x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bertanya untuk Mengurai Kebuntuan

Anda mungkin kerap menemui rintangan yang tak mudah dipecahkan. Mengapa tidak mencari solusinya dengan bertanya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sebagai pemimpin tim mungkin Anda sering terjebak kebuntuan dalam memecahkan suatu persoalan. Ketika macet, anggota tim memandang Anda: menunggu apa yang akan Anda ucapkan, menanti instruksi yang akan Anda berikan. Anda berpikir keras, bahkan hingga mengerutkan kening dan merapatkan bibir. Pemimpin tim dipaksa untuk selalu bisa menjawab setiap persoalan (Padahal, pemimpin tim juga manusia!)

Banyak orang memang lebih sering fokus pada jawaban dalam mencari solusi atau jalan keluar dari persoalan—terlebih lagi bila Anda, sebagai manajer, sedang menyajikan presentasi di hadapan direksi dan diminta menjawab pertanyaan. Adakah cara lain untuk mengatasi kemacetan atau kebuntuan semacam itu? Ada, dengan bertanya (tentu saja, jika Anda mengajukan pertanyaan kembali kepada direksi, konsekuensinya dapat diduga).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi benar, mengajukan pertanyaan yang mengusik dapat membimbing kita menuju suatu jalan keluar. Benar kata pepatah lama, malu bertanya sesat di jalan.

Pepatah itu memang dapat dipakai dalam konteks mengelola persoalan yang hendak dipecahkan tim. Di tengah kebiasaan mengatasi suatu persoalan hanya dengan langsung menjawab, maka bertanya bisa menjadi cara lain untuk menemukan jawaban itu. Pertanyaan yang jitu akan mendorong tim untuk menemukan sisi-sisi lain dari suatu persoalan. Soalnya ialah pertanyaan seperti apa, pertanyaan jenis apa?

Pertanyaan yang penuh rasa ingin tahumemungkinkan tim melihat persoalan dengan cara yang berbeda. Upaya menemukan jawaban-segera (instant) memang sering membuat kita memandang persoalan dari satu perspektif. Sementara itu, melalui pertanyaan yang tepat kita dapat mengundang anggota tim untuk menengok segi-segi lain, mengangkat kemungkinan-kemungkinan baru, bahkan menguji asumsi-asumsi lama, sehingga tim akan lega ternyata dunia lebih luas dari sekedar yang terlihat melalui satu sudut pandang. Titik terang pun mulai tampak. Sinar terang samar-samar mulai terlihat di ujung lorong gelap.

Kawan saya, seorang manajer, kerap memakai jurus bertanya ini manakala timnya menghadapi kemacetan dalam memecahkan suatu persoalan. Malah, pertanyaannya kadang-kadang mengganggu karena begitu mendasar: “Mengapa aturan perusahaan ini tidak kita ubah atau malah dibuang saja jika menghambat munculnya kreativitas pegawai?” Atau pertanyaan lain: “Benarkah yang kita kerjakan saat ini sesuatu yang penting bagi organisasi?”

Ya, pertanyaan memang bisa lebih subversif daripada suatu penegasan—dan karena itu jika terdengar oleh direksi, bisa jadi Anda dimarahi. Mengapa? Sebab, pertanyaan yang jitu mampu mengubah orang untuk berpikir dari sisi lain, atau berpikir dengan cara yang berbeda atau bahkan berlawanan arah, atau memaksa orang untuk berintrospeksi—ya, rupanya selama ini kita keliru memilih jalan. Tanpa pertanyaan yang tepat, kita merasa sudah berjalan di rel yang tepat atau merasa inilah satu-satunya jawaban.

Kadang-kadang orang memang jengah bila mendengar anggota tim bertanya: “Bagaimana kalau proses ini kita buang saja?” Mengapa jengah? Lantaran pertanyaan ini bisa mendorong orang untuk mengubah proses yang sudah berjalan beberapa langkah dan ini bisa merepotkan. Tim mungkin harus menata ulang rencananya, mengabaikan sebagian hal dari yang sudah dicapai, mengeluarkan sejumlah biaya dan waktu lagi. Namun, boleh jadi pertanyaan itu akan mendorong tim menemukan jawaban yang lebih tepat.

Dengan bertanya, pemimpin tim juga mampu membangkitkan solidaritas anggotanya. Pertanyaan seperti “Demi nama baik tim kita, apa saja yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kinerja bulan depan?” niscaya lebih memotivasi ketimbang penegasan yang beraroma terlampau memerintah seumpama “Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, kinerja kita bulan depan harus meningkat 25%.” Penegasan ini tak ubahnya menjatuhkan sekarung batu ke pundak anggota tim.

Jadi, memimpin tim dengan bertanya adalah cara lain yang tidak kalah ampuh ketimbang langsung memberikan perintah, bahkan niscaya lebih ampuh. Dengan bertanya, anggota tim merasa lebih dilibatkan untuk memikirkan suatu rencana, untuk menemukan jalan keluar. (sumber ilustrasi: quotesgram.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler