x

Ilustrasi ibu menggendong bayinya. shutterstock.com

Iklan

Dewi Ariani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketahanan Keluarga Terkoyak, Anak Jadi Korban

Seandainya anak bisa mengungkapkan isi hati terdalamnya, ibu adalah sosok terpenting baginya. Sepanjang sejarah, fitrah ibu adalah pelindung bagi anak-anak

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap tahun di dalam bulan Desember seperti biasa kita selalu memperingati  hari Ibu. Namun apa esensi dari hari Ibu itu sendiri. Sebagaimana kasus yang menimpa Brian, bocah 4 tahun yang tewas mengenaskan dianiaya oleh ibu kandungnya sendiri di rumahnya, Jalan Lubuk Bakung, Lorong Sahaja, Kelurahan Siring Agung, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Senin 21 November 2016. Anak semata wayang itu tewas dengan jasad dipenuhi luka lebam dan membiru akibat pukulan benda tumpul (antaranews.com ). Bahkan ada juga peristiwa meninggalnya seorang balita setelah disiksa kedua orang tuanya. Kekerasan sering dilakukan sang ibu Karena hubungan yang tidak harmonis dengan suaminya (republika.co.id). Dan masih banyak persoalan lain yang menimpa seorang anak, seperti ibu membuang bayi, bunuh diri bersama anaknya, memutilasi buah hatinya dan sejenisnya.

Sungguh peristiwa diatas  sangat miris sekali dan memprihatinkan, Rasanya tidak masuk akal membaca berita-berita kekejaman ibu terhadap darah dagingnya. Tapi, itulah fakta. Terjadi di negeri kita yang penuduknya muslim terbesar di dunia.Mengingat bahwa Ibu adalah sosok terpenting bagi seorang anak. Kasih ibu memang sepanjang masa. Artinya tidak terbatas waktu. Seandainya anak bisa mengungkapkan isi hati terdalamnya, ibu adalah sosok terpenting baginya. Sepanjang sejarah, fitrah ibu adalah pelindung bagi anak-anaknya. Ibarat induk ayam yang akan menerjang siapa saja yang mengancam anak-anaknya.

Sosok ibu saat ini tidak didukung oleh sstem yang baik. Penerapan ideologi sekuler kapitalis bukan mensupport terlakasananya tugas keibuan dengan baik, sebaliknya, menggerus fitrah mulianya. Bagaimana tidak, penerapan sekulerisme di berbagai bidang kehidupan hanya menimbulkan lingkaran setan permasalahan. Memicu persoalan pelik baik bagi elemen individu, keluarga maupun negara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masyarakat, dengan elemen individu di dalamnya, adalah tanggung jawab negara. Maka, problem yang menimpa individu pada dasarnya bermuara pada kemampuan negara dalam mengayomi dan mengatur warga negaranya. Hari ini, negara menerapkan ideologi sekuler, telah gagal mencetak individu-individu yang memiliki kemampuan menjadi problem solver.Termasuk, gagal mengkondisikan ibu sebagai problem solver bagi keluarganya. Dan Negara seharusnya hadir secara nyata untuk mewujudkan ketahanan keluarga, mengeliminir pemicu ketidakharmonisan (ekonomi, social/selingkuh) dan mampu memiliki pola asuh dari hasil sistem pendidikan.

Sungguh hal ini jauh berbeda dengan sejarah penerapan Islam yang panjang selama lebih 13 abad lamanya. Hampir tidak pernah kita baca sejarah tentang kekejaman para muslimah, terlebih terhadap darah dagingnya. Hal ini tak lepas dari penerapan sistem Islam secara kafah yang mengakomodasi kebutuhan seluruh warga negaranya.

Adanya kedamaian, kenyamanan dan kesejahteraan hidup, menghilangkan potensi stres masal. Termasuk, mencegah ibu-ibu mengalami depresi. Sehingga, tidak ada yang tega melakukan kekejian, terlebih terhadap buah hatinya. 

Ikuti tulisan menarik Dewi Ariani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB