program itu. Walapun masyarakat sebetulnya sudah memiliki kemampuan literasi sejak dulu, tapi peran pemerintah untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat tetap penting. “Program ini cocok dengan keinginan masyarakat, namun mereka tetap harus difasilitasi”, kata DC Aryadi.

Jarum jam menunjukkan angka 4. Matahari semakin condong ke barat. Sekolah-sekolah pun telah selesai melakukan kegiatan belajar mengajar. Semakin lama anak-anak berseragam abu-abu putih semakin banyak berdatangan ke taman bacaan Kedai Proses. Mereka tampak dengan wajah berseri memainkan instrumen gamelan. “Nang, nung, ning, nung, “ demikian terdengar suara gamelan dari salah satu ruang. *

Ikuti tulisan menarik KelikMNugroho lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini