x

Seorang seniman asal Mesir, Michael Romany membuat lukisan dari pasir di rumahnya di Kairo, Mesir, 25 November 2016. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany

Iklan

akhlis purnomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lisensi Fiksi

Fiksi kerap diilhami oleh kenyataan. Tetapi apakah diperlukan izin agar kita bisa menulis tentang fiksi itu jika berkaitan dengan orang yang kita kenal?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

SAYA sangat ingin tertawa terpingkal-pingkal tatkala membaca bagian saat Fanton Drummond si tokoh utama di novel "Olenka" karya Budi Darma mengetahui dirinya dipakai sebagai objek cemoohan dalam sebuah cerpen yang ditulis oleh seseorang yang ia sudah kenal baik dan berikan pertolongan. Namanya tentu diganti tetapi esensinya sama. Drummond mengenali dirinya dalam tokoh di cerpen yang dimuat di majalah dengan tiras besar, New Yorker. Berkat cerpen itu, teman pengkhianatnya itu dianggap sebagai salah satu penulis fiksi paling berbakat di sana. Beruntung buat temannya, buntung buat Drummond. Seantero negeri tahu rincian kebiasaan buruknya, dari bangun tidur sampai hendak tidur lagi.

Saya jadi teringat dengan seorang teman yang kerap menulis cerpen juga dan hobi mencatut pernik-pernik pribadi orang-orang yang dia kenal untuk dimasukkan dalam karangannya. Hal yang sama juga pernah menimpanya: satu teman penulis ini tahu dirinya sudah dipakai menjadi bahan cerita. Geram juga si teman itu tahu dirinya jadi bulan-bulanan dalam cerita.

Dalam sebuah kelas mengarang, pada seorang mentor saya juga pernah melontarkan pertanyaan bertema relevan: Haruskah pengarang meminta izin ke orang yang detail-detail pribadinya akan dimasukkan dalam karyanya? Jawabannya penting karena jujur saya juga pernah menjadi objek semacam itu tanpa sepengetahuan saya. Dan sungguh kesal rasanya, apalagi si pengarang masih kurang trampil mereka-reka jalan cerita dan penokohannya. Alih-alih jadi karya fiksi nan apik, tulisan yang memuat detail privat saya itu malah jadi semacam reportase gosip langsung dengan nama yang sudah disamarkan. Materinya sama persis. Dan pengarang pemula ini dengan percaya diri mengedarkan karyanya dalam lingkaran orang-orang yang dikenalnya dan mengenal saya juga. Tak perlu intelejensia tinggi buat mereka untuk menerka bahwa cerpen sialan itu diilhami oleh saya. Untunglah saya tak perlu melihat wajahnya lagi. Sebab kalau bertemu, saya bisa hilang kendali. (*)

Ikuti tulisan menarik akhlis purnomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

18 jam lalu

Terpopuler